Chapter 34

1.4K 99 3
                                    

Mulmed: pic of Anwar Hadid as Max


3 days later....


Aku sedang memasukkan barang-barang yang tak ingin kubawa pulang ke dalam lokerku lalu menguncinya. Aku mengambil nafas panjang sebelum membalikkan badanku dan aku terpaku di tempatku berdiri karena Max muncul dengan tiba-tiba. Dia memberiku senyumannya yang sama sekali tak ku sukai. Bukan hanya kali ini tapi semenjak kami kenal. Aku tak menyukainya, senyumannya apalagi tatapannya. Mungkin dia hanya berniat untuk ramah atau mendekatiku untuk berteman tapi dia memiliki cara yang berbeda untuk menyampaikannya, caranya itu yang tak ku sukai. Dia membuatku sedikit merasa takut.

" Oh hai, Max! ". Suaraku menyapanya dengan kikuk. Aku tak bermaksud untuk menampilkan kerisihan ku padanya secara langsung, aku harus tahu apa tujuannya untuk kerap kali menatapku dengan cara yang aneh. Bukannya aku merasa terlalu percaya diri hanya saja itu sangat kentara di mataku.


" Hai, Skylar. Aku datang untuk memintamu menemaniku makan siang, apa kau mau? ". Tanyanya yang jelas terlalu frontal bagi orang yang baru belajar bicara dengan orang yang baru di kenalnya. Aku menelan ludahku gugup. Ini bukan ide yang bagus. Harry pasti akan marah atau mungkin langsung menyeret ku pulang.


" Maafkan aku, aku harus pulang sekarang jadwalku telah selesai hari ini. Apalagi aku harus pulang dengan teman-teman ku ". Bibirku berupaya membentuk senyuman tipis dan alisku dengan sedemikian rupa membentuk garis lurus agar nampak memelas dan kecewa. Ku dengar decakan tak suka darinya.


Max mendadak menempelkan kedua tangannya di lokerku dan mencoba menghalangiku yang hendak pergi. Aku seperti sedang menahan nafas begitu dirinya terlalu dekat denganku.


" Kau selalu mencoba menghindari ku, ada apa, huh? ". Oh shit, apa yang harus ku katakan padanya?


" Aku tidak begitu. Sekarang bisakah kau pergi teman-temanku sudah menunggu ". Dengan itu aku mendorongnya dan mengambil langkah lebar yang cepat untuk pergi ke tempat dimana mobil Harry terparkir. Aku rasa dia tak mengejarku jadi aku mulai melambatkan kakiku.


Aku mendapati Harry yang sedang memandang kesana-kemari di samping mobilnya, disana tidak ada Niall dan Lottie, aku pun langsung menghampirinya dan menepuk pundaknya. Tapi Harry memberikanku tatapan yang tidak seperti biasanya. Ia menatapku sebentar sebelum masuk ke mobilnya bahkan membanting pintunya dengan sedikit kasar. Ada apa dengannya?


Tak berpikir panjang, aku pun masuk dan duduk di sebelahnya, tempat dimana Niall biasanya duduk. Ku lihat tangannya mencengkram erat stir mobilnya, matanya juga lurus menatap ke depan.


" Hei, ada apa? ". Tanyaku lembut sembari menjalankan tanganku ke lengannya.


" Apa yang kau lakukan dengan pria itu, bermain tatap-tatapan hingga kalian saling jatuh cinta? ". Harry tergelak miris dan menampilkan giginya. Dahiku secara otomatis berkerut, oh, dia membicarakan tentang Max. Sial.

" Oh, ayolah, dia yang menggangguku dan mengajakku untuk menemaninya makan siang, jelas aku tidak mau oleh sebab itu aku disini ". Aku menjelaskan dan tertawa dalam hati. Harry ternyata cemburu karena hal itu. Untung saja aku menolak ajakan Max kalau sempat aku menyetujuinya mungkin Harry sudah memarahiku habis-habisan. Harry masih diam meskipun aku telah menjelaskan.


Sebuah ide tercetus di otakku jadi aku melakukannya. Aku berpura-pura marah dan keluar dari mobilnya, ingin melihat reaksinya. Ku dengar Harry memanggilku dan menarik tanganku saat aku sudah beberapa langkah menjauh dari mobilnya.



" Kau mau kemana? Ayo, pulang! ". Katanya lalu memaksaku untuk membalikkan badan. Mataku enggan menatapnya tapi Harry mencubit hidungku dengan kuat, aku meringis dan memaksa tangannya untuk melepaskan hidungku yang malang.

Tiba-tiba ia menggendongku seenaknya sendiri dan mulutku otomatis menjerit cukup kencang. Ku lihat beberapa orang melihat ke arah kami dan sebagian besar dari mereka memasang wajah tertekuk sembari memutar bola mata mereka. Harry membanting ku ke kursi dan dengan cepat ia mengendarai mobilnya meninggalkan universitas itu. Aku melotot padanya.

" Kita meninggalkan Lottie dan Niall, Harry! "





***




Harry menautkan tangannya dan tanganku saat kami mulai berjalan memasuki rumahnya. Ya, dia membawaku ke rumahnya karena akan tak nyaman jika ada Lottie disana. Dia bilang dia ingin punya waktu hanya berdua denganku. Lottie sendiri memang sudah berada di rumah karena ia pulang bersama Niall dengan bus karena harus mampir ke toko buku lagi.


Begitu sampai di dalam rumahnya, Harry mengunci pintu utama dan mengajakku ke dapur. Dapurnya sedikit berantakan jadi ku putuskan untuk merapikannya. Sesekali aku melirik ke arah Harry yang sibuk memanaskan makanan dan dia nampak kelaparan sekali.

Setelah selesai dengan makanannya, aku dan Harry makan siang bersama dengan sedikit candaan di antara kami. Aku membawa jariku untuk membersihkan sudut bibirnya, Harry melakukan hal yang sama dan aku terkikik dibuatnya.


" Ayo ke kamar! ". Bisiknya penuh dengan tatapan misteri. Harry mendahuluiku dan yang kulakukan hanyalah mengekornya di belakang. Begitu sampai di kamar, Harry melepaskan kausnya dan aku fokus melihat ototnya yang bergerak secara panas di atas kulitnya. Aku menggigit bibir memandanginya tubuhnya yang atletis dan sudah pasti sangat panas.



Aku mendekatinya tapi Harry mendorongku ke kasur. Harry mengelus pahaku dan perlahan naik ke atas menyibak dress selutut yang ku kenakan. Ia menggesekkan tangannya diluar celana dalamku, membuatku menutup mata.



" I'm hungry ". Bisiknya. Aku membuka mataku dan mendapati wajahnya yang sangat dekat denganku. Tangan kanannya masih bergerak di bawah sana sementara tangan kirinya membelai lembut pipiku.



" Tapi kau baru saja makan ". Ucapku yang mendapatkan seringaian yang sangat ku sukai darinya. Harry mengecup bibirku sebelum menjilati rahangku dengan perlahan-lahan. Aku sedikit melenguh untuk gerakan kecilnya.


" Aku masih lapar karena belum memakanmu ". Kali ini bisikannya bagaikan bius yang menembus kulitku. Tanganku mulai bergerak di atas kulitnya menuju ke pinggulnya, dengan itu aku melepaskan kaitan jeansnya. Ia terkekeh lalu berdiri dan melepaskan celananya sendiri. Kali ini aku sedikit gugup karena jelas kami akan bercinta setelah berbagai kejadian yang ku lalui dengan pahitnya. Aku tersadar dan melepaskan pakaianku sendiri, semuanya, tanpa terkecuali.
" Telungkup lah! ". Pinta Harry yang mana langsung ku turuti. Tak lama kemudian dia menampar bokongku dan meremasnya gemas.



Ku rasakan lidahnya menyapu di atas kulit bokongku dan aku menggigit bantal yang ada di dekat wajahku. Harry memindahkan lidahnya ke lekukan punggungku dan berakhir di pundakku, ia mengecupnya lama sebelum mendekatkan wajahnya ke telingaku.


" Do you like it? ". Aku hanya mengangguk.
" Aku akan melakukannya dari belakang ". Ucapnya membuatku tertegun. Baiklah itu akan sangat baru bagiku. Tapi tak apa, aku akan mencobanya.


Ku rasakan penisnya yang keras di bawah sana sementara tangan Harry sedikit membuka selangkanganku.
Ia menghentak, menghantarkan sedikit rasa sakit di vaginaku. Harry menggerakkan pinggulnya secara cepat dan desahan-desahan lolos dari mulutku.



" Oh fuck! ". Rintihku pelan dan menggeram di tenggorokanku. Harry datang dan mengigit telingaku dan desahannya yang tertahan terdengar jelas di telingaku.


" Oh baby you are very tight "














































#smutvibes huh?

So guys maap baru apdet soalnya i'm so fucking busy. Ini aja sempat-sempatin buat apdet. Btw keknya cerita ini akan segera berakhir dehh 😥 dalam beberapa chapter lagi...

Ya udah itu aja sih yang mau disampein jangan lupa untuk vote sama komentar ya, ilysm 😚

Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang