Semua kembali rumit. Kembali seperti benang kusut yang semakin lama hilang ujungnya. Kini kita kembali saling membenci. Saling menyalahkan dan mengolok satu sama lain. Kembali membangun jarak setelah kembali dekat. Kembali membenci setelah berdamai. Kembali menyalahkan setelah berbaikan. Apa memang harus selalu begitu? Aku lelah. Aku ingin kita bersikap biasa tanpa ada perasaan sialan ini. Tidak saling menyalahkan, saling benci, apalagi saling dingin dan asing. Aku ingin berdamai dengan semua yang pernah terjadi diantara kita. Tanpa ragu, tanpa asing, tanpa benci. Kembali seperti biasa tanpa ada masalah yang mengaitkan aku denganmu. Tapi, kamu membuatnya semakin runyam. Membuatku semakin serba salah dalam posisi seperti ini. Aku ingin lupa. Aku ingin pergi. Aku ingin meninggalkan semua—yang pernah terjadi diantara kita—dibelakang. Tanpa mengungkitnya lagi. Tapi kamu membuatku tetap tinggal, walau rasa ingin pergi ini sangat besar. Dan lagi, kamu tak memberikan kejelasan yang pasti. Semakin kesini, semua semakin tak jelas. Tanpa kepastian.
Wonogiri, 21 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silent
Short Story[one short-story] Segenggam perasaan yang tak sempat diucapkan oleh kata. Penyesalan. Kekecewaan. Kesedihan. Cerita ini didedikasikan untuk seseorang yang sampai saat ini masih terus mengisi hatiku.