23

31.9K 2.9K 98
                                    

"Hhmm..." Rei tidak bisa melawan saat Filip mengecup paksa lehernya. Tubuh Rei terlalu lemah untuk sekedar mendorong Filip menjauh darinya.

"Mng!" Rei bisa merasakan gigi taring Filip mencoba menembus kulitnya. Buliran bening membasahi matanya, bukan karena Rei tidak menyukai Filip tapi dia belum siap mengikat tanda dan perasaannya saat ini tengah bimbang di satu sisi Rei menyadari kalau dirinya menyukai Dave tapi di satu sisi lain Rei juga ingin Filip ada di dekatnya tapi bukan  sebagai pasangan.

"Milik ku.. " gumam Filip.

Rei menutup matanya.
Dia tidak punya kekuatan untuk melawan, Rei hanya berpasrah akan keadaannya.

Saat gigi taring Filip hampir menembus kulit leher belakang Rei, ribut-ribut di luar kamarnya membuat Filip menarik kepalanya menjauh dari Rei.

"Tuan anda tidak bisa masuk sembarangan!!"

"Jangan menghalangi ku!! Minggir!!"

'Dave!' Rei bisa mendengar suara nyaring Dave.

"Tuan!!"

Brakk!!
Brakk!!

Dave mendobrak pintu kamar Filip.

"Filip sialan!! Buka pintunya!!" Teriak Dave dari luar pintu.

Crakk... crakkk... prangg!!!!

"Uah!!" Filip dan Rei terkejut saat vas bunga kaca di dekat kasur pecah.

"Rei!!" Suara Dave semakin nyaring beserta pelayan yang terdengar sibuk menenangkan Dave.

Grep.
Rei menarik celana Filip.

"Filip.. buka pintunya, ku mohon" Rei menatap Filip dengan tatapan memohon.

"Cih.. menganggu saja" dengan berat hati, Filip beranjak dari kasur lalu membuka setengah pintu kamarnya.

"Apa mau mu ?" Tanya Filip.

"Dimana Rei ?!!"

"Dia tidak ada di sini" Filip menatap Dave dengan tatapan tajamnya.

"Jangan berbohong ! Minggir!!"

"Ku bilang dia tidak ada disini ! Pergi lah !" Filip menahan Dave yang terus memaksa masuk.

"Aku tau dia ada disini ! Kamu tidak bisa membohongi ku! Buka !" Dave menahan pintu yang hampir Filip tutup.

Tanpa sengaja mata Dave tertuju pada jas yang tergeletak di lantai, jas sekolah milik Rei.

"Ku bilang buka pintunya! Aku tau Rei di dalam!" Dave mencoba mendorong pintu yang Filip tahan.

"Ugh!" Filip masih bersikeras menahan pintu kamarnya.

"Ku bilang buka pintunya!!" Dave menarik kerah baju Filip lalu mendorong Filip hingga pintu kamar Filip terbuka lebar.

Saat pintu terbuka, Dave bisa mencium feromon Filip mengelilingi kamar tersebut. Dave juga melihat Rei hanya terbaring lemah di atas kasur dengan seragam yang setengah terbuka juga tatapan mata sayu Rei seolah meminta tolong.

Melihat keadaan Rei, emosi Dave sampai ke ubun-ubun.

"Apa yang kamu lakukan padanya ?! Bukankah saat di rumah sakit kamu yang mengatakan tidak ada paksaan untuk Rei memilih di antara kita ?!!"

Crakkk!!! Prangg!!!!

"Waaaa!!" Semua pelayan menunduk saat semua kaca di kamar Filip pecah.

"Heh.. jadi ini kekuatan seorang alpha dominan, menakutkan sekali" Filip tersenyum menantang Dave.

"Aku bisa membunuh mu hanya dengan satu tangan lalu melempar mu keluar jendela" Dave menatap Filip tajam.

"Lakukan saja, siapa takut ?" Filip semakin menantang Dave.

"Kamu!!" Dave meremas kerah baju Filip kuat.

"Jangan!!!! Hentikan kalian berdua!!" Rei berteriak dari atas kasur. Mendengar suara Rei, Dave melepas kerah baju Filip lalu menghampiri Rei.

"Rei.. kamu tidak apa-apa ? " dave memeluk Rei yang hampir jatuh dari kasur.

"Hentikan.. hiks, ku mohon.. aku bukan barang.. jangan seperti ini.. aku tidak mau di perebutkan..huu " Rei tidak tahan lagi melihat Filip dan Dave selalu bertengkar memperebutkan dirinya.

"Maaf, aku minta maaf" Dave memeluk Rei erat,

"Dave, Obat ku.. tolong ambilkan" Rei menunjuk jasnya.

Dave segera merogoh kantong jas milik Rei lalu menolong Rei menelan obatnya.

Rei meremas seragam Dave.
"Tolong, antar aku pulang" air mata Rei berjatuhan.

"Iya.. ku antar kamu pulang" Dave menarik jas Rei lalu merangkul pundak Rei yang bergetar, keduanya berjalan melewati Filip yang hanya bisa terdiam saat melihat Rei memilih pergi bersama Dave.

"Aku tidak akan melupakan kejadian ini, kamu harus minta maaf pada Rei" ujar Dave sebelum beranjak keluar dari kamar Filip, para pelayan hanya bisa melihat keduanya pergi karena Filip tidak memerintahkan mereka untuk menahan Rei dan Dave.

"Sialan.. hah" Filip duduk di lantai sembari bersandar di kasurnya.

"Tuan.. anda baik-baik saja ?" Salah satu pelayan mencoba mengecek keadaan Filip

"Keluar.. jangan ganggu aku" kata Filip dengan nada suara dingin.

"Ah.. baik!" Semua pelayan menjauh dari kamar Filip.

Filip menatap pecahan kaca dengan tatapan kosong, matanya tertuju pada dasi milik Rei yang tadi berlumur darahnya.

Filip berjalan lalu mengambil dasi Rei, dia mencium pelan dasi Rei.

"Aku mencintaimu Rei.. sangat.. kenapa bukan aku yang memenangkan hati mu ? " buliran bening membasahi mata Filip.

Untuk pertama kalinya Filip sangat menyukai seseorang hingga kehilangan akal sehatnya.

Dia berharap bisa memiliki Rei, hingga dia menutup mata akan perasaan Rei yang sebenarnya tidak ingin dia ketahui.

.
.

Bersambung....

Touch (TAMAT, Remake) (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang