25

31.4K 2.7K 76
                                    

Tok..
Tok..

Pelayan mengetok kamar Filip.
Filip membuka pintu.
"Ya ?"

"Tuan muda .. tadi ayah anda menelpon" pelayan memberitahu Filip kalau ayah Filip menelpon melalui telpon rumah karena tidak mau menganggu Filip.

"Ayah ku ?"

"Ya, beliau menitipkan pesan kalau beliau ingin bicara dengan anda"

"Hm, aku akan menghubunginya sesegera mungkin"

"Baik tuan" setelah pelayan pergi, Filip mengambil ponsel lalu menelpon ayahnya.

Tut...
Tut..
Tut..

"Halo Filip, "

"Tumben sekali ayah menelpon ku, ada apa?" Filip duduk di kursi dengan buku di tangannya.

"Ada yang ingin ayah bicarakan dengan mu"

"Tentang apa ?" Tanya Filip penasaran.

"Ini tentang.. "

(5 menit kemudian)

"Kamu mengerti ?"

Filip mengepalkan tangannya.
"Iya, aku mengerti.. beri aku waktu 1 bulan lagi sampai kenaikan kelas.. aku tidak ingin usaha belajar ku sia-sia"

"Baik, hubungi ayah kapan pun kamu siap"

"Baik yah, aku tutup"

"Iya"

"Hah.. " Filip menopang kepalanya, di saat seperti ini apakah semua usahanya akan sia-sia. Filip memikirkan Rei, apa cintanya tidak akan pernah terbalas.

Filip menatap pepohonan di kebun rumahnya.
"Apa aku harus menyerah secepat ini ?" Tatapan kosong Filip menggambarkan perasaan gundahnya saat ini.

.
.

"Pacaran dengan ku !" Rei yang saat ini tengah makan di kantin bersama Ian mematung menatap Filip, banyak mata tertuju pada mereka.

"Ah.. apa yang kamu katakan Filip ?" Bisik Rei.

"1 bulan ini.. pacaran lah dengan ku, setelah 1 bulan kamu bisa memilih pilihan mu sendiri"

"Hah ?" Rei bingung dengan kata-kata Filip.

"Mulai hari ini kamu pacar 1 bulan ku" setelah mengatakan itu Filip langsung pergi.

"Kenapa dia ?" Ian bertanya dengan Rei.

"Aku juga tidak tau" jawab Rei.

Sejak hari itu Filip selalu di dekat Rei, mulai menemani Rei makan juga mengantar Rei pulang.

Filip bahkan sekali-kali memberi Rei kecupan manis bukan sebuah ciuman tapi hanya kecupan singkat, Rei benar-benar bingung dengan sikap aneh Filip.

Berkelahi dengan Dave sudah menjadi bumbu harian dan Filip tetap saja bersi keras menyatakan dirinya kekasih Rei.

Brakk!!

Dave mendorong Filip masuk ke dalam gudang sekolah. Sudut bibir Filip bahkan sudah akibat pukulan dari Dave.

"Bukankah sudah ku katakan kamu tidak bisa memaksa Rei selalu dekat dengan mu! Ada apa ?! Kamu mencoba membuat Rei melihat mu terus!"

"Kalau dia melihat ku bukan kah itu bagus.. berarti dia memilih ku" filip menatap Dave sinis, Dave langsung menarik kerah baju Filip.

"Kamu mengajak ku berkelahi?!! Hah!"

"Aku tidak mengajak mu bekelahi.." Filip menahan tangan Dave.

".. setelah ini, kamu tidak akan melihat ku lagi" Filip tersenyum paksa pada Dave. Tapi, di balik senyuman Filip terlihat luka di sana.

Dave melepas kerah baju Filip.
"Katakan ada apa ini ?" Dave menatap Filip yang bersandar di dinding.

"Jangan katakan waktu mu sudah dekat ? Kamu sakit ?" Dave bertanya dengan wajah polosnya yang membuat Filip kesal.

"Bukan itu! Kamu pikir aku mau mati?!"

"Habisnya sikap dan ucapan mu seperti kata-kata terakhir."

"Bukan begitu.. perjanjian dengan ayah ku setelah UAS aku akan pergi ke luar negeri.. tepatnya aku akan ke Paris.. UAS sudah selesai jadi tidak ada alasan ku tetap di sini" jelas Filip yang membuat Dave sedikit terkejut.

"Apa maksudnya kamu pergi ke Paris! Untuk apa kamu kesana ?" Dave tau Filip adalah orang yang sangat berkecukupan tapi pergi ke Paris saat kenaikan kelas adalah hal yang aneh untuk Dave.

"Ayah ku tidak mampu lagi untuk menjalankan perusahaannya karena dia sedang sakit, karena aku anak tunggal dan pewaris satu-satunya.. ayah meminta ku untuk turun tangan dalam hal ini, aku akan menyelesaikan studi ku di sana, mungkin aku akan menetap disana dan tidak akan pulang ke sini lagi.." Filip menunduk dengan mata sendunya

".. aku tau Rei menyukai mu tapi aku hanya ingin membuat kenangan.. agar ada seseorang yang bisa ku rindukan.. " Dave terdiam mendengar kata-kata Filip.

" .. aku tau, aku tidak akan punya kesempatan untuk memilikinya tapi biarkan aku bersamanya hanya kali ini saja.. setelah itu, kamu bisa memiliki Rei seutuhnya" Filip bangun dari posisi duduknya lalu menepuk pundak Dave.

"Jangan katakan apapun tentang ini pada Rei, biarkan aku pergi tanpa dia tau.. kamu bisa memegang janji bukan ?" Filip menatap Dave.

"Aku tidak yakin akan hal itu.. akan ku coba"

"Terima kasih"
Filip tersenyum kecil, dia tau Dave mengerti dengan apa yang Filip inginkan.

"Kapan kamu pergi ?"

"Mungkin besok" jawab Filip.

Filip beranjak keluar dari gudang saat dia berjalan di taman, Filip melihat Rei duduk di bangku taman dengan buku di tangannya.

Filip diam menatap Rei, Rei seperti seorang malaikat di bawah pohon dengan cahaya matahari yang menembus dedaunan.

Filip mengeluarkan ponselnya lalu mengambil foto Rei, Filip tersenyum kecil melihat foto Rei di ponselnya.

Rei menyadari kehadiran Filip, dari jauh Rei bisa melihat wajah sedih Filip yang terus melihat kearah Rei.

"Kenapa wajahnya seperti itu ?" Tanya Rei pada dirinya sendiri.

.
.

Bersambung...

Touch (TAMAT, Remake) (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang