Chapter 41

1.3K 94 2
                                    




Aku terbangun saat hari sudah menjelang siang. Wajar, karena aku tidak tidur dengan nyenyak sewaktu aku diculik. Hal pertama yang menghampiri pikiranku adalah Alex. Aku penasaran tentang keadaannya sekarang. Siapa tahu dia ditembak mati oleh polisi saat dia ditangkap, entahlah pikiranku begitu jahat mencoba balas dendam padanya.



Aku menggelengkan kepalaku seraya mencoba berdiri dari posisiku, setelah itu aku mencoba mencari Harry di luar. Tapi sepertinya dia sedang pergi kuliah bersama Lottie. Dad dan Louis pasti bekerja karena ku lihat hanya ada Mom disini. Dia sedang membaca majalah.


" Mom? ". Mom langsung melihat ke arahku dan senyuman menyejukkan timbul di bibirnya. Aku datang lalu terduduk di sebelahnya. Tangannya merengkuhku untuk bersandar di pundaknya.


" Kau lapar, nak? ". Tanyanya lalu ku rasakan bibir Mom mengecup puncak kepalaku. Aku menggeleng karena memang aku tidak lapar.


" Mom, bagaimana dengan kuliahku? ". Tanyaku sadar bahwa sudah cukup lama tidak pergi kuliah tentunya karena musibah yang menimpaku. Aku mengangkat kepalaku dari bahu Mom dan mencoba membuat kontak mata dengannya.


" Kau cuti hingga semester depan. Itu demi kebaikanmu karena ternyata Alex dibantu oleh Max dan Emily. Tentunya kita tidak ingin kau kembali ke dunia luar sampai kau benar-benar merasa jauh lebih baik ". Rahangku jatuh ke bawah. Max dan Emily membantu Alex? Tapi kenapa? Apa salahku pada mereka?


" Aku merasa tak punya masalah dengan Max. Bahkan aku tidak terlalu mengenalnya juga Emily ". Seruku tak percaya pada kenyataan. Mom mengelus pundakku sebelum kembali menjelaskan


" Max marah karena kau selalu menolak saat dia mencoba mendekatimu dan Emily jelas karena dia marah soal Louis ditambah lagi kau menamparnya waktu itu, ingat? "



Aku mengangguk. Well... Itu gila. Masalah sepele seperti itu dapat membuatku sangat menderita. Kalau begitu bukan hanya Alex yang ditangkap tapi Max juga Emily. Pasti sebentar lagi sidang akan dimulai dan sudah jelas aku akan menghadirinya.





***





" Harry! ". Aku menyerukan nama Harry saat ku lihat dia baru keluar dari mobilnya. Senyumnya mengembang dan aku berhambur di pelukannya.


" Ekhmm.... ". Ku lirik Lottie yang sedang menggelengkan kepalanya lalu kakakku itu masuk ke dalam rumah bersama Niall. Aku terkikik kecil lalu melepaskan pelukanku dari tubuh Harry.


" Kau merindukanku, baby girl? "


" Tidak ". Jawabku membuat senyuman Harry luntur seketika. Detik itu juga dia mencubit ujung hidungku. Aku mengerang kesakitan karena cubitannya itu cukup kuat.



" Oh maafkan aku. Aku terlalu gemas ". Harry melepaskan tangannya tapi aku mengabaikan ucapannya melainkan fokus pada lidahnya yang begitu sinkron dengan bibirnya ketika bicara.



" Harry, i want to make love with you "



Ucapan nakal ku berhasil membuatnya mematung. Matanya berbinar menatapku dan perlahan-lahan tangannya menggapai pinggulku lalu turun dan membelai pipi bokongku yang terbalut rok.



" Of course, darling ". Bisiknya penuh penekanan. Aku berjalan mendahuluinya menuju ke kamarku. Ku dengar pintu kamarku yang tertutup dan dikunci. Gejolak di dalam tubuhku bermain gila dan aku melangkah dengan lebar menghampirinya. Aku menciumnya dengan cepat dan rakus, sama seperti dengan yang pernah ia lakukan padaku.


Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang