ZK : 2. Gadis Keras Kepala

20 9 0
                                    

02:00

Aika melihat pergelangan tangan yang terdapat jam melingkar miliknya, sudah hampir pagi dan ia juga merasa pusing yang hebat. Ia tertidur setelah menghabiskan 3 gelas vodka bersama dengan Angel yang mengatakan mengantuk, namun saat ia bangun teman-temannya sudah tidak ada.

Ia memegang kepala berusaha memijat agar peningnya hilang, namun sakitnya semakin terasa saat dibuatnya duduk. Tak lama terdengar tawa dan disusul dengan pintu terbuka, ketiga temannya ternyata belum pulang.

"Eh lo udah bangun Ka?" tanya Katy yang dijawab gumaman saja oleh Aika.

"Tadi kita joget bentar di luar, eh taunya ketemu Rio, Steven, Billy disana. Sorry ninggal lo bentar," ucap Liona yang dibalas Aika dengan mendengus dan memutar mata.

'Bullshit' batin Aika.

Namun pening itu tambah berat ketika Liona duduk di sampingnya, didukung oleh Katy dan Angel sebagai kompor.

"Ka sampe kapan sih lo nutup diri ke cowok?"

Aika kembali menutup mata agar peningnya hilang dan berharap medapat energi, namun melihat Aika yang berusaha tidur lagi bahkan tak menghiraukan ucapan Liona sontak membuat ketiga gadis itu geram.

"Ka sumpah gue udah capek ya kalo lo terus gini, lama-lama virus aneh lo nyerang kami bertiga. Kalo lo emang gak suka sama cowok, gausah nyuruh kita ngikutin mau lo dong! Lo pikir enak apa ke kelab gini gak bawa cowok? Minum aja itu gak enak bego," Liona sudah tak bisa menahan kesabarannya lagi, ia terlewat marah dengan sikap Aika yang semena-mena. Katy dan Angel bingung harus memihak siapa? Mereka pro dengan Liona namun takut posisinya terancam jika kontra dengan Aika.

Aika yang pening semakin pening, namun entah dari mana energinya telah kembali penuh seketika mendengar kalimat kasar Liona. Ia berdiri menyeimbangi Liona, ia tak langsung membalas dengan ucapan dan teriakan namun ia mengintimidasi lawannya dengan tatapan.

"Well, kalo lo mau bawa cowok silahkan bawa," ucap Aika dengan tenang.

"Kalo lo mau pacaran sama cowok juga itu pilihan lo," Katy dan Angel merasa tersanjung dengan ucapan dewasa Aika.

"Tapi gak usah ngajak gue lagi!" seketika semua terdiam.

Aika bergegas mengambil tas dan segera pergi dari ruangan itu, namun belum sempat sampai pintu ia sudah dihadang oleh Liona.

"What?" dengan angkuh Aika mengangkat dagunya pada Liona.

"Gu-gue kelepasan tadi, jujur masih rada gak sadar otak gue" kata Liona tergagap, ia melihat Katy dan Angel yang di belakang tubuh Atika melotot agar Liona meneruskan kalimatnya.

"Terus?" desak Aika.

"Oke fine, gue minta maaf. Dan please tarik kata-kata lo," dengan berani Liona mengucapkan kata terkutuk baginya yang emosional.

"Kata-kata gue?" Aika memicingkan mata.

"Arrrggg, oke gue minta maaf atas kata-kata gue. Gue tarik kata-kata kasar gue, tapi jangan putusin pertemanan kita," Liona merendah.

"Oke gue terima, sekarang gue mau pulang. Minggir!"

Liona menyingkir dari pintu, lalu Aika keluar dengan wajah angkuhnya. Namun setelah ia keluar tak ada lagi wajah sombong, ia menggantinya dengan wajah dingin. Ia meludah ke kiri saat mengingat perkataan Liona.

"Cih! Teman? Bullshit," gumamnya.

Lalu gadis berkaos longgar itu keluar dari kelab malam sambil kembali memasang kaca mata hitam kesukaannya, ia pulang pada jalan yang sama saat ia masuk. Namun ketika hampir mencapai pintu, ia melihat perempuan yang memohon pada seorang pria tinggi didepannya sambil berjongkok. Namun ia sama sekali berniat untuk membantu, bahkan ia melewati sepasang jenis manusia itu dengan memberi jarak. Saat ia hendak melangkah keluar, ia menghentikan langkah karena ucapan wanita itu.

"Ku mohon, lepaskan anakku!"

Seketika Aika merasa sangat pusing, bahkan pusing setelah mabuk kalah hebat dengan sakit ini. Ia menahan tubuhnya agar tidak jatuh, gadis itu juga dengan sangat berat melangkahkan kaki menjauhi tempat berdosa itu. Tak lama ia dapat melihat seorang pria paruh baya dengan samar, pria baik yang terlihat khawatir melihat keadaannya bahkan pria itu berlari kearahnya.

"Pak Yudis?"

Semua menjadi gelap, Aika pingsan tepat pada tumpuhan Pak Yudis. Pria tua itu dengan segera menggendong tubuh Aika dengan lembut agar sikeras kepala itu tak merasa sakit, walau Aika sangat banyak menyakitki hati Pak Yudis namun gadis cantik itu sudah dianggap anak sendiri oleh pria yang tak lagi muda itu.

"Ada apa denganmu nduk?"

Bagai orang gila Pak Yudis menggumamkan kalimat itu lirih dan tanpa sadar air mata keluar dari matanya, bukti bahwa ia sangat menyayangi Aika. Setelah membaringkan Aika di kursi penumpang belakang, Pak Yudis menjalankan mobil dengan cepat, beruntung di sepertiga malam ini sangat sepi hingga sampai ke rumah hanya perlu waktu 20 menit.

"Naaa," panggil Pak Yudis pada istrinya yang kebetulan menjabat sebagai asisten rumah tangga di rumah Aika. Jika biasanya Mbok Na akan bekerja pukul 7 pagi sampai pukul 5 sore, maka hari ini berbeda karena sedari tadi Pak Yudis menunggu Aika di kelab sambil bertelepon dengan Mbok Na meminta untuk ke rumah bosnya. Ternyata firasat Pak Yudis sangat tepat, ia membawa Aika dalam keadaan tak sadar diri.

Mbok Na yang merasa terpanggil dengan gopoh keluar untuk membuka gerbang dan membuka pintu utama, lalu Pak Yudis kembali membawa Aika dalam gendongan menuju ke kamar gadis itu. Setelah menutup pintu kembali, Mbok Na ikut menyusul suaminya ke kamar Aika.

"Ada apa dengan Non Aika Pak?" tanya Mbok Na dengan khawatir.

"Bapak juga tidak tau, tadi tiba-tiba lihat Non Aika keluar dengan badan sempoyongan. Bapak kira Non Aika sedang mabuk, namun saat itu Non Aika terlihat sangat kesakitan hingga pingsan," jelas Pak Yudis pada istrinya.

"Astagfirullah," Mbok Na menangis sambil menutup mulutnya karena tak ingin mengusik Aika.

"Pak? Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Non Aika? Atau jangan-jangan Non Aika diganggu oleh laki-laki lain? Kan kan selama ini gadis keras kepala itu tidak suka dengan orang asing, dasar gadis keras kepala yang tidak mau mendengar omongan orang tua," Pak Yudis memeluk istrinya berusaha untuk menenangkan.

"Sudah Na, putri keras kepala kita memang susah dibilangi namun kita kan sudah tau jika putri kita berbeda dari gadis lain," ucap Pak Yudis sambil menepuk punggung istrinya dengan lembut.

Sepasangan suami istri itu memang sangat menyayangi Aika seperti putri kandungnya, bahkan mereka adalah saksi dimana Aika berteriak frustasi setelah menelepon orang tuanya, atau ketika Aika pulang malam dalam keadaan mabuk. Mereka sangat tau keadaan Aika, betapa sepi dan benci menjadi satu di kepala Aika.

"Bagaimana jika Nyonya tau hal ini?" seketika raut sedih Mbok Na tergantikan dengan wajah ketakutan.

"Seperti biasa, kita rahasiakan ini."

bersambung...

Zulaikha KekinianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang