Chapter 6

2.7K 150 2
                                    









Harry's POV

Aku tersentak dari tidurku karena mendengar suara gaduh. Jangan-jangan si keparat itu datang kemari. Brengsek, aku tidak menyiapkan apapun. Mataku melirik pada Skylar yang juga ikut terbangun. Ia mengucek matanya lalu mengambil posisi duduk sepertiku.

" Suara apa itu? ". Tanyanya. Aku menggeleng pertanda tidak tahu. Tapi suara gaduh itu terus terdengar jadi ku putuskan untuk keluar dari kamar. Sebelum itu aku menyempatkan diri untuk mengambil pistol yang ku simpan di dalam lemari pakaianku.

Aku memeriksa apartemen dengan benar dan tidak ada apa-apa disini. Pintu depan juga terkunci dengan baik. Aku membalikkan badanku dan melihat Skylar yang melipat tangannya sembari melihat ke sekeliling. Ia menggigit bibirnya terlihat khawatir. Brengsek, dia selalu berhasil membuatku tegang hanya dengan gerakan-gerakan kecilnya yang tak terduga.

" Mungkin itu suara dari tetangga yang sedang mabuk. Tak perlu khawatir ". Aku memberitahunya dan dia mengangguk. Mataku memperhatikan tubuhnya yang hanya tertutupi kaus putih kebesaran dan celana pendek ketat berwarna hitam yang mirip dengan boxer. Dia sepertinya tidak berpikiran sedikitpun untuk berganti pakaian sebelum ikut denganku kemari.

" Aku tadi berpikir bahwa Alex mengacau kemari ". Ucapnya tiba-tiba. Ia tak sadar aku sedang mencuci mata dengan tubuhnya itu.

" Apa kau masih perawan? ". Celetukku. Ia melotot dan menjatuhkan rahangnya. Skylar tergelak miris dan sedikit menjauhiku.

" Excuse me? Apa-apaan kau bertanya tentang keperawanan ku? Kau sangat tidak sopan, tuan! ". Katanya marah. Aku berdecak lidah lalu kembali mendekatinya, ia melangkah mundur dan pergerakan yang kulakukan bersamanya terus berulang. Sampailah ia terjebak di antara dinding dan aku.

" Alex pasti mengincar keperawanan mu, oleh sebab itu dia mau melakukan drama menggelikan bersamamu. Menipu dirimu, kalau kau memang masih perawan. Tapi sebaliknya ia akan segera menjauh darimu kalau kau bukan lagi seorang perawan ". Ucapku dengan suara yang dalam dan pelan. Skylar menatapku takut dan ku lihat tangannya lengket ke dinding. Dia sangat menggemaskan.

" Jangan membuatku takut! "

" Tidak, aku serius dengan ucapanku ". Aku melangkah menjauhi Skylar sambil meletakkan pistol ku ke atas meja. Aku memilih untuk duduk di sofa dan gadis itu mengikutiku.

Kami hanya duduk tanpa melakukan apapun, membiarkan ruangan senyap ini melingkupi kami. Merasa sudah bosan akhirnya aku mengajak Skylar untuk menemaniku di dapur. Aku ingin minum sebotol champagne sekarang.

" Kau mau mabuk-mabukan? ". Tanyanya. Aku tertawa melihat ekspresi anehnya yang memperhatikan botol yang sedang kupegang.

" Ya, tapi tenang saja. Aku akan mabuk sendiri tidak akan mengajakmu ". Jawabku. Aku duduk di salah satu kursi meja makan lalu menuangkannya ke gelas. Skylar memperhatikanku dengan serius yang sedang minum, sembari ikut mengambil tempat di depanku.

" Apa rasanya enak? ". Tanyanya lagi. Dia gadis yang selalu penasaran.

" Tentu saja enak ". Jawabku, aku menuangkannya lagi dan meminumnya, begitu sampai ku rasa pandanganku mulai berkunang-kunang.

Skylar's POV

Mataku hanya menuju pada satu arah, yaitu Harry yang sedang meminum minuman itu yang sudah jelas mengandung alkohol. Harry meminumnya layaknya orang yang sedang kehausan.

Aku menyadari bahwa matanya memerah dan pandangannya sayu. Oke, Harry mabuk.

" Boleh aku mencobanya? ". Aku tak membutuhkan persetujuan darinya, melainkan mengambil botolnya dan hendak menuangkannya di gelas bekasnya. Tapi Harry menahan tanganku. Kami bertatapan selama beberapa detik yang terasa panjang.

" Kau tidak boleh mencobanya ". Ucapnya tidak suka. Bahuku meluruh dan aku menggumamkan kata 'oke'.

" Tapi kenapa aku tidak boleh mencobanya? ". Rasa ingin tahu ku kembali lagi. Harry berdiri dari tempatnya dan menghampiriku yang masih duduk. Ia mengangkat tangan kirinya untuk mengelus area pipi dan daguku. Aku mendongak untuk menatapnya dan tanganku menyatu karena gugup.

" Aku tidak mau kau merusak tubuhmu, oke? Kau begitu indah jadi jangan merusaknya! ". Ucapnya yang mana membuatku tertegun dan merasa tak percaya. Tapi dia sedang mabuk, dia tidak tahu apa yang dibicarakannya. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali untuk memperingati diriku sendiri.

" Sebaiknya kau kembali tidur, kau dalam pengaruh alkohol ". Aku berdiri seraya mendorong kursi yang baru ku duduki. Setelahnya aku menggiring Harry untuk kembali ke kamarnya. Aku merasa tatapannya itu jatuh padaku, tapi aku berusaha mengabaikannya. Begitu sampai di kamar, Harry justru memelukku sangat erat, bahkan bisa dibilang dia membuatku sesak nafas. Aku kaku dalam pelukannya sementara tangannya beralih ke bokongku, meremasnya perlahan.

" Aku suka tubuhmu. Kau sangat seksi, Skylar ". Celetuknya. Aku mendongak lagi padanya.

" Harry kau harus kembali tidur "

" Kau pasti berpikir aku sedang mabuk, itu benar, tapi aku masih cukup sadar untuk merasakan lembutnya bibirmu ". Setelah mengatakan itu, ia menciumku. Harry teman Louis menciumku. Harry menciumku dengan perlahan-lahan dan aku sendiri tidak melakukan apa-apa. Semuanya terjadi begitu cepat dan ia melepaskannya.
" Sushh... don't tell your family! Jadikan ini sesuatu hanya diantara kita berdua ". Bisiknya lalu ambruk ke lantai. Aku menutup mulutku yang menjerit kaget dan setelah itu aku langsung mengangkat tubuhnya dengan susah payah. Dia sangat berat, astaga.

Aku bersyukur terlahir sebagai seorang wanita yang cukup kuat sehingga aku dapat menidurkan Harry ke kasurnya. Aku menyelimutinya lalu memandangi wajahnya sebentar.

Harry menciumku tadi dan mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak keluar dari mulutnya, meskipun aku tahu dia tidak menyadarinya.

***

" Bangunlah, tukang tidur! ". Kelopak mataku perlahan-lahan terbuka dan melihat wajah Lottie di depanku. Aku bangun dari alam tidur sepenuhnya saat menyadari bahwa aku tidak tidur di kamarku sendiri. Oh, bagaimana bisa aku melupakan bahwa aku sedang menginap di rumah seseorang yang bisa dibilang asing bagiku?

" Aku mau pulang ". Ucapku yang mana membuatnya tertawa sembari menutup mulutnya.

" Tentu saja kau harus pulang, kau mau tinggal disini seumur hidupmu? ". Bersamaan dengan itu, Harry masuk ke kamar ini, mata hijaunya tertuju padaku dan ia menunjukkan senyum tipisnya. Bukannya membalas aku malah salah tingkah dan yang kulakukan adalah menggaruk kepalaku yang tidak gatal sama sekali. Apa maksudnya? Jangan-jangan dia ingat bahwa semalam dia menciumku! Jangan sampai!

" Baiklah "

***


Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan berpakaian. Saat aku menatap pantulan diriku di cermin, pikiranku melayang pada hubunganku dan Alex. Ku pikir aku takut untuk menemuinya terlebih lagi Lottie bilang dia menjadi buronan polisi sekarang. Ditambah lagi James bilang Alex memang sempat datang ke rumah ini untuk mencariku, mengetahui aku tak berada di rumah dia pergi lagi entah kemana. Yang pasti dia melarikan diri dan bersembunyi.


" Ada kabar gembira untukmu! ". Lottie berteriak diluar dan tak lama pintu kamarku terbuka. Ia dengan senyum lebarnya yang konyol datang menghampiriku. Kebahagiannya membuatku penasaran.

" Apa itu? "


" Kau diterima di universitas bersama kami, jadi mulai Minggu depan kita bisa pergi kuliah bersama-sama ". Jawabnya yang jelas sekali membuatku senang tak karuan. Aku berpelukan dengan kakakku ini.


" Senang mendengarnya, aku tidak perlu gugup karena sudah ada orang yang ku kenal, terlebih lagi itu kau ". Kataku.

" Bukan hanya aku tapi Harry dan Niall juga kuliah disana ". Perkataan Lottie membuat jantungku berdebar. Harry? Kenapa harus Harry? Aku terlalu bingung jika berada di dekatnya.


" Oh, baguslah "















Don't forget to vomments 😉

Love Between LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang