Chapter 9

2.4K 136 3
                                    




Aku sudah kembali ke rumah begitupun dengan seluruh anggota keluargaku. Senyum bahagia terukir di wajah mereka tapi tidak denganku. Pikiranku mendadak tak terlepas dari Alex sejak semalam. Aku tahu aku sangat labil, sebentar-sebentar aku membencinya dan bahagia tak akan bertemu dengannya tapi sekarang aku justru sangat...huh... merindukannya.

Aku memandang pantulan diriku di cermin terlihat lah seorang gadis dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Aku memang sangat kelelahan dan kurang tidur.


Ku dengar gelak tawa yang menggelegar dari bawah jelas saja mereka semua sedang berkumpul dan mengobrol tapi aku tidak mau bergabung. Tapi sepertinya tidak juga melihat Louis datang ke kamarku dan memaksaku untuk ikut bergabung.


" Aku mau tidur ". Rengekku seperti bocah ingusan. Louis berdecak lidah dan bersikeras untuk menyeret ku ke bawah. Begitu sampai pandanganku fokus pada Harry yang tertidur di sofa. Itu aneh, bagaimana bisa kau tidur di kelilingi dengan mulut-mulut yang berisik? Tapi bukan itu saja yang membuatku fokus melihatnya tapi wajahnya yang tampak seperti seorang malaikat.


Tunggu dulu apa aku baru saja memujinya? Ku rasa iya.



" Jangan mengurung diri di kamar! Sekali-kali ikut mengobrol ". Ucap Dad yang mendapat anggukan dariku. Mereka mulai berbincang lagi dan ternyata itu percuma karena nyatanya aku hanya menonton mereka tanpa mengerti satupun apa yang mereka bicarakan.







***






5 days later




5 hari berlalu sejak Alex dipenjara. Aku tidak mau mengunjunginya. Tapi cepat atau lambat aku harus mengakhiri hubunganku dengannya dan tentu saja aku akan bertemu dengannya di rumah tahanan nanti. Rasanya aku tak tahan jadi aku akan meminta Lottie untuk menemaniku sepulang kuliah.



Mobil Lottie berhenti di sebuah parkiran dan ia mengajakku turun. Mataku menjelajahi bangunan universitas yang akan sering ku lihat untuk beberapa tahun ke depan. Wajah Lottie begitu bahagia dan ia merangkul ku dengan sangat erat seakan-akan sedang menyombongkan dirinya memiliki seorang adik sepertiku. Beberapa temannya langsung datang menghampirinya dan jelas saja mereka bertanya tentangku.



" Ini adikku, Skylar, dia cantik bukan? ". Ucap Lottie pada teman-temannya yang penuh kehebohan. Aku merasa malu-malu saat menatap mereka satu persatu.



" Ah tentu saja bahkan dia sangat cantik. Oh ya, namaku Karrie, dia Jane, yang ini Betty, dan dia si rambut biru konyol itu bernama Pharsa ". Ucapannya membuat gadis berambut biru itu yang tadinya menampilkan deretan giginya kini langsung memasang muka kesal.




" Aku tidak konyol dasar kau! ". Protesnya. Aku terkejut karena suaranya sangat lucu, suaranya sangat cempreng. Kami semua tertawa dan Lottie langsung menggusur teman-temannya agar ikut dengannya. Kami berjalan bersama-sama menuju ke aula yang sangat besar, tentu saja. Akhirnya kami mengobrol sambil menunggu pengumuman. Lottie bilang semua mahasiswa akan berkumpul disini jadi kami tak akan kemana-mana.




Sembari menunggu, aku melihat kesana-kemari , memuaskan rasa ingin tahu ku. Semua orang sibuk mengobrol termasuk senior-senior di sekelilingku ini.



" Harry, Niall! Kemari! ". Tiba-tiba Pharsa berteriak. Tentu saja suara lucunya menarik perhatian orang-orang tak terkecuali diriku. Aku ikut menoleh ke arah yang mereka lihat. Dan disana Niall berjalan dengan tergesa-gesa sedangkan Harry dibelakangnya berjalan dengan figurnya. Memasukkan keduanya tangannya di kantung celana dan tak peduli dengan sekitar. Begitu ia sampai, ia menanamkan tatapannya padaku. Matanya lalu beralih untuk melihat dadaku. Aku menunduk dan melihat lingkar kausku yang sedikit melorot dengan cekatan aku memperbaikinya. Dasar mata keranjang!




Kulirik Harry yang menahan tawanya dengan menggunakan jarinya untuk menutupi bibirnya.




" Betty apa kau lapar? ". Tanya Niall pada Betty. Perempuan imut dengan tubuh berisi itu langsung memajang ekspresi kegirangan.




" Ya. Kau mau mentraktirku ke cafetaria? ". Niall dengan coolnya mengibaskan kepalanya dan mempersilahkan Betty untuk menggandeng tangannya. Orang-orang ini menertawakan mereka kecuali Harry dan Aku. Harry memutar bola matanya sedangkan aku hanya diam.



" Kau disini saja, Harry, agar si jalang Bennet tidak menggodamu ". Ucap Karrie. Dalam hati aku bertanya 'siapa itu Bennett?'




" Tentu saja. Aku lebih senang kalau Skylar yang menggodaku ". Harry membalas dengan mengedipkan matanya padaku. Aku mengernyit heran tapi dia malah memamerkan lesung pipinya. Yang lain menyoraki kami tapi Lottie justru berdehem dengan kasar, tentu saja dia tak akan suka kalau ada orang yang genit-genit denganku.




Aku membuang muka dan bertepatan dengan itu, aku melihat seorang gadis yang menatapku dengan sinisnya. Sebenarnya aku tidak yakin, siapa tahu dia tidak sedang main tatap-tatapan denganku jadi aku abaikan saja. Tak lama kemudian seseorang berbicara dengan pengeras suara dan semua orang pun berkumpul untuk mendengarkan pengumuman.







***







Huh...hari pertama kuliah memang menyenangkan. Ku harap kedepannya aku akan terus seperti ini sehingga aku dapat menikmatinya dan tidak malas-malasan.



Lottie masuk ke dalam mobil dan disusul denganku. Sekarang kami akan pergi ke rumah tahanan untuk bertemu dengan Alex. Kulihat Lottie tidak keberatan jadi aku pun lega melihatnya.




Ia mulai menyetir selama kurang lebih empat puluh menit dan kami sampai di rumah tahanan. Aku dan Lottie masuk ke dalam dan aku memberitahu kepada petugas bahwa aku ingin berbicara dengan Alex. Aku sendirian masuk ke ruang telepon dan kulihat banyak pula orang yang sedang berbicara dengan rekan mereka yang sama nasibnya dengan Alex. Aku diberitahukan dimana aku duduk lalu terhubung dengan Alex.



" Alex? ". Panggilku. Nafasnya kasar di telepon.


" Baru sekarang kau mengunjungiku, Ky? ". Tanyanya. Aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Aku ingin to the point saja. Agar semua ini segera selesai.


" Aku... aku ingin mengakhiri hubungan kita ". Ucapku dan dengan cepat ia merespon. Alex tertawa sambil memukul-mukul mejanya, aku tahu itu.


" Oh begitu? Baiklah. Terserah kau saja. Tapi ingat jangan menyesalinya, Ky ". Ucapnya dengan nada mengancam yang membuat bulu kudukku berdiri seketika. Aku langsung teringat dengan semua cerita tentangnya yang telah sampai di telingaku. Aku menggigit bibir bawahku kuat-kuat dan menimbang-nimbang kata untuk ku ucapkan padanya.


" Aku minta maaf. Tapi hubungan kita sangat percuma. Kita memulai hubungan ini dengan cinta, tapi itu hanya aku. Sedangkan kau, kau punya maksud lain, Alex. Aku sudah tahu semuanya ". Ia tertawa lagi di depanku. Meskipun dibatasi oleh dinding, aku dapat melihat dengan jelas wajahnya di pikiranku.


" Oh jadi kau sudah tahu dan merasa mengambil keputusan yang tepat? Baiklah. Sekarang tinggalkan tempat ini dan tunggu hadiah dariku tak lama lagi, oke? ". Dengan begitu ia mematikan teleponnya. Aku menaruh kembali letak teleponnya dan keluar untuk mengajak Lottie pulang. Lottie terlihat khawatir melihatku.









" Aku ingin bicara di rumah saja, Lottie "










































Uh chapternya pendek pisan. Maap ya guys 😥

Tapi jangan lupa vommentsnya ya

Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang