Ya. Kamu benar.
Kalian berdua bukan pilihan.
Dan selamanya akan begitu.
Disini aku yang sepenuhnya bersalah.
Awal yang seharusnya lancar,
Berubah menjadi rumit karena kebodohanku.
Aku tau kamu tak memiliki rasa padaku.
Dan bodohnya aku masih selalu menunggumu,
Padahal diwaktu yang sama,
Ada seseorang yang mau memberikan ruang dihatinya untukku.
Semua saran mengarahkanku memilih dia daripada kamu.
Seharusnya begitu.
Dan memang akhirnya seperti itu.
Aku mencoba dengan dia.
Tapi mengapa rasa ini masih milikmu?
Disaat ada seseorang yang pasti,
Mengapa hati ini masih mengharapkan sesuatu yang tak pasti?
Aku merasa bersalah pada dia.
Hubungan ini membuatku merasa terluka.
Aku terluka.
Dia (juga) terluka.
Dan kamu tertawa.
Aku tidak bisa seperti ini.
Menjalani hubungan yang diawali dengan kebohongan.
Hubungan yang diawali dengan kebohongan,
Akan berakhir dengan kebohongan pula.
Aku tak ingin membuat dia terluka,
Hanya karena rasa ini masih milikmu.
Tapi aku akan tetap membuat dia terluka,
Karena rasa ini (bukan) untuknya,
Dan aku telah membohonginya dari awal.
Jika aku memberitahu yang sebenarnya,
Dia pasti terluka.
Dia pasti marah karena aku membohonginya.
Tapi jika semakin lama aku bersamanya dengan kebohongan ini,
Itu akan semakin membuat aku dan dia sama-sama terluka.
Kejujuran memang menyakitkan.
Tapi itu yang harus kulakukan.
Aku harus menceritakan yang seharusnya terjadi.
Tentang perasaanku.
Juga tentang aku, kamu, dan dia.
Dan setelah itu,
Dia bebas membenciku.
Dia bebas memakiku.
Karena aku pantas mendapatkan itu.Wonogiri, 25 November 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
In Silent
Short Story[one short-story] Segenggam perasaan yang tak sempat diucapkan oleh kata. Penyesalan. Kekecewaan. Kesedihan. Cerita ini didedikasikan untuk seseorang yang sampai saat ini masih terus mengisi hatiku.