Kamu seperti matahari, yang hadir memberi kehangatan. Sementara aku seperti venus, yang selalu mengharapkan kehadiranmu saat fajar.
Ini tentang dia.
Laki-laki yang selalu ada dipikiranku.
Laki-laki yang selalu membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat saat melihatnya,
Bahkan saat hanya mendengar suara dan namanya.
Dia.
Yang beberapa hari ini berhasil membuat hariku serba salah.
Apa aku menyukainya?
Aku masih enggan mengaku kalau itu yang kurasakan.
Aku tak seharusnya merasakan ini.
Ini tidak benar.
Bahkan dia saja tak pernah menganggap aku ada
Dia hanya akan datang padaku saat dia butuh.
Dan pergi saat tidak membutuhkanku.
Dia hanya penasaran, seperti kebanyakan orang lainnya.
Jadi, ada ataupun tidak adanya aku dikehidupannya,
Itu tidak akan mengubah apapun.
Sama saja.
Tapi mengapa?
Dia yang menyebalkan,
Dia yang cuek,
Dia yang dingin,
Dia yang unik,
Dengan mudahnya mendobrak dinding pembatas yang selama ini kubuat.
Kenapa harus dia?
Jika hanya untuk disakiti,
Mengapa aku harus merasa nyaman?
Saat semua hal sudah terasa mungkin,
Kenapa dia harus datang membawa ketidakmungkinan yang selalu kusemogakan?
Apa rasa ini salah?
Saat dimana terkadang aku menginginkannnya.
Tapi, siapa yang sanggup menolak jatuh?
Kode etiknya; hati-hati agar tidak jatuh.
Kalau begitu jangan jatuh hati.
Kalaupun aku bisa,
Aku juga tidak mau jatuh seperti ini,
Lagi.
Ini sudah kesekian kalinya aku jatuh dan berakhir dengan luka dan cerita yang sama.
Diabaikan.
Sekali ini saja Tuhan,
Jika dia memang akan mengisi cerita hidupku,
Beri tahu dia jika aku menyayanginya,
Lebih dari teman.
Namun jika tidak,
Maka buatlah perasaan yang selalu menyiksa ini ikut mati dan hacur lebur layaknya abu.
Atau,
Buat aku membencinya.
Hanya itu,
Satu-satunya cara menyamarkan perasaanku.Wonogiri, 16 Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silent
Short Story[one short-story] Segenggam perasaan yang tak sempat diucapkan oleh kata. Penyesalan. Kekecewaan. Kesedihan. Cerita ini didedikasikan untuk seseorang yang sampai saat ini masih terus mengisi hatiku.