Satu minggu sebelum 28 Oktober. Satu minggu sebelum seluruh penghuni sekolah akhirnya beristirahat dari aktivitas belajar mengajar untuk ikut serta dalam pentas seni kecil kecilan yang dirancang OSIS.
"Goncang aja, semacam arisan gitu. Siapa pun nama yang keluar mau tidak mau harus jadi perwakilan kelas." usulku ketika sedang melakukan diskusi yang hanya dihadiri pengurus kelas untuk menentukan cara memilih perwakilan kelas dalam kontes busana daerah nantinya.
Rian- ketua kelas- sangat setuju dengan usulku. Sedangkan Gina masih ragu karena ada kemungkinan namanya keluar dalam goncangan nama tersebut. Namun tiga orang lainnya setuju dan jatuhlah kesepakatan pada ideku.
"Rapat kecil kecilan gini jadi cepet banget ya kalau ada Firda." tegur Hanum setelah mencatat seluruh nama murid di kelasku dalam kertas potongan kecil yang nantinya digulung oleh Tia.
"Iya, loh. Rapat kita gak pernah bertele-tele, kebanyakan selalu berakhir sepakat sama usulnya Firda."
"Aku sempet ragu sama pilihannya Bu Nia, tapi sekarang enggak lagi. Firda serius kalo dalam rapat. Itu pujian, by the way."
Aku hanya mengangguk angguk mendengar ucapan para pengurus kelasku; setuju terhadap pernyataan yang mereka keluarkan karena aku pribadi tidak suka diskusi yang berlama lama tanpa adanya debat pendapat- kau tahu, jenis diskusi yang lebih banyak diisi gosipan daripada topik diskusi sesungguhnya- jadi aku disini sebagai mimpi indah para pengurus kelas yang sudah diutus Bu Nia sebagai wakil ketua kelas mendampingi Rian.
"Yap, dan sekarang mari kita makan!" ucapku setelah Tia menyelesaikan gulungan kertasnya dan memasukannya dalam botol plastik bekas air mineral yang sudah dikeringkan oleh Andri.
"Hanum, kabarin anak kelas buat ngumpul lagi di kelas setelah jam ekskul ya." ucap Rian sebelum benar benar mengakhiri rapat kecil kecilan ini. Hanum mengangguk, Gina sudah lebih dulu keluar kelas, dan aku menarik tas dari meja kemudian berlari menuju kantin tempat Alena berada sejak lima belas menit lalu.
"Lama!"
"Aku nanti abis ekskul harus balik kelas, Al"
Alena menatapku dengan tatapan 'what? you are joking, right?' "Udah lama keluar kelas trus sekarang kamu bilang jadwal jalan kita ngaret!"
"Better late daripada gak sama sekali."
Aku mengangkat susu ultra strawberry dari hadapan Alena, lantas menikmatinya selagi memutuskan menu sarapan pagi ini- hanya satu jam pelajaran yang dilakukan di setiap hari Sabtu sehingga berakhir jam 9 kurang, jadi masih bisa kubilang pagi kan?
"Aku mie ayam. Kamu?" putus Alena sembari menanyakan pesananku sebelum benar benar berdiri.
"Aku lagi diet, gak mau makan."
Alena berdecak sebal. "Lambemu, Da, Da." kemudian ia menghilang di kerumunan siswa yang sedang mengantri untuk mendapatkan mie ayam pesanan mereka.
Aku masih menikmati susu ultra strawberry sembari membaca pesan yang ditulis teman teman kelasku di sebuah grup chat. Sudah ada tiga orang yang mengutuki diriku karena melontarkan ide tersebut, tentu saja ketiganya adalah kawanan Vania yang sudah menyiapkan kebaya pilihan mereka dan tidak ingin terpilih sebagai perwakilan yang mengharuskan mereka memakai pakaian adat Jawa Tradisional.
"Semoga Firda sih perwakilan ceweknya." Alena tiba tiba saja menyuarakan sebuah pesan dari Sandra; membuatku menoleh saat ia melontarkan "Whoa, look who's grown up! Kamu bikin kesel Sandra? Hahahaha."
Aku dan Alena sama sama gila karena menyukai percikan amarah dari kawanan Vania- siapapun itu. Kata Alena, orang orang dalam kawanan itu tidak benar benar berani, "Mereka tuh cuma ngancem doang. Kata kata yang mereka keluarkan itu isinya cuma intimidasi, gosip, dan nama nama hewan. Jadi gak perlu takut lah sama manusia manusia dalam kelompok itu, even Lian! no, i mean, especially Lian, dia gak mungkin terlibat perkelahian dengan siapapun karena dia pengecut. Semuanya pengecut. Lebih milih kelai pake guru BP daripada ngomongin face to face." ucap Alena saat itu setelah keluar dari ruang BP hanya karena mengeluarkan celetukan 'Masa sama kotor aja takut.' pada Vania ketika kerja bakti massal.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEFT UNSAID
Romance"Selamat tinggal." -Firda Shakina Putri "Kita bisa ketemu lagi, gak?" -Lian Semesta