Chapter 23

1.4K 114 25
                                    


Mulmed penampakan kolam renang keluarganya Louehhh...


Begitu turun dari mobil Harry aku bergegas meninggalkan mereka yang menyempatkan diri untuk mampir ke rumah. Aku tidak dapat menahan tangisanku jadi aku menangis sejadi-jadinya. Aku merosot di daun pintu kamarku sembari menutup wajahku.

Tak menyangka jika itu menyakitkan seperti ini. Sialan. Waktu begitu singkat tapi efeknya separah ini. Bagaimana jika aku sampai mengencaninya selama 3 tahun? Mungkin aku sudah membunuh diriku sendiri.


Tapi tidak, aku tidak boleh menyesal. Ini keputusan yang tepat sebelum semakin terlanjur. Aku menempatkan diriku di tempat yang benar meskipun itu menyakitiku, sangat.


" Skylar? ". Lottie memanggilku disertai ketukan di pintu. Berdiri, aku bergegas berjalan dan berbaring di ranjangku.
" Kami akan makan siang bersama. Kau tidak mau, ikut? "


" Tidak, Lottie. Aku sedang sakit perut ". Jawabku tentunya di sertai bumbu-bumbu kebohongan.


" Apa kau mau ku ambilkan obat? "


" Uh...tidak--tidak perlu. Nanti juga akan sembuh dengan sendirinya ". Aku menghela nafas dan berharap agar Lottie segera meninggalkan pintuku dan pergi mengurusi si keriting sialan juga Niall yang pastinya sudah kelaparan.


" Oke ". Ku dengar gumamannya dan langkah kaki yang melangkah menjauh.


Bayang-bayang Harry yang berciuman dengan Bennett menyerang pikiranku lagi. Aku tergelak miris dan menyeka air mataku untuk kesekian kalinya. Tapi sudahlah, aku harus menemukan cara agar tidak terus-menerus memikirkannya. Bagaimana dengan mencoba menghubungi nomor Alex? Ya, aku akan melakukannya. Semoga dia belum mengganti nomor kontaknya.


Tanganku merogoh kocek celanaku. Aku mengambil ponselku dan segera mencari kontak Alex. Aku membuat panggilan dan langsung terhubung. Syukurlah, nomornya masih aktif. Detik mulai berjalan di layar ponselku menandakan ia menerima panggilanku. Aku mendengar suara kasak-kusuk disana jadi kuputuskan untuk memulai pembicaraannya.


" Halo? ". Tidak ada yang menjawab. Hanya suara yang sama ku dengar.


" Sayang? hhhh... Kau masih mau menelponku rupanya ". Aku sedikit menjauhkan ponselku dari telinga. Sedikit heran mendengar suara Alex yang berbunyi seperti orang yang kehilangan akal sehat. Ih...bodoh, pasti dia sedang mabuk.


" Tentu aku masih mau menghubungimu, Alex. Walau bagaimanapun kau tetaplah orang yang pernah membahagiakanku ". Oh manisnya omong kosong ku untuknya. Demi apapun aku sangatlah terpaksa menghubungi makhluk sadis seperti dirinya.


" Ada apa? Kau mau mencurahkan isi hatimu karena sudah putus dengan pacarmu? ". Alex terkekeh dengan pertanyaannya sendiri lalu kekehan ringannya berubah menjadi gelak tawa yang terdengar begitu liar. Seperti suara-suara tawa di dalam lagu-lagu band rock.

Tunggu dulu! Dia tahu kalau aku baru putus dengan Harry? Bagaimana bisa? Kenapa dia sangat hebat mengetahui semuanya?


" Kau tidak perlu terkejut, baby girl. Oh ya, ahh...apa kau masih perawan, my love? ". Matilah. Aku harus menjawab apa? Apa mungkin dia tak tahu kalau aku tak lagi seorang perawan? Bukannya seharusnya dia sudah tahu? Ah sialan ini membuat kepalaku serasa berputar.
" Jangan takut! Aku yakin kau masih perawan. Karena hanya aku yang pantas mencicipimu untuk pertama kalinya, iya kan? ". Lagi, dia mengeluarkan tawanya yang begitu kasar. Jantungku berdegup kencang dan dadaku naik turun. Perasaanku mendadak menjadi tak enak.
" FUCK! JAWAB AKU, KY! ". mataku secara otomatis menutup dan ponselku jatuh ke atas kasur. Aku nyaris terkena spot jantung karena bentakannya. Ia membentak lagi dan aku harus membohonginya. Aku tidak mau keluargaku terkena imbasnya hanya karena kemarahan Alex jika dia tahu aku tak lagi perawan.

Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang