Chapter 2

6.8K 203 10
                                    




Senang rasanya bisa kembali kemari. Berkumpul dengan keluargaku yang sesungguhnya tapi ada yang merusaknya. Aku masih tidak bisa melenyapkan rasa sedih yang melingkupiku. Kepergian kakekku begitu cepat setelah kepergian nenek. Awalnya aku tinggal bersama mereka atas dasar keinginanku sendiri dan sekarang telah berakhir. Aku akan merindukan kenangan bersama mereka, disaat kami tersenyum dan berbagi cerita. Aku akan merindukan mereka selamanya.

" Jangan melamun terus, Sky ". Aku kembali ke bumi setelah merasakan tepukan tangan di bahuku. Itu Lottie, kakakku yang sangat fashionable.

" Oke ". Gumamku dan dia terkekeh.

" Kau melamunkan tentang Harry? Ah aku tahu dia pria yang hot ". Katanya sambil menatap ke langit-langit dan berangan. Aku tertawa menanggapinya, aku punya pacar dan dia tinggal di kota ini meskipun kami tak pernah bertemu secara langsung sebelumnya. Tidak mungkin aku membayangkan Harry yang baru ku kenal 2 setengah jam yang lalu. Lagipula dia teman Louis.

" Aku punya pacar dan kau juga, kenapa kau membayangkan wajahnya seolah-olah dia adalah crush-mu? "

" Ah jangan bicarakan soal pria sekarang kau masih terlalu kecil ". Ungkapnya semangat dan mengacak-acak rambutku tapi hey aku sudah berumur 18 tahun!

" Aku 18 tahun, Lottie "

" Uh huh dan Harry 24, goodbye ". Dia berlari dari kamarku sembari menjulurkan lidahnya jahil. Aku menertawakan sikapnya, yang layaknya anak kecil padahal dia lebih tua dariku. Dasar Lottie!

Aku kembali mengemas pakaianku, memindahkannya dari koper ke lemari. Tanganku berhenti beraktivitas saat melihat pigura foto kakek dan nenek juga diriku. Di foto ini kami sedang mengadakan pesta kebun. Astaga, aku tak ingin menangis lagi karena kutahu itu akan membuat mereka bersedih juga diatas sana.

Dengan cepat aku menghapus air mataku yang sudah membasahi pipi secepat kilat setelahnya aku kembali menyambung kegiatanku.

Sekitar setengah jam aku menghabiskan waktu untuk berkemas, cukup melelahkan ku. Ku dengar ketukan di pintu padahal pintu jelas terbuka. Itu Louis dia datang dengan alis yang tertekuk. Ada apa dengannya?

" Aku harap kau tak mengenal orang yang bernama Alex di kota ini ". Alex? Darimana Louis tahu tentangnya? Dan dia marah sepertinya.

" Um...darimana kau tahu? Dia pacarku ". Sontak matanya membulat begitu mendengarku. Dia mengusap wajahnya kasar lalu bersedekap.

" Dia di luar datang dan mencarimu ". Louis menjawab dibarengi dengan bola matanya yang berputar. Aku tahu ini bukan hal yang baik. Louis tak menyukainya. Wajar karena Alex memiliki penampilan yang sedikit ekstrem. Aku sendiri tidak mengerti kenapa aku mau menjadi pacarnya. Bukan apa-apa, kami memulai sebuah hubungan lewat dunia maya. Yang kutahu dia baik dan pengertian tapi terkadang aku takut sewaktu-waktu akan bertemu dengannya karena dia orang yang sedikit jorok dalam artian dia suka membahas hal vulgar denganku padahal aku sendiri tidak terlalu mengerti apa itu semua. Dan sekarang aku akan benar-benar berhadapan dengannya.

" Sebenarnya aku tak pernah bertemu dengannya ". Ucapku takut. Louis menjatuhkan rahangnya.

" Kau sudah gila, temui saja dia agar dia cepat menyingkir dari sini. Teman-temanku tak menyukai kedatangannya ". Ucapnya sedikit kasar lalu berjalan mendahuluiku. Ya dan kau juga, ucapku dalam hati.

Aku mematung begitu melihat Alex yang sebenarnya. Dia sangat tinggi dan penampilannya jauh lebih ekstrim ketimbang penampilannya di media sosial. Aku tak percaya memiliki seseorang yang masuk dalam kategori menyeramkan seperti dirinya.

Teman-teman Louis melihatku dengan aneh di ruang tamu. Alex duduk bersama mereka tapi mereka tidak mengobrol. Alex menyadari keberadaanku, senyuman miring muncul di bibirnya dan aku mengisyaratkan untuk berbicara di luar.

Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang