ZK : 3. Masa Lalu

16 9 0
                                    

Seorang gadis kecil bersembunyi diantara tempat tidur dan lemari kecil, ia menangis dan ketakutan. Ia mendengar tembakan di luar kamarnya disusul dengan suara saling dorong meja, lalu terdengar suara seorang wanita menjerit lebih membuatnya menangis hingga menutup kedua telinga berusaha untuk menulikan pendengarannya.

"Mama," gumamnya.

Tiba-tiba pintunya bergetar diiringi suara berdebum, gadis itu semakin terlihat ketakutan hingga ia memilih menutup matanya.

"Tidak! Jangan ganggu anakku," suara teriakan itu mampu membuat gadis kecil yang ketakutan itu menangis.

"Mama, adek takut Ma."

Lalu kembali terdengar suara wanita, "Jangan ganggu kami, tolong hentikan semua ini."

"Mama, jangan tinggalkan adek Ma," gumam gadis kecil itu sambil menangis sesenggukan.

Braakkk

Gadis itu semakin takut dengan terbukanya pintu kamar akibat dobrakan kuat, ia dapat melihat seorang pria bertubuh tinggi dan berisi. Gadis itu semakin histeris dan bergerak gelisah saat pria itu semakin dekat ke arahnya.

"Come on little girl, come to your father."

"Mamaaaaaaaa."

Aika tiba-tiba terbangun dari tidurnya, ia tersengal-sengal. Wajahnya pias karena mimpi itu, mimpi yang selalu datang setiap kali pikirannya terguncang. Ia mulai takut dengan keadaan sekitar, mencoba untuk mecari pria itu dengan menoleh ke kanan dan ke kiri bahkan ia juga mengawasi pintu kamarnya. Aika mulai lega saat sadar bahwa ia berada di kamarnya dengan selamat, bahkan tidak ada siapapun termasuk pria bertopi hitam dan berjaket kulit hitam yang ada di mimpinya. Hal itu hanya mimpi, namun terasa begitu nyata hingga memasuki alam bawah sadarnya.

Gadis itu menangis, ia meraup mukanya dengan kedua tangan. Tangisan itu semakin histeris dengan hentakan kakinya mendorong selimut, ia juga mengacak-acak rambutnya untuk meluapkan segala rasa didalam hatinya.

"Aaaarrrggg".

Sangat terlihat miris ketika gadis cantik itu mencakar seluruh tubuhnya, beruntung ia memakai pakaian serba panjang hingga kuku-kuku panjang itu tak sampai melukai kulitnya secara langsung.

"Aaarrgg pria brengsek, kenapa kau selalu datang di mimpi ku?" tangisan itu semakin melengking dan terdengar sangat menyayat hati tak terkecuali Mbok Na dan Pak Yudis. Keduanya telah berada di luar pintu kamar Aika, namun terakhir kali saat mereka masuk justru membuat Aika berusaha melukai diri dengan membanting segala sesuatu disekitarnya sekalipun itu lampu tidur mahal dan meraih pecahan untuk menghunus nadi. Untuk sementara sepasang suami istri itu hanya bisa diam menunggu suasana tenang, ketika suara teriak dan tangisan mulai pelan sudah di pastikan Aika akan berdiam diri dengan tatapan kosong, seperti saat ini.

"Non Aika? Ini Mbok Na," panggilan itu hanya angin lalu bagi Aika saat ini.

Mbok Na yang tak tega hanya mampu terisak, Pak Yudis ikut memeriksa keadaan Aika dengan melambaikan tangan di hadapan Aika namun tak ada respon. Lalu mengguncang tubuh Aika dengan pelan, hal itu juga tak mendapat umpan balik. Mbok Na memeriksa sekujur tubuh Aika apakah ada luka, ketika ia membuka lengan gadis itu yang terdapat luka bekas cakaran kuku, Mbok Na kembali menangis dalam diam.

Mbok Na keluar dari kamar Aika untuk mengambil kotak P3K, sedangkan Pak Yudis membaringkan Aika yang setengah sadar itu dengan lembut dan menempatkannya dalam posisi senyaman mungkin. Mbok Na kembali datang dan langsung mengoleskan obat pada lengan Aika, tentu air mata wanita itu selalu keluar walau telah di tahannya. Pak Yudis ikut mengoleskan minyak aroma terapi pada hidung dan kepala Aika, lalu Mbok Na menaikkan selimut hingga sebahu Aika. Kedua orang tersebut berusaha membuat putri kesayangannya tidur, karena setelah tidur pastinya Aika akan lebih tenang ketika bangun nanti.

"Cepat sembuh ya nduk, jangan suka buat Mbok Na khawatir."

"Ayo Na kita keluar, sebelum gadis keras kepala ini bangun dan mengamuk karena kita berada di kamarnya."

"Lebih baik aku dimarahi Pak daripada harus melihat anak ini kesakitan seperti tadi," ucap Mbok Na dengan mengusap lembut dahi Aika yang berkeringat.

"Iya, semoga Non Aika cepat dipertemukan dengan orang yang mampu mengajaknya keluar dari keterpurukan."

"Aamiin."

Setelah itu kedua orang yang telah lanjut usia tersebut keluar dari kamar Aika, tanpa Mereka sadari Allah SWT telah mengabulkan do'a keduanya.

***

Aika bangun dengan badan yang terasa remuk dan jangan lupakan pusing yang begitu membuatnya menderita, ia memijit kepalanya untuk mengurangi rasa sakit. Dengan perlahan ia mengingat kejadian tadi pagi, kembali ia meneteskan air mata namun kali ini tanpa emosi. Air mata itu keluar karena mengasihani keadaannya yang begitu menyedihkan, ia bangkit dari atas kasur dan berjalan ke arah cermin besar kamarnya.

Pantulan cermin itu tak dapat berbohong, ia melihat dirinya yang berantakan dengan rambut tak beraturan dan air mata menggenang di pipi serta jangan lupakan baju longgar yang semakin longgar karena tarikannya. Aika kembali menangis, ia masih dapat melihat wajah cantiknya disana bahkan setelah ia rusak. Kembali ia memperhatikan pantulan wajahnya, disaat ia menatap matanya sendiri ia seketika kembali marah.

"Aaarrrgggg mata sialan, pasti karena mata ini aku jadi seperti ini. Tuhaaann kenapa Kau berikan aku wajah seperti ini? Aku gak mau cantik.." Aika meluruh ke bawah meja riasnya sambil menangis, "Karena cantik hanya membuatku tersiksa, cantik membuatku banyak diincar oleh mahkluk itu. Aaaaarrrggg gue benci laki-laki, pria, cowok dan semua jenisnya."

Kembali Aika menangis, kali ini sambil memeluk lututnya hingga terdengar suara ketukan pintu. Ia mendongak, secepat kilat Aika menghapus air mata walaupun usahanya sia-sia karena mata sembab dan hidung merah masih terlihat. Tak lupa ia juga mencepol rambutnya ke atas, saat membuka pintu ia mengubah mimik menjadi datar dan mengerikan.

"Ada apa?" dengan dingin Aika menyambut Mbok Na.

Mbok Na tak fokus dengan pertanyaan Aika, wanita paruh baya itu fokus pada wajah berantakan Aika. Saat ia manatap mata Aika seketika ia terkejut hingga membuat nampan yang ia bawa bergetar, selama bekerja 10 tahun baru kali ini Mbok Na tau warna asli mata Aika. Aika yang sadar arah tatap asisten rumah tangganya, segera menyentak Mbok Na.

"Woy! Mau lo apa sih?"

Sentakan itu membuat Mbok Na mau tidak mau sadar dari keterkejutannya, ia jadi gugup di depan Aika. Namun Mbok Na tak ingin Aika berpikir buruk, ia segera menjelaskan apa maksud keberadaannya saat ini.

"Maaf Nona, saya kira hari ini tidak ada orang. Mengingat biasanya jam 11 siang saya masih bekerja disini. Ketika saya mendengar ada suara diatas, saya berinisiatif untuk membawa makanan untuk Nona."

Aika melihat tatapan Mbok Na ke arahnya, entah kenapa di lubuk hati gadis itu ingin menangis. Aika sangat tau arti tatapan itu, tatapan kasihan. Ia sangat benci dengan orang yang mengasihaninya, karena ia tak butuh itu. Namun saat ia melihat tatapan Mbok Na, ia merasa teduh dan rasa yang telah lama dicarinya ada disana. Tulus, sudah lama Aika tak menemukannya mungkin karena pergaulannya yang sempit dan bertemu dengan Liona, Katy, Angel semakin membuatnya tak percaya jika ketulusan masih ada di dunia ini.

"Nona?" panggil Mbok Na yang sedari tadi merasa diacuhkan.

Aika tak menjawab namun tatapannya kembali pada Mbok Na dengan wajah yang sulit diungkapkan, tatapan kosong itu mampu membuat Mbok Na takut. Bukan takut dimarahi, namun takut jika kejadian tadi pagi terulang hingga secara spontan raut cemas Mbok Na sangat tampak.

"Ehmm jika Nona tak ingin makan, biar saya kembalikan ke meja makan lalu saya akan pulang," beberapa menit tak mendapat jawaban Mbok Na berbalik badan dan berniat pergi dari hadapan Aika, namun belum sampai turun tangga ia dapat mendengar panggilan Aika hingga membuatnya terkejut karena selama ini ia belum pernah dipanggil Aika dengan panggilan seperti kali ini.

"Mbok Na?"

"Iya?

"Suapi aku."

bersambung...

Zulaikha KekinianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang