Hari ini,
Aku sudah mengambil keputusan.
Menjauh.
Mungkin itu pilihan yang tepat.
Ya,
Aku memilih untuk menjauh.
Aku memilih mengubah sikapku padanya.
Kekanakan? Terserah.
Karena aku terlalu lelah dengan semuanya.
Lelah dengan sikapnya yang selalu berubah-ubah,
Sikapnya yang tak bisa ditebak,
Sikapnya yang membuat semuanya seakan-akan menjadi mudah.
Aku lelah dengan semua itu.
Aku tau,
Keputusan yang ku ambil sangat beresiko.
Pertama, aku akan mulai jauh darinya,
Baik disengaja atau tidak.
Kedua, mungkin aku sendiri yang akan tersakiti.
Ketiga, semua usahaku belum tentu berhasil.
Tapi masa bodoh.
Aku berusaha,
Sisanya,
Biar Tuhan yang menentukan semuanya.
Semua yang akan kulakukan memang ada konsekuensinya.
Tapi,
Mulai sekarang aku akan mencoba melupakan dia,
Dan tidak menaruh harapan lagi padanya.
Karena aku benci berharap.
Aku tau,
Melupakan dia butuh tenaga dan perjuangan yang ekstra.
Aku harus mengubah semua sikapku padanya.
Yang awalnya dekat kemudian menjauh.
Yang awalnya sayang berubah membenci.
Yang awalnya ramah menjadi asing.
Maaf,
Tapi aku terlampau lelah denganmu.
Bukan lelah menunggu,
Tapi terkadanga aku lelah dengan semua tingkah lakumu.
Jadi,
Izinkan aku yang kali ini memantapkan hatiku untuk memutuskan jalan apa yang akan kupilih.
Memutuskan kembali menutup dinding pembatas disekelilingku atau membukanya.
Memutuskan untuk lanjut atau berhenti atas semua yang telah kuperjuangakan dari awal.
Atau,
Memutuskan untuk berhenti atau tetap bertahan dalam ketidakpastian.
Bagaimana aku bisa bertahan disini sendirian sedangkan kamu tak pernah menahanku?
Bahkan,
Kamu tak pernah peduli ada atau tidaknya aku disekitarmu.
Harusnya dari awal aku tau,
Jika menghadapi kamu tak perlua membawa hati didalamnya.
Dan sekarang,
Aku memilih untuk berhenti.
Berhenti untuk peduli,
Berhenti berharap,
Dan berhenti atas semua perjuanganku untukmu.
Aku akan kembali menjadi pemeran tokoh dibalik layar.
Yang hanya akan melihat apa yang dilakukan oleh si pemeran utamanya.
Maaf,
Tapi ini juga bukan salahku untuk berhenti.
Karena hati ini juga bisa lelah menahan semuanya.
Jangan khawatir.
Aku bahkan tak bisa benar-benar membencimu,
Sekalipun aku ingin.
Sekalipun kamu salah dan menyebalkan.
Itu hanyalah alasanku agar aku bisa mengelak dari perasaanku.
Mengelak dari semua kebenaran yang selama ini mati-matian kuperjuangkan agar tidak menguar.
Walau jauh didalam lubuk hatiku,
Rasa sayang ini akan selalu sama dan bertambah setiap harinya.
Dan,
Aku masih tetap disini.
Selalu ada disini.
Masih setia menyebut namamu dalam setiap doa da cerita yang setiap harinya selalu kuadukan pada Tuhan.
Tuhan pasti mendengar semua tentangmu.
Dan aku pasrah.
Apapun yang Tuhan pilih dan berikan pada kita.
Itulah jalan terbaik untuk aku dan kamu.
Untuk kita.
Terima kasih,
Pernah menjadi alasanku tertawa bahagia dan menangis sedih dalam waktu bersamaan.
Aku tulus.Wonogiri, 18 September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
In Silent
Short Story[one short-story] Segenggam perasaan yang tak sempat diucapkan oleh kata. Penyesalan. Kekecewaan. Kesedihan. Cerita ini didedikasikan untuk seseorang yang sampai saat ini masih terus mengisi hatiku.