ZK : 18. Pembalasan Dendam

11 6 0
                                    

6 bulan kemudian

Semua berjalan dengan semakin baik, Aika selalu belajar agama dengan Asya tapi tak jarang pula belajar mengaji dengan Yusuf yang tentunya tidak hanya berdua. Aika bahkan setiap jumat pergi menginap di rumah Asya hingga Ahad sore barulah pulang, ia melakukan itu semata-mata untuk belajar islam bersama. Asya juga kadang mengajaknya ikut kajian di masjid-masjid saat mereka libur sekolah seperti weekend, selama enam bulan ini Aika sudah banyak mengenal fiqih wanita dan kewajiban seorang muslim.

Hingga suatu hari terjadi hal yang membuat Aika marah dan merasa hidupnya selama ini untuk berubah sama saja, gadis itu kembali menjadi dirinya yang dulu. Dimulai saat ia tiba-tiba diseret paksa oleh Liona hingga ke belakang sekolah, Aika sudah banyak meronta namun Liona sangat berambisi hingga membuat kekuatan Aika kalah. Pada akhirnya ia mencoba menuruti kemauan Liona, jika memang ia akan disiksa maka sudah pasti Liona sendiri yang akan bermasalah.

Sayangnya bukan cara kotor yang dilakukan Liona, ia menggunakan cara bersih untuk menghancurkan Aika dan tentunya ia tak sendiri. Liona menyentak tangan Aika yang telah merah karena cengkeramannya hingga membuat gadis itu terjatuh karena belum berdiri dengan sempurna, lalu ketika ia mencoba bangkit ada Angel dan Katy yang membantunya.

"Well Aika yang sekarang sudah alim, kita gak mau basi-basi karena kita akan membantu lo untuk membuka mata. Lo berubah karena Yusuf kan?" Liona memulai.

"Enggak, aku berubah memang karena Allah yang memberi hidayah untukku dan semoga juga Allah memberi hidayah untuk kalian."

"Cih, basi lo!" Liona meludah tepat disebelah Aika namun tak sampai mengenai gadis itu, Aika beristigfar dalam hati.

"Li, Aika ini emang udah tobat kok. Dia begitu karena Asya, setiap omongan Asya selalu diturutinya bahkan ketika Asya bohong Aika akan tetap percaya," kini Katy yang beraksi.

Aika tak ingin banyak berkomentar, ia merapalkan kalimat Allah SWT agar bisa membantunya. Namun Liona, Katy dan Angel tidak akan pernah mundur sebelum Aika terjatuh sedalam-dalammnya.

"Kayaknya dia gak percaya deh Kat," Angel mengompori.

"Oke kalo lo gak percaya akan kita buktikan," Katy menunjuk wajah Aika lalu meremas lengan atas Aika dan sedikit menariknya untuk mengikuti langkah kakinya yang berjalan ke arah belakang pohon besar yang berada di taman.

"Sekarang lo liat baik-baik apa yang sedang mereka lakukan!" Katy menunjuk sepasang laki-laki dan perempuan yang berpelukan.

Aika yang awalnya tidak tertarik namun tiba-tiba melebarkan matanya, "Asya? Yusuf? Pelukan?"

Katy yang melihat umpannya berhasil tersenyum menang, ketika Aika menangis ia semakin tersenyum puas penuh kelicikan. Aika yang melihat adegan pelukan itu seketika amarah menguasainya, ia berniat menghampiri para sahabatnya untuk membuat perhitungan. Katy yang menyadari itu segera menghalanginya, ia kembali menyeret Aika pergi ke gudang sekolah yang ternyata sudah disambut Liona dan Angel dengan tali tampar di tangan.

Aika merasa perasaannya tidak enak, ia berusaha lari dengan meronta hingga tangan Katy di lengannya terlepas tapi Liona dengan cepat mengunci pintu gudang dan mengantongi kunci itu dibalik kantong sakunya. Aika terus mundur tak menyadari ada orang lain dibelakangnya, Angel. Angel menangkap Aika dan segera mengunci lengannya ke belakang, Aika kembali meronta namun kalah jumlah dengan mereka.

"Lepas!"

"Kita bakal lepas kok, tapi nanti setelah kami puas main-main," Liona membantu Angel mengikat Aika di bangku kayu dengan tangan di belakang dan kaki diikat pada kaki bangku itu masing-masing di kanan dan kiri.

"Kalian mau apa sih?" Aika terus menggerakkan tubuhnya.

"Kita hanya ingin membuat lo sadar kok," jawab Katy meladeni Aika.

"Padahal kita udah baik loh dengan nunjukin kebusukan sahabat-sahabat lo itu, sekarang terbukti kan siapa yang pembohong?" Aika membuang muka ke kanan saat Katy mengucapkan hal itu dengan sangat dekat dengan wajahnya.

"Mau belain mereka? Mana yang katanya Yusuf gak mau di sentuh? Apalagi Asya yang mau-mau aja dipeluk," Katy terus saja memancing emosi Aika.

"Sadar gak si lo, di setiap posisi lo itu cuma penghalang."

"Termasuk penghalang gue dapetin Steven," Liona menimpali.

"Penghalang juga untuk gue deket sama Rio," dengan pelan Angel ikut dalam perbincangan.

"Sssshhtt jangan terlalu keras sama Aika gaes," Katy berbicara seakan-akan mendewasai tapi diakhir kalimat ia juga menggeram, "Meskipun dia juga ngerebut perhatian Billy dari gue."

"Oh jadi ini tentang dendam masa lalu kalian ke gue? Cih lo salah memilih lawan," seketika tamparan Liona tak bisa bertahan lebih lama untuk tidak mengenai pipi Aika.

"Udah kayak gini masih aja ya lo bisa sombong, hah?" maki Liona, sedangkan Katy dan Angel juga ikut terpancing.

"Ini bukan dendam Aika, kita hanya buka mata lo yang selama ini tertutupi kenikmatan. Sekarang lo bisa gak mikir dari kami saja, lo itu cuma penghalang. Buat Asya lo itu juga penghalang antara dia sama Yusuf, bahkan keluarga lo aja gak mau ngurusin lo. Buka mata lo! Sadar posisi dong," Katy panjang lebar dengan mengatupkan gigi tanda ia menahan emosi.

Aika menunduk, di dalam hatinya ia membenarkan apa yang dikatakan oleh Katy terutama pada kalimat ia yang tak diurus orang tuanya. Liona yang melihat Aika menunduk merasa tak senang, ia ingin melihat Aika takut dibawah kuasanya.

"Mana sombong lo? Pake nunduk lagi, katanya gak takut."

"Dear Aika, lo tadi bilang kami dendam? Oh sangat jelas, bagaimana kita gak marah ketika malam itu diusir dari kelab malam dengan tagihan begitu banyak? Bahkan lo gak akan bisa ngerasain dipermalukan dengan seretan pria berbadan kekar melewati banyaknya pengunjung, lo mah enak tinggal telepon semua masalah selesai. Sekarang gue tanya, mana katanya lo yang baik itu? Mana?" Katy meluapkan segala emosinya bahkan di akhir kata ia berteriak di depan wajah Aika hingga membuat gadis itu terpejam.

"Well itu masih mending, tapi parahnya para pangeran lo itu yang selalu lo tolak itu menghukum kita dengan begitu sadis," kali ini posisi diambil alih oleh Liona.

"Yang lo rasain saat ini masih setengah sakitnya daripada kita bertiga diperlakukan sama seperti lo kali ini tapi dengan banyak orang, sedangkan lo gak sadar kan kalo hal itu bikin kita gak masuk selama seminggu," Liona memang berteriak diwajah Aika tapi sambil menangis. Lalu perempuan berambut panjang itu tertawa sinis, "Maka dari itu lo juga harus ngerasain apa yang kita rasakan saat itu, adil bukan?"

Aika yang melihat itu sangat merasa teriris, jika dirasa ia memang terlihat sangat jahat. Selama ini dia selalu memposisikan diri sebagai korban, tapi ternyata ia adalah pelaku utama kejahatan ini. Melihat Liona yang menangis bukanlah hal biasa, perempuan itu berhati kuat dan memiliki gengsi tinggi jika kini ia menangis maka hal itu sudah sangat membuatnya terluka.

"Sorry Aika dari dulu gue pengen banget ngelakuin ini," suara lembut Angel ternyata hanya pengantar atas tamparan yang di dapat Aika.

Aika sendiri hanya meringis, ia merasa bibirnya mengeluarkan darah. Sebenarnya Aika telah merasa pusing, ia sudah tak kuat lagi. Saat ia mendongak Katy sudah ada di depannya, tangan perempuan itu terangkat dan Aika bersiap-siap menerima tamparan namun tiba-tiba terdengar dobrakan pintu beriringan dengan teriakan.

Braakkkk

"Aikaaaaaa."

"Yusuf?" Aika melihat hanya dengan kesadaran yang sedikit.

"Non Aika? Sadar Non Aika ayo sadar," pria setengah baya itu mengguncang-guncang bahu Aika.

"Pak Yudis?" hanya kata itu yang mampu Aika katakan sebelum gadis itu menutup matanya.

bersambung...

Zulaikha KekinianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang