Deru nafas Rei terdengar berat, cairan kental membasahi sapu tangan milik Dave. Dave mengancing celana Rei setelah selesai mengerjai Rei.
"Sudah ku katakan, celana mu tidak akan kotor" Dave mengecup pelan pipi Rei, Rei mengerutkan dahinya kesal.
"Ini bukan masalah kotor atau tidaknya! Aku bolos satu mata pelajaran hari ini ! Apa yang akan ibu ku katakan tentang ini Dave !" Rei mendorong tubuh Dave yang sejak tadi menindihnya.
"Aku akan mengurus masalah absen.." Dave mengambil kursi lalu duduk di kursi.
"Bagaimana caranya kamu mengurus absen? Bukannya absen di pegang oleh guru ?" Tanya Rei.
"Kamu tidak tau peraturan sekolah ? Setiap kali masuk mengajar guru akan menyerahkan absen ke bagian pengurus sekolah yang akan di olah lagi lalu di serahkan kepada kepala sekolah pada akhir semester" Rei masih kebingungan akan hal tersebut.
"Hah.. untuk lebih jelasnya begini, aku adalah bagian dari pengurus sekolah yang artinya aku adalah pemegang 100% kehadiran pelajar di sekolah ini.. aku bisa melakukan apa saja pada absensi kelas, kamu sudah paham ?" Jelas Dave.
"Kenapa bisa?" Rei semakin bingung, kenapa Dave bisa menjadi pemegang absen sedangkan dia adalah siswa.
"Hah.. lupakan saja, kamu tidak akan mengerti.. kamu tidak usah khawatir dengan absensi mu untuk hari ini, tapi untuk itu bukankah sudah ku katakan seorang alpha tidak akan melakukannya gratis ?" Dave menyeringai lalu menarik dagu Rei, dia menekan bibir bawah Rei.
"Bukan aku yang mau masuk kemari tapi kamu memaksa ku tadi.. Jadi, apa sebenarnya mau mu ?" Rei tau ada maksud di balik semua ini, melihat wajah Dave dia tau Dave tidak sedang bercanda, Rei merasa menyesal sudah bersimpati pada Dave.
"Buat aku keluar"
"Hah ?! Ja-jangan bercanda!! Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu!!" Rei menepis tangan Dave.
"Kenapa tidak mencoba ? Bukankah nanti kamu juga akan melakukannya" Dave mengelus pelan pipi Rei.
Rei menatap wajah Dave yang terus tersenyum padanya. Dia benar-benar tidak bisa menebak kepribadian yang ada di diri Dave terlebih Dave terus mengeluarkan feromonnya yang membuat tubuh Rei terus bergetar dan terasa panas.
"Baik.. ajari aku melakukannya" Rei menatap sinis pada Dave, menolak pun percuma saja Dave tidak akan membiarkan Rei pergi semudah itu terlebih Dave adalah seorang alpha.
"Buka mulut mu" Dave mengetuk bibir Rei menyuruh Rei membuka mulut.
"Aaaa..." Rei membuka mulutnya.
"Jangan mengigitku" Dave menekan gigi atas Rei mencoba membuka mulut Rei lebih lebar lagi .
"A.. a... a.. ikhuu shakitthh (bibir ku sakit)" mendengar kata-kata tidak jelas dari Rei, Dave terkekeh pelan.
Rei terlihat seperti kelinci di sela-sela kaki Dave. Dave terus memberi arahan pada Rei hingga dia akhirnya keluar.
Rei menatap Dave yang terus mengambil nafas berat, sekilas Rei bisa melihat Dave menatapnya dengan tatapan sayu.
"Keluar.. kamu bisa pergi.. " Dave memalingkan wajahnya dari Rei.
"Hah! Setelah semua ini kamu menyuruh ku keluar?!" Rei merasa bingung.
"Pergi sebelum aku kehilangan akal sehat ku"
"Apa maksudnya itu!" Rei menarik tangan Dave yang terus memalingkan wajahnya dari Rei.
"Hentikan Rei! Jangan menyentuh ku!" Dave menarik tangan Rei mendekat padanya, tatapan mata Dave membuat Rei bergidik takut.
Sadar melihat Rei ketakutan, Dave langsung melepas tangan Rei.
"Maaf.. ku mohon keluarlah, aku tidak mau melukaimu" mendengar kata-kata Dave, Rei berlari keluar gudang dengan jantung yang berdegup kencang.
"Sial.. aku harus menyelesaikan ini sendirian" Dave melirik miliknya yang sudah menegang lagi.
"Dia benar-benar membuat wajah yang erotis, aku hampir saja menyerangnya.." mengingat wajah Rei membuat Dave tidak bisa menahan hasratnya.
".. dia harus menjadi mate ku" gumam Dave dengan tatapan tajam.
.
.Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch (TAMAT, Remake) (Omegaverse)
De TodoKehidupan normal Rei berubah saat hasil tesnya mengatakan bahwa dirinya seorang omega. Kehidupan normal yang sudah musnah di perparah dengan Rei yang harus menghadapi 2 alpha yang sedang birahi padanya.