Chapter 5

2.8K 157 6
                                    






Aku merasakan tangan Harry disekitaran leherku dan deru nafasnya menerpa kulit telingaku. Aku menggeliat tak nyaman dan berusaha membebaskan diri dari dekapannya, tapi dia brengsek. Harry terus-terusan menahan ku dengan tangannya.

" Apa-apaan? Lepaskan aku! ". Suaraku mencicit dan aku muak, akhirnya aku menggigit tangannya sekuat tenaga. Harry mengaduh kesakitan dan ia telah memegangi tangannya, aku memahami keadaan sebelum berlari ke kamarku. Kakiku mengambil langkah cepat untuk segera kabur darinya. Tapi kakiku tak mendarat dengan mulus, akhirnya aku terjatuh dengan posisi wajahku yang menubruk lantai yang dingin. Rasanya sangat sakit dan perih. Aku mengangkat sedikit kepalaku dan kulihat darah yang bercecer di lantai beserta benda putih berlumuran darah yang ku yakini itu gigiku.

" TIDAK!!! "

" AAH.....!!! ". Aku terbangun dari tidurku dengan posisi duduk. Aku memandang dengan aneh kamarku yang remang-remang. Astaga, itu hanya mimpi tapi terasa sangat nyata. Mimpinya aneh dan campur aduk, aku membenci. Sekarang aku merasa seperti baru saja berhenti menempuh 5 km dengan berlari.

Tanganku menyibak selimut dan aku turun dari ranjang sembari mencari-cari sandal berbulu milikku. Aku memakainya lalu mulai melangkah menuju pintu. Tapi pintu itu tiba-tiba diketuk dan aku tak berpikir panjang untuk membukanya. Berdirilah Harry dibaliknya dengan wajah herannya. Ia melihatku dari atas hingga ke bawah.

" Apa kau baru saja berteriak? ". Tanyanya lalu masuk ke kamarku sesuka hatinya. Kini rahangku jatuh dibarengi berputarnya tubuhku untuk melihatnya yang memandangi kamarku dengan kedua tangannya yang berada di pinggang.

" Ya aku mimpi buruk dan aku berteriak. Hey! Bisakah kau keluar dari kamarku? ". Aku menghampirinya lalu menarik tangannya yang membuka laci dimana pembalut ku di simpan. Astaga, pria ini tak tahu sopan santun!

" Aku tidak mau ". Ucapnya lalu menusukku dengan tatapannya yang sangat tajam itu.

" Oh? Begitu? Baiklah, aku akan keluar dari sini dan berteriak di tengah-tengah rumah bahwa kau pria menjengkelkan yang masuk ke kamar seorang gadis dengan seenak jidatnya! ". Aku meluapkan kekesalanku dan bergerak untuk pergi tapi Harry menahan tanganku.

" Percuma saja, hanya ada kau dan aku dirumah ini sekarang ". Harry memutar bola matanya dariku. Ugh... wajahnya terlihat sangat menyebalkan. Tapi apa katanya? Hanya ada kami berdua di rumah ini?

" Maksudmu? "

" Orangtuamu, Louis, dan Lottie pergi ke Miami. Ada mayat ditemukan di dalam restoran milik ibumu ". Apa? Jadi aku tadi bermimpi atau tidak? Kenapa semua jadi kenyataan.

" Kau bercanda? Itu adalah mimpi buruk ku barusan ". Ucapku tak percaya lalu menyatukan tanganku di dada. Aku sangat syok sekarang.

Daripada berdiam diri di kamarku bersama Harry yang ikut-ikutan bungkam lebih baik aku mengambil minum untuk menenangkan diriku. Buruk sekali menjadi seseorang yang mudah merasa gugup dan mudah terserang perasaan tidak enak.

" Kau mau kemana? "

" Mengambil minum ". Aku tak repot-repot untuk berbalik demi melihat wajahnya, aku memilih untuk mempercepat pergerakanku agar aku segera kembali tidur.
" Minumlah perlahan-lahan, Ky! ". Harry menegur. Dia berdiri di ambang pintu dapur sembari melipat tangannya di depan dada. Aku menaruh gelas kaca yang baru kupakai ke wastafel lalu duduk sebentar di kursi.

" Harry kalau kau mengantuk tidur saja tak perlu menungguku ". Ucapku risih karena Harry terus memperhatikanku. Pria itu sangat aneh, berbeda dengan teman-teman Louis yang lainnya yang bersikap sewajarnya saja. Bukan seperti dia yang terkadang kupikir terlalu berlebihan.

Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang