《34》

1.5K 223 75
                                    

warn; chapter ini mengandung kata-kata untuk mengumpat :) siapkan mental anda. Happy reading :)))






H-1 Hari pernikahan.

Pernikahan.

Ya itu adalah kata yang dipikirkan Kai sejak tadi, ia sedang termenung duduk dikursi kerjanya. Kai masih diharuskan untuk menyelesaikan berkas-berkas pekerjaannya sebelum waktunya ia menikah yaitu besok.

Kai kembali dari lamunannya dan setelah itu langsung mulai mengerjakan tugasnya. Senyum cerah terpatri diwajahnya tak sabar untuk menunggu hari esok, harinya bersama Krystal. Hanya memikirkannya saja sudah membuat Kai jadi bersemangat kembali untuk bekerja.

Tiba-tiba saja telefon yang tersambung pada sekretarisnya (sekretaris sementara) berbunyi. Kai mengangkat telfonnya menaruhnya disela telinga dan bahunya untuk menyangga telefon selagi ia menyelesaikan berkas ditangannya.

"Ya, suruh menemui saya" ucap Kai setelah percakapan terakhir dari sekretarisnya ditelefon. Tak lama dari itu pintu ruangan diketuk, Kai tak begitu mendengarkannya dan masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya sampai seseorang masuk kedalam ruangannya.

Kai akhirnya melirik kedepan saat ketukan sepatu pada lantai marmer terdengar kuat. Yang ia lihat didepan adalah seseorang dengan menggunakan tas brand merk gucci setelah dari channel dan sepatu dari jimmychoo terpampang didepannya. Kai mendongak untuk menatap seseorang didepan dan terkejut langsung merambati raut wajahnya.

Dia.

Dulu.

Kenangan itu langsung berputar seketika diingatan Kai. Ingatannya tentang masa lalunya yang kelam, masa lalu yang membuatnya hancur, masa lalu yang membuatnya enggan bangkit dan masa lalu yang sekarang tengah berdiri dihadapannya.

Nana Arnetta Sufy.

Wanita masalalunya.

Cinta pertamanya.

Wajah Kai berubah pucat pasi dan terlihat raut keterkejutan masih ditampakannya. Wanita itu melorotkan kacamata hitamnya, menyimpannya kedalam tas bermerknya lalu kembali menatap Kai.

Segera Kai berusaha menormalkan kembali ekspresinya. Sebisa mungkin agar ia tidak terlihat terkejut dihadapan wanita itu. Dengan angkuhnya kini wanita itu berbalik berjalan menuju kearah sofa dan otomatis Kai mengikutinya dibelakang.

Keduanya masih enggan untuk mengeluarkan suara. Mereka duduk berhadapan saling menatap tapi tiada kata yang terlontar. Nana berdehem untuk memulai perbincangan dengan Kai

"Emm Kainan, apa kabar?"

"Aku baik, kamu?"

"Aku juga" setelah itu hening kembali.

"Gimana kuliahmu disana?"

"Aku udah lulus tahun lalu, dan sekarang aku kerja diperusahaan papa"

"Yang ada di Amerika?"

"Bukan, disini di Jakarta" tuturnya.

"Oh"

"Kamu hebat ya sekarang udah jadi CEO aja"

"Hehe iya" Kai menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kai"

"Hmm"

"Aku kangen kamu"

Deg

"Kamu kangen aku juga kan?" Kai hanya diam tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Nana.

"Kai" panggil Nana, yang kini entah kapan ia berpindah sekarang ia sudah duduk disamping Kai. Kai sampai terperanjat akibat Nana yang kini tengah mengenggam tangannya erat. Perasaannya kembali bergejolak lagi, seperti beberapa tahun lalu.

Dáisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang