Hujan kembali turun. Tetes-tetes air langit, yang kedatangannya telah dikabarkan oleh awan hitam. Yang menyembunyikan matahari dari tugasnya menerangi bumi. Saat itu pula, otakku memutar sebuah memori yang dengan keras ingin ku lupakan. Saat itu pula, semua kenangan—yang kubenci—bersamamu, terulang kembali bagai kepingan kaset. Aku bertanya-tanya, kapan semua ini akan berakhir? Sampai kapan semua rindu dan ingatan tentangmu yang selama ini menyiksaku akan berakhir? Dua minggu ini, terasa lebih baik saat aku tak pernah bertemu denganmu lagi. Tapi sekarang, entah mengapa semua itu bermunculan kembali. Aku benci dirimu. Aku benci mengingatmu. Aku benci diriku sendiri yang selalu teringat tentang dirimu. Aku benci dengan keadaan antara kita yang semakin hari semakin tidak bisa dijelaskan. Aku benci waktu yang membuatku selalu menghitung hari dengan ingatan tentangmu. Aku benci. Aku benci semua itu.
Semarang, 27 Desember 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
In Silent
القصة القصيرة[one short-story] Segenggam perasaan yang tak sempat diucapkan oleh kata. Penyesalan. Kekecewaan. Kesedihan. Cerita ini didedikasikan untuk seseorang yang sampai saat ini masih terus mengisi hatiku.