22

31.1K 2.8K 49
                                    

"Rei.. " Filip memeluk Rei erat.

"Kita harus masuk ke kelas" Rei mencoba mendorong Filip.

"1 hari saja, ayo ke rumah ku.." Filip mengusap pelan wajah Rei dengan tatapan sedih.

Rei melirik tangan Filip yang terluka, lalu berpikir sejenak.

"Sebentar" Rei mengambil ponselnya kemudian mengirimi Ian pesan untuk menjaga tasnya.

"Kita harus mengobati luka mu.. ayo ke rumah mu" Rei menarik tangan Filip untuk berdiri. Mendengar kata-kata Rei, Filip langsung bangun dari posisi duduknya.

"Iya!" Jawab Filip penuh semangat.

.
.

"Rei dimana ?" Dave bertanya pada Ian yang terlihat membawa tas Rei melewati kelas Dave.

"Aku tidak tau, tadi Rei mengirim ku pesan untuk membawa tasnya"

"Nomor Rei.. boleh aku minta ?" tanya Dave.

"Ah, iya.. " Ian menyebut nomor Rei yang langsung Dave ketik di ponselnya.

"Ada apa ?" Dion menghampiri Ian dan Dave.

"Dave mencari Rei" Jawab Ian.

"Oh, aku tadi melihat Rei pergi bersama Filip.. ku pikir kalian bertiga membuat janji bertemu" kata Dion tanpa mengerti keadaan.

"Hanya berdua ?" Dave bertanya lagi, Dave memastikan dia tidak salah dengar.

"Ya, berdua.. Filip dan Rei" jawab Dion.

"Terima kasih infonya, aku pergi dulu !" Dave berlari keluar dari sekolah.

"Apa yang terjadi ?" Dion bertanya pada Ian.

"Aku juga tidak tau, Rei hanya menitipkan tasnya"

Dion merangkul Ian.
"Hah.. ku harap masalah mereka bisa di selesaikan secepatnya"

"Hm ? Memangnya ada masalah apa ?" Ian tidak mengerti apa yang Dion katakan, Dion hanya mencubit pelan pipi gempal Ian.

"Ah! Sakit tau!" Ian terlihat kesal.

"Sudahlah, ayo pulang"

"Ih! Katakan padaku ada masalah apa!"

"Ayo pulang saja!"

"Dion!"

.
.

Brukk!!

Filip mendorong Rei ke atas kasurnya,

"Eh.. tunggu, luka mu.. " Rei mendorong tubuh Filip yang sudah menindihnya.

"Biarkan saja.. nanti juga sembuh.. "

"Tunggu!! Aku kesini bukan mau melakukan hal yang tidak-tidak!!" Rei mencoba menahan dada Filip.

"Iya.. iya .. ini" Filip duduk di samping Rei lalu menaruh tangannya di paha Rei.

Rei membuka balutan dasi miliknya yang sudah berlumuran darah.

"Di mana kotak obatnya ? Jangan melihat ku terus!" Rei sedikit kesal pada Filip yang hanya diam sambil menatap wajah Rei.

"Di laci kedua" Filip menunjuk lemari kecil di samping kasur.

"Hah.. kamu jangan membuat ku khawatir" Rei mengambil kotak obat lalu membersihkan tangan Filip.

"Jangan lakukan hal seperti itu lagi, aku tidak akan memaafkan mu"

Rei selesai membalut tangan Filip dengan kain kasa.
"Sudah selesai!"

"Terima kasih" Filip menatap tangannya dengan senyum tipis, lalu kembali melihat wajah Rei.

"Bolehkah aku mencium mu ?" Filip mengusap pelan pipi Rei.

"Kalau pun aku mengatakan tidak boleh kamu pasti tetap melakukannya" Filip tertawa kecil, perlahan Filip mendekat lalu mengecup pelan bibir Rei.

"Mmmm... hhh... mmm" Filip mendorong pelan bahu Rei agar kembali berbaring di kasurnya.

"Ah.. Filip.. kita tidak bisa.. Mm!" Rei menahan tubuh Filip tapi Filip menahan tangan Rei.

Ciuman Filip turun dari bibir ke leher Rei.
"Kamu milikku" bisik Filip.

Deg!
Rei terkejut saat mendengar bisikan Filip.

"Ah! Tunggu! Filip!!" Rei memberontak saat Filip mencium paksa leher Rei.

Ringg..!!
Ringg..!!

Filip dan Rei terdiam saat mendengar bunyi telpon.

"Ponsel ku.. !" Rei mendorong Filip menjauh darinya lalu merogoh ponsel Rei di kantong jas sekolahnya.

"Siapa ?" Rei menatap nomor tidak di kenal di layar ponselnya.

"Siapa Rei ?" Filip memeluk Rei dari belakang, dia menyandarkan dagunya di bahu Rei.

"Aku tidak tau.. halo ?" Rei mengangkat panggilan telpon dari nomor yang tidak dia kenali tadi.

"Rei!" Suara tidak asing terdengar.

"Dave !"

Filip mengerutkan dahinya saat melihat wajah senang Rei.

"Kamu dimana?!" Tanya Dave.

"Aku di.. ah.. jangan..! Ah.. tunggu dulu.. " Mendengar kalau Dave yang menelpon Rei, Filip dengan sengaja memasukkan tangannya ke dalam seragam Rei.

Filip juga mengecup bertubi-tubi seluruh wajah Rei.

"Apa yang kalian lakukan ?! Rei!"

"Wuah.. Mmmmmm!!!! Ah.. hmmphh!!" Filip menarik tubuh Rei lalu menahan kuat kedua tangan Rei, Filip masih bisa mendengar suara Dave yang terus memanggil nama Rei.

Tangan Filip menjamah ponsel Rei kemudian menekan tombol merah di ponsel Rei, memutus panggilan telpon dari Dave.

"Fuah.. hah.. ha.. !" wajah Rei bersemu merah saat mencium feromon yang Filip keluar kan, baunya lebih kuat dari sebelumnya.

Tubuh Rei terasa lemas.
"Bukan kah dulu kamu bilang suka bau ku ? Kamu bisa memilikinya sekarang" Filip mengelus leher Rei, dia menatap leher omega ini dengan mata tajamnya.

Jauh di tempat lain, Dave terlihat kesal saat sambungan telponnya dengan Rei terputus.

"Filip Sialan!"
Dave segera memanggil taksi lalu pergi ke kediaman Filip.

"Tunggu aku Rei"

.
.

Bersambung.....

Touch (TAMAT, Remake) (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang