Aku rindu kamu. Aku rindu kita. Semua tentang kita.
Hei,
Aku rindu.
Aku rindu kamu.
Aku rindu tentang kita.
Aku rindu semua tentang kita yang dulu.
Kita yang selalu bertengkar,
Kita yang selalu berdebat,
Apapun itu.
Hal-hal kecil yang bahkan tak perlu untuk didebatkan.
Aku rindu itu.
Kamu yang selalu menggangguku,
Aku yang marah karena gangguanmu.
Kamu yang selalu membuat jokes-jokes receh,
Yang selalu bisa membuatku tertawa karena kekonyolanmu.
Aku rindu semua itu.
Aku merindukanmu sebagai seseorang yang selalu membuatku tertawa bahagia,
Dan menangis diwaktu yang bersamaan.
Aku rindu.
Benar-benar rindu.
Aku merindukan kita yang selalu bercanda,
Sebelum ada ‘hal’ yang membuat kita berjarak.
Kamu menjauh,
Aku menjauh.
Kita sama-sama menjauh.
Kita sama-sama bodoh.
Saling peduli satu sama lain,
Tapi tak ada yang mau menunjukkannya.
Aku ingin, tapi aku tak mau.
Sampai saat ini, aku masih percaya kalo takdir perempuan itu menunggu.
Bukan memulai.
Jadi, mau sampai kapan pun kamu bersikeras untuk menjauh.
Disini aku juga akan bersikeras untuk tetap menunggu.
Karena aku tau, jika kita memang ditakdirkan untuk bersama.
Sebesar apapun rintangannya, kita akan kembali dipertemukan.
Kalau pun kita tidak ditakdirkan bersama, aku percaya Tuhan telah menyiapkan pilihan terbaik-Nya untukku,
Untukmu,
Untuk kita.
Dan aku selalu percaya, rencana Tuhan lebih baik dari skenario khayalanku.Wonogiri, 1 Desember 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
In Silent
Short Story[one short-story] Segenggam perasaan yang tak sempat diucapkan oleh kata. Penyesalan. Kekecewaan. Kesedihan. Cerita ini didedikasikan untuk seseorang yang sampai saat ini masih terus mengisi hatiku.