Langit menghitam, mendung menggantung. Tetesan air hujan mulai membasahi jalanan hingga menyentuh sudut-sudut kota. Seakan mengatakan ikut berduka atas kedatangan masalah yang bertubi-tubi silih berganti. Hujan yang rintik menjadi hujan yang berisik. Hujan yang awalnya menenangkan berubah menjadi menyakitkan. Bulirnya yang semakin besar semakin mengguyur tubuh yang menggigil kedinginan. Semakin menghunjam rasa sakit yang tertanam. Membuat semua yang terasa semakin sesak tak terkira. Didalam guyuran hujan yang semakin lama tak teredam, aku ikut menumpahkan hujan yang mengalir dipipiku. Seakan menumpahkan semua lelah yang selama ini terpendam. Menumpahkan sesak yang bersarang didalam dada. Dan menumpahkan segala lelah yang menjadi kesah. Hujan memang menyakitkan. Namun aku sangat berterima kasih kepada hujan. Tanpa hujan, aku tak akan mungkin bisa menyembunyikan hujan kecil yang mengalir dipipiku sama derasnya. Dan aku berterima kasih kepada hujan, karena telah mengajarkanku bagaimana rasanya sakit, setelah awalnya bersenang-senang bahagia.
Terima kasih hujan.Wonogiri, 6 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silent
Short Story[one short-story] Segenggam perasaan yang tak sempat diucapkan oleh kata. Penyesalan. Kekecewaan. Kesedihan. Cerita ini didedikasikan untuk seseorang yang sampai saat ini masih terus mengisi hatiku.