08

57.7K 4.7K 41
                                    

"Ayah tidak selalu bisa mengawasi mu" pria paru baya terlihat menyuntikan sesuatu pada pria muda yang duduk diam di atas kasurnya.

"Kamu harus bisa menjaga hasrat mu Dave" pria yang di panggil Dave menatap pria paru baya yang menjabat sebagai kepala sekolah sekaligus ayah angkatnya.

"Aku tau ayah" Dave menarik kembali lengan baju yang tadi memperlihatkan lengannya.

"Kamu menyukainya ?" Ayah Dave menatap dave yang saat ini tengah mengancing seragamnya.

"Apa yang ayah bicarakan ?" Tanya Dave pura-pura tidak tau.

"Dia, Rei.. bukankah kamu menyukainya ?" Dave terdiam sejenak lalu berbalik melihat ayahnya.

"Apa ayah takut ?" Dave melihat ayahnya dengan senyum sinis.

"Bukan itu yang ayah maksud"

"Lalu apa ?"tanya Dave seolah memojokkan ayahnya.

"Kamu adalah alpha dominan.. kamu mengerti posisi mu Dave, kamu tidak bisa membuat tanda pada omega yang masih remaja.. terutama-" ayah Dave mengalihkan pandangan matanya, dia tak mampu melanjutkan kalimat berikutnya.

"Apa yang sebenarnya ayah takut kan ? Katakan pada ku" Dave sudah muak dengan semua rahasia ini.

"Kamu tidak akan mengerti"

Dave mengerutkan alisnya.
"Selalu itu yang ayah katakan! Bagaimana aku mengerti ayah bahkan tidak pernah memberitahu ku ?! Ayah selalu menyuntikan ku obat! Tapi ayah tak pernah memberitahu ku apa yang berbahaya dari diriku ini ! Ayah bilang aku harus hati-hati dan tidak boleh membuat tanda memangnya kenapa ?! Beritahu aku !"

Crakkk!! Crakkk!! Prangg!!!

Kaca juga pot bunga di kamar Dave tiba-tiba pecah. Ini bukan yang pertama kalinya terjadi, setiap kali Dave marah, seisi rumah bisa saja dia hancurkan.

"Dave ! Tenangkan diri mu !" Ayah Dave menarik Dave untuk kembali duduk di kasur.

Dave terdiam, walau pun hal seperti ini sering terjadi tapi dia pun kadang terkejut saat benda-benda di sekitarnya rusak.

"Maaf.. tenanglah.. ayah minta maaf" beberapa saat tatapan Dave kosong lalu dia kembali tersadar.

"Aku minta maaf.. " Dave menepis pelan tangan ayahnya.

"..aku hampir terlambat masuk kelas.. aku pergi dulu" Dave beranjak keluar dari kamarnya meninggalkan ayah Dave yang hanya bisa menghela nafasnya berat.

"Anak itu, semakin hari dia tumbuh mirip seperti ayah kandungnya.. Hah.. apa yang harus ku lakukan Romi, alpha biasa seperti ku tidak akan bisa terus menerus menahan kekuatan sebesar itu, kenapa kamu menitipkan putra mu padaku ?" Gumam Ayah Dave.

.
.

Dari jendela kelas, Rei melihat Dave yang saat ini duduk di bangku taman sekolah.

Rei bertanya-tanya apa yang membuat Dave terlihat murung.
"Apa yang sedang dia pikirkan ?" Rei menopang dagunya.

"Kenapa kamu tidak turun dan bertanya ?" Ian duduk di dekat Rei.

"Kenapa aku harus turun ke sana ?!" Wajah Rei bersemu merah.

"Kamu tidak harusnya berkata begitu, bukankah dia sudah membantu kita belajar.. seharusnya kamu bertanya dan ada di sisinya, lihat wajah itu!" Ian memalingkan kepala Rei untuk kembali melihat kearah Dave.

"Kamu tidak kasihan padanya ?" Kata Ian.

"Hah.. baik, aku turun sekarang" Ian tersenyum lebar mendengar kata-kata Rei.

Rei berjalan menuruni tangga ke arah Dave.
"Sebentar lagi bel berbunyi, kenapa kamu disini ?" Kata Rei, kehadiran Rei membuat Dave sadar dari lamunannya.

"Ah, aku baru pertama kali duduk disini" Rei mendudukkan dirinya di samping Dave.

"Um, aku melihat kamu dari jendela  kelas.. kenapa wajah mu murung ?" Tanya Rei penasaran.

Dave menatap sesaat Rei lalu mengalihkan pandangannya kearah bunga-bunga yang mekar.

"Ah, maaf.. seharusnya aku tidak bertanya" Rei tersenyum kaku.

"Aku berselisih pendapat dengan ayah ku" kata Dave.

"Um.. maaf" Rei tidak tau harus berkata apa lagi, itu urusan keluarga dan Rei tidak seharusnya ikut campur.

"Aku memecahkan kaca di kamar ku" kepala Rei spontan melihat kaca di kamar Dave di lantai 3.

"Oh.. benar, kacanya pecah" kata Rei.

Dave manatap kedua tangannya.
"Rei ?"

"Iya ?!" Rei menoleh kearah Dave.

"Jadilah mate ku"

Rei terdiam sesaat mendengar apa yang Dave katakan.
"Ja-jangan bercanda! Kamu tau arti mate bukan ?! Aku bahkan belum heat! Umm.. tunggu dulu.." Rei berpikir sejenak, masalah heat sebenarnya pernah 1x terjadi dan filip yang menolongnya.

Rei mengelengkan kepalanya.
"Ya pada intinya! Kita tidak bisa menjadi mate! Terlebih kamu adalah anak kepala sekolah, kamu tidak bisa melanggar peraturan sekolah!"

Dave mengepalkan tangannya kesal saat mendengar apa yang Rei katakan.

"Persetan dengan peraturan! Memangnya kenapa kalau aku ingin menjadikan mu mate ku ?! Karena aku anak kepala sekolah makanya aku tidak bisa membuat tanda pada omega mana pun ?!" Dave menarik Rei hingga tubuh Rei terbaring di tumpukkan bunga, dengan lengan Dave menekan leher Rei.

"Uwahhh... Ugh!.. tu-tunggu dulu, dari pada ingin menjadikan ku mate, kamu lebih tepatnya mengajak aku berkelahi ? Aku kesulitan bernafas" Rei menepuk lengan Dave.

"Ma-Maaf, aku terbawa emosi" Dave melepas tangannya dari Rei.

Dave mengigit bibirnya, bagaimana bisa dia sekasar itu pada omega yang dia suka, Dave mengutuk dirinya sendiri.

Rei bisa melihat raut wajah bersalah dari Dave, Rei melirik ke kiri dan kanan, juga melihat ke atas sekolah mereka yang terdapat banyak jendela kelas, Rei mencoba memastikan tidak ada satu pun orang yang bisa melihat keberadaan mereka di tumpukan bunga.

Rei mengulurkan tangannya lalu memeluk Dave, membawa kepala Dave ke potongan leher Rei.

Dave terdiam dalam pelukkan Rei.

"Apapun masalah mu aku harap ini bisa mengurangi beban yang kamu rasakan, jangan bertengkar dengan ayah mu.. beliau bersikap demikian pasti ada maksud baik, aku percaya itu"

Dave menghirup sedikit aroma feromon Rei yang tak sengaja keluar.
"Aku menyukaimu Rei" bisik Dave di sela perpotongan leher Rei.

Rei tidak bisa membalas perasaan Dave, perasaan seperti itu belum tumbuh di hati Rei.

Tapi saat ini, Rei ingin membuat Dave merasa nyaman dan bebannya sedikit berkurang.

Rei melepas pelukannya dari Dave lalu menangkupkan kedua tangannya di wajah Dave.

"Lupakan apa yang terjadi, berbaikan lah dengan ayah mu, Hm ?"

Dave tersenyum kecil, dia menahan tangan Rei lalu mulai mendekatkan wajahnya.
"Terima kasih"

Mata Rei membulat saat bibir Dave mendarat di bibirnya.
"Mm!"

.
.

Bersambung...

Touch (TAMAT, Remake) (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang