ZK : 11. Kumohon Hentikan

10 7 0
                                    

"Terima kasih."

"Astagfirullah kamu menangis Aika?" tanya Asya dengan panik yang hanya dijawab Aika dengan gelengan kepala.

Asya tersenyum, "Aika, pakaian ini termasuk dalam fiqih wanita dan kami sebagai kaum Hawa harus tau betul apa yang harus kita lakukan."

"Apa kamu lapar?" tanya Asya sambil berjalan keluar kamar namun Aika tak ingin mengikutinya karena ada Yusuf diluar, ia malu jika harus bertemu Yusuf setelah kejadian di sekolah tadi.

"Aku hanya haus, Asya," jawab Aika seadanya yang dijawab anggukan mengerti dari Asya.

Sekeluarnya Asya untuk mengambil minum, Aika kembali memperhatikan pantulannya di cermin. Layaknya model Aika memutar tubuh ke kanan dan kiri, entah mengapa ia sangat suka mengenakan penutup kepala ini. Aika pernah melihat teman sekolahnya menggunakan kerudung tapi tak sepanjang ini, ia berniat akan menanyakan hal ini kepada Asya.

"Aika, ini air putih dan ada es jeruk. Aku tak tau kamu menyukai yang mana," Aika kaget saat Asya tiba-tiba datang membawa nampan yang penuh.

"Aku lebih suka air putih," jawab Aika seadanya sambil mengambil gelas berisi air putih dan Asya hanya tersenyum.

"Kita ke balkon yuk, udara diluar saat sejuk disaat mendung seperti ini," Asya berjalan mendahului Aika yang menyusul dibelakangnya.

Asya meletakkan nampan di meja balkon yang terletak diantara kursi kayu, "Sini Aika! Mari duduk sambil kita mengobrol."

Aika menuruti perintah Asya, saat ia duduk terasa angin menyibakkan kerudung yang ia kenakan dan dengan sigap Aika menurunkan kembali seperti semula.

"Aika?" yang dipanggilpun menoleh.

"Kecantikan adalah anugerah dari Allah untuk para hambaNya yang terpilih, tapi cantik juga bisa menjadi ujian seperti yang kamu rasakan. Aika, jujur aku sangat suka cara berpikir kamu. Secara tidak langsung Allah telah melindungi kamu dari segala rasa cinta dunia, tapi Aika kita sebagai kaum Hawa tidak akan pernah bisa lepas dari kaum Adam karena apapun yang terjadi kita akan menikah dan turut menyumbangkan anak untuk generasi selanjutnya. Selain itu, kita juga perlu perlindungan dan kesediaan laki-laki untuk membantu kita. Aku tidak tau apa yang telah terjadi dengan kamu, jika kamu ingin bercerita maka ceritakanlah hal yang memang pantas untuk diceritakan," Asya menoleh ke arah Aika dengan senyum yang tulus.

"Sudah lama aku menantikan hal ini, Asya. Membagi kisahku agar dapat mengurangi beban," ucap Aika sendu.

"Sebelum aku sekolah di SMA kita saat ini, Aika hanya tau lingkungan rumahnya. Aku belajar di rumah, bahkan guru privatku adalah orang yang sama hingga 9 tahun lamanya. Aku sangat takut dengan dunia luar, aku tidak suka dengan orang asing. Dan selama 5 tahun aku ada dibawah naungan dokter kejiwaan, terakhir kali aku diperiksa hanya normal tapi aku merasa belum sepenuhnya sembuh. Mama dan dokter itu memintaku untuk mulai membuka diri terhadap lingkungan luar, sejak SMP Mama ingin aku masuk ke sekolah reguler tapi aku meminta waktu hingga SMA ini aku tak bisa lagi menolaknya," Aika menggenggam gelas berisi air putih itu dengan tangan gemetar.

"Ada sesuatu yang terjadi saat aku masih kecil, tapi ingatanku hanya mampu memutar saat aku berumur 7 tahun. Kehidupanku seperti lembar baru saat itu, dengan rumah baru, asisten rumah tangga yang baru, bahkan ayah baru," Aika menoleh saat Asya bertanya.

"Maksudnya?"

"Aku tak mengerti dengan tubuhku, Asya. Ia seakan berkata dengan reflek tubuhku, saat aku bertemu dengan orang baru entah kenapa aku merasa takut. Saat aku ada di lingkunan yang menurutku baru tapi aku merasa pernah berada disana sebelumnya. Aku parno dengan suara yang melengking, aku takut mendengar jeritan wanita, aku benci melihat laki-laki berbaju dan bertopi hitam, aku tak suka sendirian tapi aku selalu sendiri," Aika menunduk.

Zulaikha KekinianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang