29. Mencurigakan

18 11 0
                                    

Sebenarnya ada yang sangat aneh sih dengan dia. Terakhir mengirim pesan kepadaku dia bilang akan susah move on dari aku. Tapi kok tiba tiba udah jadian aja sama Susi.

Tapi udahlah gue udah bahagia juga sama Zaki. Emang sih semua temen temen lagi pada heboh karena Kak Arya jadian sama Susi. Aku tetep berusaha cuek dan nggak perduli dengan semua itu.

Aku hanya ingin memikirkan Zaki saja. Meski nggak ada harapan untuk menjadi kekasihnya, tapi aku hanya ingin bersama dia untuk menemani hari hariku agar lebih berwarna. Bagiku dia itu istimewa.

Bicara berjam jam pun aku tidak merasa bosan sama sekali. Itu yang menyebabkan aku suka dan nyaman setiap bersama Zaki. Selain itu, dia juga bisa melindungiku.

Tapi kenapa bayang bayang Kak Arya selalu menghantuiku sih..
"Na, tadi malem dia nanya tentang lo," kata Lia padaku.
"Dia siapa?" tanyaku.

"Kak Aryalahh siapa lagi," jawabnya.
"Terus lo jawab apa?" tanyaku lagi.

"Nih lo baca sendiri aja,", kata Lia sambil memberikan ponselnya kepadaku. Kemudian aku membaca pesan itu.

Kak Arya: Gimana kabar Ratna sekarang?
Lia: Baik baik aja kok.
Kak Arya: Masih galau nggak?
Lia: Enggak kok. Dia juga udah bahagia.
Kak Arya: Syukur deh kalau gitu.
Lia: Emang kenapa
Kak Arya: Enggak papa kok. Gue minta nomornya Ratna dong.
Lia: Besok deh gue nanya Ratna dulu boleh atau tidak
Kak Arya: Oke gue tunggu kabar baiknya.

Aku kaget banget membaca pesan itu.
" Ngapain sih sok sokan nanya kabar gue segala. Udah punya pacar juga. Masih sok care sama gue. Ngurusin diri sendiri aja belum bener masih mau ngurusin hidup orang lain," gerutuku dalam hati.

"Gimana Na, boleh nggak gue kasih nomor lo ke Kak Arya," tanya Lia.
"Nggak boleh. Pokoknya nggaj boleh," jawabku sadis.
"Emang kenapa sih? Siapa tahu hubungan kalian bisa diperbaiki. Setidaknya berteman gituu," katany.

"Gue bilang enggak ya enggak. Lo itu nggak tau masalahnya apa. Mending lo diem deh. Cukup bilang sama dia kalau gue nggak mau ngasih nomor gue ke dia. Gitu aja repot," makiku.
"Iya deh nanti gue bilangin," jawabnya sambil berjalan meninggalkanku.

Aku rasa ini benar benar hari tersialku deh. Pagi pagi udah dikasih sarapan nggak enak kayak begini. Belum lagi ini membuat suasana hatiku hancur berkeping keping.

Ya elahh kenapa juga nggak ada yang bisa ngertiin semua yang telah terjadi. Setidaknya kan kalau mereka tidak tahu masalahnya dan nggak bisa bantu ya udah nggak usah menambah masalah baru.

Lagian Kak Arya juga ngapain nanya nanya nomorku. Nggak nyadar apa kalau dia yang memblokirnya. Habis kebentur apa tu kepala sampai amnesia. Benturin aja lagi.

Siapa tahu jadi inget, kalau nggakk ya berarti gitu dehh..
"Masak iya dia masih suka sama gue. Tapi nggak mungkin. Kalau iya dia nggak mungkin jadian sama orang lain," gerutuku dalam hati.

Huftt...ternyata semua itu butuh proses. Butuh pengorbanan juga. Selain itu pasti butuh dukungan. Disini aku butuh dukungan kalian untuk membaca, mengomen dan memberi vote kalian untuk cerita yang aku buattt...

CINTA Daun KELORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang