ZK : 24. Jelas

18 6 0
                                    

Seorang perempuan di ranjang rumah sakit mulai membuka matanya dengan perlahan, sepertinya ia sudah puas tidur. Jika dihitung maka Aika telah pingsan selama 3 hari, ia menoleh ke arah kanan ada seorang wanita yang tersenyum hangat padanya.

"Kamu sudah bangun, sayang?"

"Mama?"

"Iya ini Mama," wanita itu mengusap lembut puncak kepala anaknya.

"Maafkan Mama yang kurang memperhatikan kamu," Rianti mencium kening Aika dengan tetesan air mata yang mengalir.

Aika hanya mengangguk paham dengan posisi Mamanya, wanita itu menghapus air matanya lalu meraih tangan Aika yang bebas infus.

"Kenapa tidak bilang jika kamu belum sembuh?"

Aika yang mengerti Mamanya menanyakan tentang psikisnya segera menanyakan sesuatu yang menurutnya sangat penting, "Ma apakah aku sempat hilang ingatan?"

Rianti terkesiap namun kali ini ia akan memilih untuk jujur dan mengatakan semuanya agar Aika tak lagi salah paham, "Maafkan Mama ya nak, dengan sengaja Mama beserta dokter kamu dulu menghapus memori buruk itu dari ingatan kamu."

"Mama tak ingin kamu terus trauma dengan masa kelam itu, tapi hal itu justru membuat kamu selalu terbayang dengan peristiwa itu. Mbok Na dan Pak Yudis sudah menceritakan semuanya saat kamu di rumah, jujur Mama merasa menjadi orang tua yang tak baik karena tak memperhatikan keadaanmu bahkan saat kamu butuh Mama," wanita itu menangis bersamaan dengan Aika."

"Kamu salah jika menganggap Papamu adalah pria yang buruk karena nyatanya Papa yang menyelamatkan kita dari kembaran dan Nenek kamu yang ingin menjual kamu di pasar gelap, hingga hari itu tiba saat Jack dengan tiba-tiba datang pada waktu penjagaan melemah. Papa kembali bangkit setelah dipukul oleh kembarannya sendiri karena masih ingat dengan kamu, ia membangunkan Mama yang pingsan lalu menyuruh menunggu dalam mobil. Setelah itu kamu berlari masuk dalam mobil, kita pergi meninggalkan Papa kamu yang bahkan sampai saat ini menghilang," Aika menutup mulutnya sambil menangis dalam diam ia tak ingin menyela Mamanya.

"Sejak menikah dengan Papamu, Mama sudah kehilangan orang tua tapi terakhir kali mereka bilang sebelum meninggal ingin menjodohkan Mama dengan Daddy Kevin. Jangan membenci Daddy Aika, Daddy rela memadu istrinya untuk menyelamatkan kamu dari kehilangan seorang Papa," Aika semakin melebarkan mata karena tak percaya dengan apa yang dikatakan Mamanya.

"Mama sengaja memberi kehidupan yang baru untuk kamu, namun semuanya tak berjalan lancar saat istri dari Kevin hamil. Mau tidak mau pria itu harus memprioritaskan keluarga kecilnya, sekali lagi tolong maafkan Mama," Rianti berdiri lalu memeluk Aika dengan erat.

Aika entah mengapa merasa lebih lega saat ini, beban dalam pikirannya telah hilang. Seharusnya ia berterus terang dengan Mamanya sedari dulu tanpa menunggu hari saat ia ada di rumah sakit ini, bahkan tak perlu pula melibatkan Yusuf. Yusuf? Seketika pikiran Aika berhenti sejenak.

'Yusuf? Aku pasti sangat membuat kamu susah, tolong maafkan aku setelah ini,' batin Aika.

Aika tersenyum pada Mamanya dan Rianti juga senyum dengan lembut pula mengelus puncak kepala Aika, kini wanita itu bertekad tidak akan meninggalkan Aika lagi. Dengan lembut pelukan itu ia berikan kepada Aika, berusaha mengganti waktunya yang hilang bersama anaknya.

"Aika suka Mama disini."

"Baiklah, Mama akan terus bersama Aika mulai saat ini."

"Tinggalkan suami orang Ma," ucap Aika sambil melepaskan pelukan lalu memasang wajah cemberut.

Rianti hanya tertawa, "Baiklah, as your wish."

"Aika sayang Mama."

"Mama juga sayang Aika."

***

Seminggu setelah di rumah sakit barulah Aika bisa kembali bersekolah, ia mengira jika kedatangannya akan mengundang banyak spekulasi namun ternyata tidak. Gadis itu merasa lega, tanpa disadarinya seluruh warga sekolah sudah mendapat peringatan keras dari Rianti untuk tidak ada yang menggunjingkan Aika.

Ketika Aika berjalan dari parkiran menuju kelas tak sengaja melihat Asya yang sedang duduk manis di kursi taman, perempuan itu dengan semangat menghampiri sahabatnya.

"Assalamu'alaikum."

"Aika? Aaaaaaahhh akhirnya kamu kembali bersekolah lagi," Asya memeluk Aika karena begitu senangnya.

"Apa kamu kangen aku?"

"Tentu saja," Asya pura-pura merajuk lalu keduanya tertawa bersautan.

Aika duduk tepat disamping Asya, ia mengira jika sahabatnya akan menjauh karena kesalahannya namun Asya memang gadis yang berbeda.

"Asya?" yang dipanggilpun menoleh.

"Iya?"

"Apakah kamu sudah tau berita terakhir tentangku?" Asya tersenyum lalu mengangguk.

"Apa kamu marah?" tanya Aika takut-takut.

"Untuk apa aku marah? Semua sudah ada yang mengatur, kita sebagai hamba hanya bisa bersyukur dan menjalani semuanya dengan ikhlas."

Aika menangis, sungguh ia kini sangat merasa malu. Asya menepuk pelan tangan Aika, ia tau jika gadis didepannya hanya pada posisi ingin mencari jati dirinya. Ketika Aika hijrah ke jalan yang benar, tak sepantasnya ia meninggalkan orang yang seharusnya selalu didampingi.

"Sudah Aika, meminta maaf yang benar adalah ke Allah dan Ia sang Maha pemaaf."

Aika mengangguk dan menghapus air matanya, apa yang dikatakan Asya benar atau bahkan sangat benar. Ia akan bertobat.

"Asya kamu mau kan menemani aku menuntut ilmu agama lagi?" Asya tersenyum sangat lebar.

"Tentu Aika dengan senang hati," Aika ikut tersenyum sampai ia teringat pada seseorang.

"Asya, dimana Yusuf? Aku ingin meminta maaf," Asya tersenyum jail.

"Mau minta maaf atau kangen hayo?" Aika yang sedang tak ingin diajak bercanda hanya menampilkan wajah dinginnya hingga membuat Asya tertawa singkat.

"Yusuf kembali ke pondok, Aika. Setelah lulus ia akan pergi ke Mesir untuk ikut Ayahnya yang dipindah tugaskan disana, sekaligus untuk menuntut ilmu lebih tinggi. Laki-laki nakal itu hanya menitipkan pesan yang harus kusampaikan padamu, bahwa kami semahrom karena aku adalah tante dari Yusuf," Aika melongo.

"Lucu bukan? Saat Umi hamil aku, anak pertama Umi dan Pak Kyai yang tak lain adalah Umi Yusuf juga sedang mengandung. Jadi, ketika lahir maka kami seumuran," Aika menunduk dalam. Jadi selama ini ia telah salah paham.

"Aku kira kamu sudah tau karena Yusuf yang suka memanggilku Ammah yang artinya Bibi dalam bahasa arab, dan untuk kejadian dimana aku dan Yusuf berpelukan di taman itu karena aku yang sedang sedih akibat Pak Kyai yang sakit keras tapi alhamdulillah kini sudah membaik."

Aika menangis bahkan kini ia tak menutupinya lagi, gadis itu sangat merasa sesak di dadanya. Asya hanya bisa memeluk sahabatnya itu, ia tau jika Aika bukan hanya merasa bersalah tapi juga karena Yusuf pergi membawa sebagian hatinya.

"Aku telah terlambat, Asya."

"Tak ada yang terlambat, Aika. Jadikan kepergian Yusuf sebagai langkah awal kamu untuk memperbaiki diri," Asya mengangkat dagu Aika agar mendongak ke arahnya.

"Ingatlah Aika, putri Zulaikha tak mendapat apa-apa saat mengejar cinta Nabi Yusuf tapi ketika ia berbalik mengejar cinta Allah maka Yusuf datang sebagai hadiahnya."

bersambung..

Zulaikha KekinianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang