Chapter 28

1.3K 104 14
                                    

Dia mencintai Bennett?

Wow...

Tak ku sangka. Harry kembali bermain-main dan menghancurkan ku untuk kesekian kalinya. Kali ini aku tak akan menangis untuknya, karenanya. Mungkin dia memang bukan untukku jadi untuk apa mengharapkannya?

Ku harap dia bahagia dengan gadis itu dan tak menyakitinya seperti ia menyakitiku.

Dan aku sendiri akan menikmati waktuku tanpa memikirkan tentang cinta dan mencarinya. Hidup hanya sebentar dan harus ku nikmati dengan sebaik-baiknya.

Aku menatap langit-langit kamarku dan memikirkan banyak hal tentang diriku sendiri. Setelah puas barulah aku mandi lalu berpakaian dan melakukan video call bersama Vic di balkon. Mau bagaimanapun aku tetap butuh teman curhat. Lottie bukanlah pilihan yang tepat karena dia juga berteman dengan Harry.

" Aku punya ide yang bagus, Skylar. Begini kau datanglah ke rumahku akan ku minta Jonah untuk menjemputmu. Aku jamin kau akan senang kalau kita berhasil ". Ucap Vic sembari menaik-turunkan alisnya jahil. Aku terkekeh kecil menanggapinya dan menyetujuinya lagipula aku bosan berada di rumah. Akan menyenangkan kalau aku pergi kesana dan mencari suasana baru.

Aku mengabaikan Vic sebentar saat ku lihat dari sini 2 mobil yang familiar di mataku berbelok ke rumahku. James berlari untuk membukakan pagarnya dan kedua mobil itu masuk ke dalam. Itu mobil Louis dan mobil temannya, aku malas menyebutkan namanya sekarang. Tapi tumben sekali Louis pulang lebih awal.

" Hellooooooooooo, Skylar. Kau mengabaikanku! ". Ku lirik Vic yang memanyunkan bibirnya. Lagi, aku terkekeh kecil dan mengatakan bahwa aku melihat Louis dan temannya datang.

" Ya sudah, aku ganti baju dulu sampai jumpa disana ". Ucapku mengakhiri pembicaraan kami dan aku mematikan laptopku. Jonah akan tiba kurang lebih 30 menit untuk menjemputku jadi ku manfaatkan untuk merombak sedikit penampilanku. Aku memilih crop tee berwarna putih dan ku padukan dengan hot pants juga leather jacket kesukaanku. Setelah pas dengan pakaianku, aku melompat ke meja rias lalu menyisir rambutku sebelum memberinya sedikit volume. Tanganku dengan sedikit gemetaran mengaplikasikan eyeliner dan maskara di mataku. Aku tak ingin menggunakan eyeshadow jadi sebagai pelengkap riasan ku, aku memoles lipstik berwarna bold sebagai penyeimbangnya. Setelah puas melukiskan seni di wajahku aku pun mencari barang-barang yang sekiranya bermanfaat yaitu uang dan ponselku, tentu saja.

Mengunci pintu kamarku, aku pun turun ke bawah untuk menunggu Jonah di depan. Awalnya langkah kakiku sangat lebar dan penuh semangat tapi setelah melihat ruang tamu yang ramai membuatku menghentikan langkah seketika. Semuanya menatapku tak terkecuali si mantan yang menyebalkan. Tatapannya membuatku gugup dengan berbagai alasan tapi aku berusaha sekuat tenaga untuk terlihat biasa saja.

" Kau mau kemana dengan dandanan seperti itu? ". Tanya Louis dengan nada curiganya yang menambah kegugupanku berkali-kali lipat. Tapi hey, aku tidak akan pergi kemana-mana kecuali ke rumah temanku jadi untuk apa aku gugup?

" Aku akan pergi ke rumah temanku ". Jawabku dan menggigit bibir bagian dalamku sembari menatap Louis lurus. Eleanor juga ada disebelahnya dan seperti biasanya ia menatapku dengan ramahnya. Tunggu dulu, Louis menggenggam tangan Eleanor? Woah...ada apa ini?

" Dengan siapa? ". Tanyanya lagi menyadarkan ku yang sibuk menerka-nerka apa yang terjadi diantara Louis dan sekretarisnya itu?

" Jonah ". Dengan itu kulirik Harry yang memutar bola matanya dan membuang muka, ia menyandarkan bahunya di sofa dan melipat tangannya di depan dada. Louis diam lalu mengangguk padaku. Baguslah dia memperbolehkan ku.

" Berhati-hatilah dan bersenang-senanglah! ". Ujar Louis lalu aku kembali melangkahkan kakiku.

" Well...kau cantik sekali, adikku! ". Aku mendengar suara Niall dan Zayn yang berteriak bersamaan mengucapkan kalimat pujian itu tapi kudapati nada sindiran di dalamnya, buktinya itu disambut tawa lebar dari Liam dan Lottie. Rrrrr... mereka pasti menyindir Harry.

***

Motor Jonah berhenti di halaman rumah yang sangat mewah. Aku mengaggumi desainnya yang klasik. Jonah mengajakku untuk masuk dan kami disapa oleh beberapa wanita yang sedang bersih-bersih dan memakai kostum pelayan. Kurasa keluarga Vic memang keluarga yang terhormat karena suasana rumahnya saja seperti di istana.

" Vic menunggu kita di rooftop ". Ucap Jonah yang berjalan di depanku. Aku mengikutinya yang kini masuk ke dalam lift.

" Rooftop? Wow... Apa yang akan kita lakukan disana? "

" Vic punya rencana yang pastinya berhasil. Kau harus berterimakasih padanya ". Jonah terkekeh dan aku pun begitu. Kami sampai di rooftop dan mendapati Vic yang sedang memotret dengan kameranya. Ia melihatku dan tersenyum setelahnya.

" Apa kau takut ketinggian? ". Tanyanya dan mengambil perhatianku yang tadinya tertuju ke pemandangan yang luar biasa ini.

" Tidak ". Kataku sembari menggeleng. Vic memberikan kameranya pada Jonah dan menyuruh pacarnya itu untuk menjauh dari kami. Aku tertawa melihat tingkah mereka. Jonah menjauhi kami dan ia memotret pemandangan di sisi lain, membelakangi kami.

" Sekarang kita harus bertukaran pakaian ". Ucap Vic mengejutkanku dan ia langsung melepaskan mini dress yang ia kenakan. Aku hanya melongo keheranan sementara ia sangat santai dengan pakaian dalamnya saja.

" Untuk apa? "

" Kau akan tahu, ayo lepaskan bajumu! ". Aku mengerjapkan mataku beberapa kali sebelum melepaskan jaketku dan bajuku, sesekali aku melirik pada Jonah dengan khawatir.
" Tenang saja dia tahu rencanaku jadi tak akan mengintip ". Ucap Vic lagi. Ia memberikan mini dress nya dan dengan segera ku kenakan. Ia juga memakai pakaianku dan meminjam kuncir rambutku.

" Kalian sudah selesai? ". Teriak Jonah dan diiyakan oleh gadisnya. Pria itu datang kemari dan meletakkan kameranya di atas meja.

" Sekarang kau harus memotret kami seolah-olah kau dan Jonah adalah sepasang kekasih ". Ucapan Vic mengantarkan rasa tak enak padaku. Sekarang aku mengerti rencananya dan kenapa dia mau sekali membantuku seperti ini?
" Hey, aku tahu Harry pasti cemburu melihatmu dekat dengan pria lain selain dirinya. Dia pasti mengira Jonah sedang mendekatimu. Oleh sebab itu ia melakukan hal yang sama dengan gadis lain ". Vic mengelus pundakku sembari tersenyum tipis.

" Semoga saja begitu "

" Aw...kau masih menyukainya, ya? ". Sial, kenapa Jonah meledekku seperti itu? Lihat, kalau saja Vic tidak disini aku sudah menonjok wajahnya yang menyebalkan.

" Jonah sshh. Skylar sekarang kau potret kami dengan ponselmu llau foto kami kau jadikan foto profil di media sosialmu. Aku jamin ia akan semakin panas ". Aku mengangguk pada Vic. Mereka berdua berjalan mengambil tempat yang pas lalu berpose. Ini akan bagus karena Harry sempat melihat pakaianku tadi jadi dia pasti berpikir kalau Vic adalah aku. Semoga saja yang dikatakan Vic itu benar, karena nyatanya aku sendiri menyimpan kecemburuan meskipun telah bersusah payah menganggap rasa itu tidak ada. Aku tahu kami berusaha saling memikirkan dan membenci. Tapi kalau memang tidak bisa maka aku akan membiarkan semuanya berjalan dengan sendirinya tanpa melakukan apapun lagi untuk membuat kita kembali bersama.

Vic berpose memeluk Jonah dari belakang dan menyembunyikan wajahnya di dada Jonah sementara Jonah sendiri mencium puncak kepala gadisnya, begitu, sampai berbagai pose mereka tunjukkan dengan apiknya.

Ah... seandainya aku bisa seperti itu dengan Harry.

Eh? Apa yang kupikirkan? Astaga, lupakanlah, bodoh!























Well... Happy birthday to our ZEN! 😭😭😭
SEMOGA DOI PANJANG UMUR DAN BALEK LAGI KE 1D 😫
AMINNNNNNNNNNNNNNNN


Ok so guys...i hope you'll like this chapter, okurrr

Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang