21. Jujur

21 12 2
                                    

Sampai dirumah aku masih dihujani berbagai pertanyaan dari ibu. Aku benar benar sudah terlalu sakit hati dengan Kak Arya.

Karena janjiku pada guru hanya sampai dia ujian dan sekarang bahkan dia sudah diwisuda. Aku memutuskan untuk pelan pelan cuek, menjauh dan meninggalkannya.

Aku sudah tidak perduli dengan apa yang akan terjadi sama dia. Entah dia mau melanjutkan untuk menjual dirinya, membeli diri orang lain. Itu bukan urusan aku lagi. Mungkin bagi dia aku sangat jahat baginya.

Tapi kenapa dia tidak berpikir kalau dia juga salah. Kenapa dia selalu mementingkan dirinya sendiri. Kalau seandainya dia benar, belum tentu aku salah. Hanya saja dia tidak pernah ada dalam posisiku.
  
Sampai malam aku masih terisak dari kamar. Bahkan aku tidak mandi atau berganti pakaian. Jorok memang, tapi aku nggak sempat untuk bersih bersih dalam keadaan seperti ini.

Banyak pesan yang masuk ke ponselku. Tapi tak ada daya tarik untuk membalas pesan pesan itu. Sekalipun itu pesan yang sangat penting. Bahkan aku tidak tertarik untuk membalas pesan dari Zaki. Hanya satu yang membuat aku tertarik untuk membalasnya. Itu pesan dari Kak Arya.

"Ratna, maaf ya tadi aku nggak bisa ketemu kamu. Tadi aku puoang jam 5 sore. Aku tahu kalaupun aku pergi ke lapangan, kamu pasti sudah pulang. Aku benar benar minta maaf sama kamu," katanya.
  
Aku hanya memandangi dan bertambah menangis sejadinya. Aku sangat muak dengan semua ini. Hingga tanpa sadar aku memaki maki dia.

"Lo bener bener nggak punya hati.!!! Lo udah berapa kali nyakitin gue.!! Gue udah berapa kali kasih kesempatan buat lo..!! Tapi selalu saja lo sia siain kesempatan itu. Lebih baik mulai sekarang lo nggak perlu berhubungan sama gue lagi. Gue benci lo..!! Aku bener bener benci sama lo..,!!! Dasar anj*ng.!!!" makiku padanya.

Entah dari mana aku sangat berani memaki maki dia sesuka hatiku. Aku nggak perduli dia sakit hati atau giman. AKU NGGAK PERDULI..
  
Hening. Tak ada balasan lagi darinya. Mungkin dia sakit hati dengan semua perkataanku. Dan aku nggak ada niat sama sekali untuk minta maaf sama dia. Tapi dugaanku salah. Dia masih saja membalas pesanku.

"Gue tahu kalau lo sedang marah. Gue ngertiin itu kok. Aku harap besok kamu sudah tidak marah lagi sama aku," balasnya. Aku bertambah marah membaca pesan darinya.

"Lo bener bener nggak punya otak ya.?!! Gue bilang nggak mau kenal lo ya udah nggak mau.!! Pergi aja yang jauh dan jangan kembali lagi,!! Lo nggak perlu munafik lagi didepan gue. Gue udah tahu segala kebusukan lo. Dan asal lo tahu yaa.. Gue selama ini juga munafik.

Gue hanya berakting di depan lo. Gue nggak benar benar perduli sama lo. Gue hanya nepati janji gue untuk menemani lo sampai ujian agar lo bisa lulus dan nggak malu maluin sekolah. Dan sekarang lo udah lulus.

Gue mau lo pergi jauh dari hidup gue dan jangan pernah ganggu gue lagi..!! Lo paham itu.?!!!" kataku memakinya. Entah apa yang membuat aku jujur dengan segala drama ini. Tapi hatiku sudah sedikit lega karena hidupku sudah no drama.

"Lo bener bener tega Na. Ternyata lo yang gue kira cewek baik hanyalah seorang cewek murahan yang tak lebih baik dari seorang wanita malam sekalipun," balasnya. Bahkan dengan kata itu, aku tidak merasakan sakit sedikitpun.

"Bodo..." balasku. Aku yakin kalau besok dia akan melakukan sesuatu kepadaku karena sikapku ini.

Menurut kalian, gimana ceritanya. Yang salah itu siapa sih?? Ratna atau Kak Arya?? Atau keduanya?? Kasih Komennya dong. Salam manis dari author aja yaa..

CINTA Daun KELORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang