Drrt... Drrttt.. Drttt..
Aku langsung mengangkat ponsel yang sudah dari tadi berdering.
"Masih galau lo Na?" tanya orang diseberang telfon.
"Gila lo Zak. Belum apa-apa udah nyerocos aja lo. Gue udah nggak galau lah. Apaan galau-galau segala," jawabku judes yang setelah kudengar suaranya ternyata dia adalah Zaki.
"Hahahahaa... Ya udah sih nggak usah ngambek gitu. Ini kan hari Minggu, agenda lo apaan hari ini?" tanyanya lagi.
"Nggak tau nih. Lagi bosan banget," jawabku agak sebel.
"Ya udah nanti jam 13.00 gue jemput lo. Kita jalan kemana gitu," ajaknya.
"Oke deh. Nanti lo yang izinin gue sama ibu ya,"
"Beress. Ya udah gue mandi dulu deh. Baru bangun soalnya," jelasnya.
Tuutt... Tutt... Tuuttt... Telefon terputus.
"Gila bener dah ni anak. Belum juga dijawab udah dimatiin aja. Lama-lama dia yang gue matiin," gerutuku.
Aku langsung minta izin ke ibu. Dan ternyata siang ini ibu juga akan pergi. Syukur deh jadi aku dibolehin pergi. Tapi biarlah aku nggak mau ngasih tau ini ke Zaki dulu.*****
"Assalamualaikumm.... Ratnaaa.." panggil Zaki dari luar rumah.
"Waalaikumsalam. Iya ayo masuk," ajakku sambil membukakan pintu."Dimana orang tua lo. Gue mau minta izin buat ngajak lo pergi,"
"Nggak usah gue udah izin tadi. Lagian orang tua gue juga lagi pergi," jelasku.
"Gimana sih lo. Nggak jelas banget. Ya udah yuk berangkat," ajaknya.
"Bentar deh gue kunci pintu dulu," kataku sambil menutup pintu dan menguncinya.
Zaki langsung menghidupkan sepeda motornya, dan kami pun langsung pergi entah akan kemana. Kami menyusuri jalan yang cukup ramai. Maklum saja ini adalah hari Minggu, jadi jalanan pasti ramai dipenuhi orang bepergian untuk jalan-jalan. Setelah lama terjebak dalam kemacetan,kit sampai di sebuah cafe. Ya memang, ini adalah cafe tempat aku dan Zaki nongkrong meski hanya sekedar minum kopi.
"Kita ambil tempat duduk di pojokan sana aja," ajak Zaki sambil menunjuk suatu tempat kosong.
"Nggak ahh kita kan nggak mau pacaran. Ngapain juga ambil tempat pojok," ujarku.
"Gue mau ngomong penting. Lo mau semua orang tau," balasny. Kali ini Zaki benar.
Aku pun menuruti apa maunya. Kami duduk di pojokan dari cafe ini.
"Lo mau ngomong apa?" tanyaku to the point.
"Nggak peka banget sih jadi cewek. Pesen minum dulu kek. Main nyerocos aja lo," gerutu Zaki sambil memesan minum.
"Lo nggak tanya gue mau pesen apa?" tanyaku.
"Nggak," jawabnya singkat.
"Jahat banget sih jadi cowok," omelku.
Tidak lama kemudian pelayan datang membawa minuman. Dan ternyata Zaki sudah memesankan minuman untukku. Aku lupa kalau dia tahu minuman favoritku disini. Aku hanya tersenyum tipis melihat sikap dia untung mengusiliku.
"Gini ya Na, gue lihat lo udah move on dari Arya kan? Tapi gue lihat ko belum sepenuhnya move on. Dan lo juga belum bisa lupain masa indah lo," katanya tiba-tiba. Hampis saja aku tersedak minuman yang sedang aku teguk.
"Apaain sih lo. Bahas itu lagi itu lagi," gerutuku.
"Hey ayolah kita kelarin semuanya. Lo nggak boleh lari. Sekarang yang gue inginkan, lo itu bangkit tanpa segala beban," jelasnya.
"Terus mau lo apaan ha?!"
"Gue mau lo inget lagi semua kenangan indah lo sama Arya,"
"Gila lo ya?! Itu nggak akan buat gue lupa, tapi malah inget terus kalii," jawabku ketus.
"Lo ngikut aja kenapa sih. Entar lo bakal tau," jawabnya.
Yakin ini adalah hal terburuk dalam hidupku. Katanya sih nyuruh move on tapi kok malah nyuruh flashback....
Haii semuaaa... Jangan lupa ninggalin komen dan vote ya setelah baca...
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA Daun KELOR
Teen Fiction[Complete] Bagaimana jadinya jika CINTA dilandasi dengan kemunafikan. Akankan bisa bersama selamanya atau akan putar balik mencari cinta yang lain...