Waktu berlalu semakin cepat. Meninggalkan semua perasaan-perasaan yang tertinggal dibelakang. Menciptakan setiap moment berharga yang hanya bisa dikenang. Disudut ruangan kecil tanpa sinar, aku termenung dalam sendu. Menekuri semua yang pernah kita lalui bersama. Candamu, tawamu, tingkah lakumu, senyummu, tatapanmu, dan semua tentang kamu. Membuatku semakin sesak mengingatnya. Kini tiada lagi semua itu. Tiada canda tawa, tiada senyummu, tiada tatapan matamu. Kini, hanyalah sunyi yang menemaniku. Membuatku semakin terbiasa dengan gelap dan sepi tanpa hadirmu disini. Terkadang aku berpikir, apakah ini yang terbaik untuk kita? Kembali asing walau tak ingin? Aku ingin kembali seperti dulu. Bertengkar, bercanda, dan tertawa denganmu. Melihatmu tersenyum setiap hari— walau bukan karena aku. Aku iri dengan mereka. Yang bisa tertawa denganmu, bisa melihatmu setiap hari. Tidak sepertiku, seorang pengecut yang menyayangimu, namun hanya bisa menyembunyikannya dalam senyap. Tanpa berani untuk mengatakan yang sejujurnya.
Wonogiri, 12 Desember 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
In Silent
Conto[one short-story] Segenggam perasaan yang tak sempat diucapkan oleh kata. Penyesalan. Kekecewaan. Kesedihan. Cerita ini didedikasikan untuk seseorang yang sampai saat ini masih terus mengisi hatiku.