Chapter 33

1.3K 99 5
                                    


Keesokan harinya...



" Skylar bangunlah! Skylar sshhh! ". Mataku mengerjap beberapa kali saat mendengar suara Lottie yang membangunkan ku, bersamaan dengan itu, kurasakan tubuhku yang diguncang-guncangkan.


" Ada apa, Lottie? ". Aku mengucek mataku sebentar lalu beralih ke posisi duduk. Wajah Lottie murung membuatku menanyakan hal yang sama sekali lagi.


" Bennett ". Gumamnya pelan membuatku mengernyit. Bennett? Apa dia disini?

" Lottie bicara yang jelas! ". Desakku sedikit kesal karena Lottie membuatku sangat penasaran dengan ekspresinya yang kini bahkan sulit untuk ku mengerti. Dia menunduk sebentar lalu menatapku.

" Dia sudah pergi untuk selama-lamanya ". A-apa?



" Bennett? Dia tidak mungkin-- ". Aku kehilangan suaraku lagi. Hanya tangisan yang melingkupiku. Tidak mungkin, tidak mungkin dia pergi secepat ini. Aku berdiri dari dudukku dan pergi untuk mencuci muka setelah itu aku mengganti bajuku. Aku ingin menemuinya saat ini juga. Lottie juga menangis dan ia sibuk menenangkan ku.


Setelah berhasil menenangkan diriku sedikit, Lottie mengantarku pergi ke rumah Bennett. Disini ada banyak sekali orang yang tentunya menangisi kepergian sahabatku itu. Sahabat yang telah menolong nyawaku, sekarang dia pergi. Dia benar-benar pergi.

Aku terpaku melihat tubuh Bennett yang terbujur kaku di dalam peti dengan gaun putihnya yang cantik. Dia nampak sehat meskipun nyawanya telah meninggalkan tubuhnya. Tentu saja, dia bunuh diri sebelum penyakitnya benar-benar merenggut nyawanya.


Air mataku semakin mengalir deras sesaat setelah aku bersimpuh di dekat petinya, tak lagi peduli dengan orang-orang terdekatnya yang mengelilinginya. Aku menyentuh tangannya yang telah dingin dan meminta maaf padanya dalam hati berkali-kali. Ingin sekali aku memeluknya untuk terakhir kalinya.


Kenapa aku baru tahu? Seharusnya aku berada disini sebelum ia telah rapi dengan pakaian terakhirnya. Aku bukanlah sahabatnya yang cukup baik. Bennett kumohon maafkan aku.





***



" Dear Bennett, kau adalah gadis yang berhati indah, itu karena kau mau memperbaiki kesalahanmu, meminta maaf, bahkan kau menyelamatkan nyawaku. Kau masih terlalu muda untuk pergi tapi apa boleh buat? Semuanya ini kehendak Tuhan. Aku hanya bisa berharap kau tenang disisi-Nya dan semua dosa serta kesalahanmu di ampuni oleh-Nya. Tidurlah dengan tenang karena kau tak akan lagi merasa cemas dan sakit "



Tanganku menaburkan bunga di atas makam Bennett dengan perlahan-lahan. Aku sengaja menunggu semua orang pulang sehingga aku bisa berada di dekatnya dan menangis sejadi-jadinya. Rasanya hatiku sakit dengan hebatnya.



" Skylar, sudahlah! Dia juga akan bersedih kalau kau terus bersedih ". Harry mengelus rambutku sementara Lottie juga ikut menaburkan bunganya.



" Bagaimana bisa, Harry? Aku sangat menyayanginya, sangat ". Ucapku sedikit marah padanya. Rasa sedihku tak akan bisa hilang dengan cepat.



" Aku juga menyayanginya sebagai seorang teman dan penolong tapi bersedih akan membuatnya semakin bersedih di atas sana. Kita harus mengikhlaskan kepergiannya maka dia akan tenang, oke? Aku yakin dia juga menyayangimu dan tak ingin kau bersedih terus ". Bisik Harry membuatku berhenti menangis dengan pelan-pelan. Aku menatap matanya yang memerah lalu memeluknya sebentar.


Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang