Chapter 21

1.6K 111 13
                                    


" Aku berani bertaruh bahwa itu Alex. Aku melihatnya dengan mata kepala ku sendiri. Kenapa kalian tidak mempercayainya? ". Aku membentak mereka semua sambil menangis tersedu-sedu. Aku trauma dan tidak ada yang mau mendengarku. Mereka menjengkelkan.

" Tapi itu mustahil. Kau terlalu banyak berhalusinasi karena kau memenuhi pikiranmu dengan bayang-bayangnya. Skylar, berhentilah memikirkannya! ". Apa? Jadi itulah yang ada dipikiran Harry? Bagaimana bisa dia menuduhku begitu sementara aku benar-benar mencintainya? Aku tidak pernah memikirkan Alex lagi belakangan ini.

Aku ingin sekali membalas ucapannya tapi aku terlalu lemah dan rasanya tidak mungkin kami berdebat berdua di hadapan banyak orang.

Mataku memandangi laut lepas dan keadaan sudah gelap dan dingin. Ku pikir kami benar-benar akan pulang saat aku telah diselamatkan, nyatanya mereka mengajakku berdebat seperti ini. Pantai semakin sepi dan burung-burung nampak berterbangan kembali ke rumah mereka.

" Skylar benar ". Tiba-tiba Liam mendapatkan perhatian kami lantaran wajahnya yang menegang seketika.
" Kita harus pulang sekarang. Kita telah diperhatikan sedari tadi ". Lantas kami pun berdiri dan membereskan barang-barang kami dengan cepat. Aku menyempatkan diri untuk melihat sekeliling dan tidak ada siapa-siapa kecuali para penjaga pantai yang juga telah bersiap-siap untuk pergi.

Louis merangkul bahuku dan membantuku membawa barang-barang ku sampai ke mobil. Kami meletakkan barang-barang bawaan kami ke jok mobil lalu mengambil tempat duduk masing-masing. Kali ini Liam meminta agar dia yang mengendarai mobil dan Louis duduk di sebelahnya. Ele, Lottie dan Niall duduk di tengah sedangkan aku dan Harry juga Zayn duduk di belakang.

Aku menyempatkan untuk mengecek kondisi di sekitaran parkiran yang sedikit ramai melalui kaca belakang.
Mobil mulai bergerak dengan pelan untuk keluar dari parkiran.

" Liam, cepatlah, dia disini! ". Bersamaan dengan ucapan Louis bunyi tembakan terdengar dan diiringi dengan pecahnya kaca mobil. Tapi bukan kaca mobil Louis yang terkena tembakan melainkan kaca mobil yang kebetulan lewat tepat di sebelah mobil Louis. Mobil itu berhenti dan si pengendara keluar untuk melihat kondisi mobilnya sambil berteriak marah. Orang-orang berkumpul disana sementara kami telah melaju jauh.
" Si bajingan itu berusaha menembak mobilku. Dia berusaha mencelakai kita ". Ucap Louis lagi dan ia kembali melihat ke luar jendela.

" Untungnya dia sendiri ". Balas Liam. Jadi mereka berdua juga melihat Alex. Kalau begini terus mungkin sebentar lagi aku akan mati di tangan Alex. Aku tidak mengerti apa salahku padanya karena kenyataannya dia adalah pembohong dan seorang yang sadis.

" Kita harus melaporkan ini pada polisi ". Niall menyarankan tapi langsung mendapat bantahan dari Zayn.

" Percuma. Dia bekerja sama dengan polisi oleh sebab itu dia dapat mudah menyingkir dari penjara. Pasti dia punya orang dalam yang bersedia menolongnya ". Jelas Zayn.

" Kalau begitu kita akan menyelidikinya sendiri ". Ucapku mantap dan bertekad untuk berusaha mencari jalan keluar.

***

Sekarang ini aku sedang berjalan menuju ke toilet di kampus. Jadwal kuliahku telah selesai dan sebentar lagi aku akan pulang. Lagipula Harry, Niall, dan Lottie sudah menungguku di mobil. Mulai hari ini aku akan seperti ini terus, pergi dengan mereka bertiga, meskipun itu sulit lantaran jadwal kami yang berbeda-beda. Tapi kami berkorban untuk waktu.

" Woah... kebetulan sekali si jalang yang menjadi favorit pria-pria tampan mengunjungi toilet yang dikunjungi juga oleh kita ". Huh...kenapa pula disaat-saat seperti ini aku bertemu dengan wanita murahan dan binatang-binatang peliharaannya?

Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang