24

32.4K 2.7K 128
                                    

"Ayah.. kakak! Lihat .. cocok kan ?!" Avlin masuk ke ruang makan dengan seragam sekolah omeganya.

"Uhuk.. uhuk.. Avlin!" Dave terkejut melihat Avlin memakai seragam sekolah, rambut Avlin yang terikat juga tidak ada riasan di wajahnya, semua terlihat alami.

"Ayah! Apa maksud nya ini ? Bukannya hari ini Avlin sudah pulang ?" Ayah Dave mengaruk kepalanya yang bahkan tidak gatal.

"Bagaimana ayah menjelaskan hal seperti ini, ini permintaan Avlin langsung juga sudah mendapat ijin dari ibumu hanya sampai Avlin lulus SMA saja.. ayah juga terkejut mendengar ibu mu menelpon ayah, tapi ayah juga tidak bisa menolak karena Avlin putra ayah"

"Jadi maksud ayah Avlin akan sekolah di sini ?!" Tanya Dave.

"Ya, dan kamu tau ayah hanya menerima 1x siswa dalam 1x kelulusan.. dan untuk Avlin ayah terpaksa membuka pendaftaran baru khusus siswa kelas 1.. ayah tidak mungkin menggabungkan Avlin bersama siswa kelas 2 yang berbeda pelajaran.. " ayah Dave menopang dagunya.

Ini hal baru di sekolahnya gara-gara Avlin memaksa untuk bisa bersekolah di tempat Dave, ayah Dave terpaksa merubah peraturan sekolah.

"... dan untungnya siswa kelas 1 ada yang mendaftar padahal ini bukan waktunya penerimaan siswa baru karena ini sudah masuk semester 2 .. kamu lihat ini Dave" ayah Dave memberi daftar siswa baru, lebih tepatnya siswa yang pindah dari sekolah lain dan masuk ke kelas 1.

"Jadi ada sistem yang berubah di sini ?" Dave melihat lembar di hadapannya.

"Ya, aku hanya membuka tiga kelas untuk kelas 1.. alpha, beta , dan omega.. berbeda dengan kalian yang punya 5 kelas.. ini hanya sementara aku tidak tau nantinya ada perubahan lagi atau tidak selama Avlin bersekolah disini.. ya, sistemnya akan seperti ini dulu tapi aku perlu waktu 1 minggu menyesuaikan sistem baru ini jadi pelajaran bisa di mulai 1 minggu lagi.. tidak apa-apakan Avlin ?"

"Ya! Tidak apa-apa ayah" jawab Avlin.

"Hah.. kamu ini.. kenapa menyusahkan ayah" Dave menepuk pelan jidat Avlin.

"Hpm! Aku hanya ingin dekat dengan kakak!" Avlin menggembungkan pipinya lalu memeluk Dave erat.

"Haha.. ada-ada saja.." Dave mengelus pelan kepala Avlin. Di balik senyumannya, sebenarnya ada alasan lain Avlin ingin bersekolah di tempat Dave.

Setelah kemarin , dimana Avlin mengikuti Rei dan Filip ke gedung belakang sekolah. Avlin bisa dengan jelas melihat Filip mencium Rei dan marah akan sesuatu pada Rei tapi Avlin tidak bisa mendengar percakapan mereka karena cukup jauh dari pintu.

Avlin bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di antara Rei, Filip dan kakaknya Dave.
.
.

Filip berjalan masuk ke pintu sekolah, tapi seseorang mencegatnya.

"Siapa kamu ?" Filip menatap tajam seseorang yang entah datang dari mana tiba-tiba mencegatnya.

"Kak Filip!!" Filip mengenal suara itu.

"Avlin ?" Filip terkejut, wajah Avlin tanpa riasan benar-benar berbeda dalam artian Avlin punya wajah yang memang alami ciri khas seorang omega laki-laki sama seperti Rei.

Mata bulat, hidung kecil juga bibir plum alaminya dan rambutnya yang sengaja dia ikat.

"Seragam itu " Filip melihat seragam yang Avlin pakai, seragam khsus untuk omega.

"Mulai minggu depan aku akan sekolah di sini! Jadi aku bisa terus di dekat kakak!"

Filip menatap Avlin sesaat lalu berjalan melewati Avlin dengan wajah cueknya. Mood Filip benar-benar buruk hanya untuk menanggapi seseorang seperti Avlin.

"Tunggu! Respon macam apa itu!" Avlin menarik legan Filip.

"Lepas"

Deg!

"Ah.. " Avlin langsung melepas tangan Filip. Filip langsung melangkah pergi menaiki tangga.

"Me-menakutkan.. " tangan Avlin bergetar ketakutan.

Saat Filip sampai ke lantai 2, Filip berpapasan dengan Ian dan Rei. Keduanya saling bertatapan.

"Rei ?" Ian menegur Rei yang tiba-tiba diam.

"Ian.. Kamu duluan saja, nanti aku ke kantin" ujar Rei dengan senyuman.

"Oh.. oke!" Ian langsung pergi meninggalkan Filip dan Rei.

"Um.. aku minta maaf tentang kemarin" Filip mengalihkan pandangannya, bertemu Rei setelah kejadian seperti itu membuat Filip merasa cangung.

Tuk!

"Ugh.." Filip langsung menatap Rei yang tiba-tiba meyentikkan jarinya di dahi Filip.

"Jangan salahkan dirimu.. aku minta maaf pulang tanpa berpamitan" melihat senyuman Rei perasaan Filip sedikit lega.

"Ini.." Filip menyodorkan dasi Rei.
".. aku sudah mencucinya"

"Terima kasih" Rei mengambil dasinya dari tangan Filip.

"Mm.. apa kamu marah padaku ?" Filip bertanya pada Rei.

"Aku tidak marah.. jangan khawatir"

"Ah.. syukurlah" Filip menghela nafasnya lega.
"Kalau begitu, aku ke kantin dulu.. dah Filip"

"Rei..!" Filip menarik tangan Rei, membawa Rei ke dalam pelukannya.

"Aku tidak akan menyerah.. walaupun Dave membunuh ku sekali pun.. aku mencintaimu Rei " Filip melepas pelukannya lalu tersenyum pada Rei.

Blush!
Rona merah muda menghiasi pipi Rei.

"A-apa yang kamu katakan! Su-sudah ya! Dah!" Rei langsung berlari menuruni tangga.

Deg..
Deg..
Deg..

"Hah.. ha.. hah... ugh! Bagaimana ini!" Rei meringkuk di ujung tangga.

Rei tidak mengerti dengan dirinya, bagaimana? Dan untuk siapa perasaannya ? Apa dia salah menyukai Dave ? Kenapa jantungnya juga berdetak kencang hanya dengan senyuman dan bisikan dari Filip.

Rei tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Siapa yang sebenarnya Rei pilih ?
Rei ingin semua ini cepat berakhir.

.
.

Bersambung....

Touch (TAMAT, Remake) (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang