12. Aku & Dia

29 15 0
                                    

Sesampainya dirumah, aku langsung masuk kamar. Memang, semenjak ada masalah ini aku jarang banget berkomunikasi dengan ibu.

Hari hariku disibukkan oleh masalah ini. Energiku dan pikiranku terkuras habis. Dan susahnya, aku tidak bisa membaginya dengan siapapun. Ternyata benar dunia ini hanyalah panggung sandiwara.

Dan siapapun tidak dapat mengungkirinya karena itu sudah menjadi takdir dari tuhan yang maha kuasa. Tapi aku suka menjalani masalah demi masalah ini meski ini sangat rumit. Karena dengan adanya masalah ini, menandakan bahwa hidupku tidaklah monoton.

Dikamar inilah aku meluapkan segala suka dukaku. Bantal, guling tempatku meneteskan air mata dan dinding kamar menjadi saksi kesedihanku. Disini aku merasa tenang karena hanya ada aku sendirian.
  
Titt...tiitt...tiit...tiit.. Suara pesan masuk ke ponselku. Aku membukanya. Ternyata pesan itu dari Zaki.
"Hay, masih sedih aja," katanya.
"Apaan sih, enggak ya. Sok tau lo," jawabku.

"Sekarang sih udah enggak. Kan sudah ada aku yang buat kamu senyum," tuturnya.
"PD amat sih lo. Bingung deh gue dapat temen kayak lo darimana coba,"

"Alah, tapi kalau nggak ada aku kesepian kan hari lo," jawabnya.
"Kalo enggak kenapa?" tantangku.
"Jawab aja bener kenapa sih. Sekali kali bahagiain gue gitu,". Membaca pesan darinya aku ingin sekali tertawa keras. Entah dari mana dia berasal tapi aku nggak mau kehilangan dia.
  
Setiap hari dihiasi dengan pertengkaran. Bukan pertengjaran beneran loh yaa.. Cuma bercandaan aja. Dan itu yang akan membuat aku kesepian ketika dia nggak ada didekatku atau nggak ada kabar.

" Na, gue mau tanya sama lo boleh nggak,?" tanyanya.
"Boleh dong. Emang apaan sih,"
"Lo ada masalah apa sih, kenapa lo sering dipanggil ke ruang BP. Dan itupun sama Arya. Lo nggak ngelakuin aneh aneh kan," tanyanya yang mengejutkanku.

"Ya enggaklah ini bukan masalah gue kok. Ini masalah Kak Arya. Tapi berhubung gue ada hubungan sama dia, akhirnya gue jadi kesangkut deh. Meski sekarang gue sama dia udah putus, tapi kan gue udah masuk kedalam masalah ini.

Jadi, gue juga harus menyelesaikannya kan? Tapi kalo lo dan temen yang lain mau berpikiran apa aja boleh kok. Itu hak kalian," jelasku pada Zaki.
  
Sudah hampir 15 menit Zaki tidak membalas pesanku. Padahal dari awal dia kirim pesan kepadaku, belum sampai satu menit sudah ada balasan darinya. Aku takut dia tersinggung. Makanya aku kembali mengirim pesan kepadanya.

"Zak, lo nggak tersinggung dengan omonganku kan?" tanyaku.
"Enggak kok. Ini aku tu baru pulang nganter ibu kedesa sebelah," tuturnya.
"Syukur deh kalo lo nggak tersinggung," balasku.

"Emang masalahnya apaan sih kok sampai sebegitu rumitnya,"
"Maaf kalau itu aku belum bisa cerita sama lo. Entar aja deh kalo masalahnya udah kelar, baru gue ceritain semuanya,"

"Ya udah nggak papa. Pokoknya kalau lo ada apa apa, cerita aja sama gue. Entar biar gue yang bantuin lo," katanya sok baik.
"Iya deh iya. Lo emang teman terbaik gue. Makasih ya udah selalu ada buat gue,"
"Santai ajalah... Kayak sama siapa aja,"
  
Aku dan Zaki saling berkirim pesan hingga sore. Dan ini adalah awal kedekatanku sama Zaki. Meski berjam jam Chat-an dengannya tapi aku tidak bosan.

Entah karena apa mungkin karena dia pandai dalam mencari topik pembicaraan. Dan apa saja yang diomongkan olehnya bisa membuatku senyum senyum sendiri. Tapi, aku harap ini tidak akan berubah menjadi CINTA karena aku sudah tidak ingin mengenal yang namanya CINTA.

Yuhuuu.... Gimana nihh ceritanya, bagus nggak. Nyambung nggak? Gaje nggak? Maaf deh namanya juga lagi belajar buat cerita kok. Makanya bantu komennya dong..
Makasihh semuanyaa....😍😍😍

CINTA Daun KELORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang