"Yakin Na, gue nggak bisa berhenti ketawa nih. Gila banget," ujar Zaki.
"Ya udah deh gue ngambek aja," jawabku sinis.
"Jangan gitu dong. Kan tips lupain kenangan mantan dari gue belum selesai," bujuknya.
"Ya udah gini deh mau lo apaan?" tanya Zaki lagi.
"Ya kan lo nyuruh gue cerita, jangan diketawain kenapa sih. Bikin gue tambah eneg aja,"
"Iyaa iyaa maaf. Sekarang gini deh lo inget dia pernah ke rumah lo nggak? Kalau pernah, lo ceritain sama gue," katanya.
"Tapi jangan diketawain lagi," pintaku.
"Iyaa iyaa. Udahh buruann," suruhnya. Dan aku pun menceritakan semua kejadian itu kepada Zaki.
#####
Drrtt.... Drtt..... Drttt
Aku membuka ponselku. Itu afalah telefon dari Kak Arya. Tanpa basa basi, aku langsung mengangkat telefon itu.
"Halloo,,, sayangg gimana?"
"Kamu hari ini dirumah nggak? Aku main ke rumah kamu ya,"
"Boleh. Tapi kamu sama temen cewek ya biar aku nggak dimarahi soalnya bapak sama ibu aku ada di rumah," suruhku.
"Iya boleh. Nanti aku ajak temen aku deh. Ya udah sampai jumpa nanti sayang," katanya yang diiringi putusnya telefon dari Kak Arya itu.
Aku merasa waktu sangat cepat. Nggak tau kenapa aku jadi grogi seperti ini. Perasaanku benar benar tidak karuan. Entah karena apa
***
"Assalamualaikum," ucap seseorang di depan rumah. Aku tau itu siapa.
"Waalaikumsalam," jawab ibuku. Ibuku kemudian membukakan pintu untuk Kak Arya dan mempersilahkan duduk. Ibu langsung masuk menemuiku.
"Na, tuh ada temen kamu nyariin," ucap ibu.
"Bu, please deh tolongin Ratna. Bilang aja Ratna nggak ada di rumah atau suruh dia pulang aja gitu," jawabku.
"Aneh-aneh aja. Nggak. Kamu temuin aja dia kasihan lo,"
"Ah ibu mah. Aku malu nih,"
"Udah temui aja sebentar," suruh ibu.
"Alah ibu mah kayak gitu sama anak. Cuma dimintai tolong aja nggak mau. Sekali-kali gitu baik sama anak," gerutuku sambil keluar dari kamar.
Aku tidak langsung menuju ruang tamu. Aku memperpanjang jalan menuju ruang tamu. Aku keluar dari pintu belakang. Kemudian berputar melalui rumah tetangga. Dan setelah itu aku masuk dari pintu depan.
Biar apa coba? Ya biar kelihatan kalau aku baru saja pergi wkwkwkwk.. Aku langsung bersalaman dengan Kak Arya dan teman yang bersama dia.
"Na, aku punya hadiah buat kamu," katanya sambil memberikan sebuah kado buatku. Aku baru saja mau membuka kado itu, tapi dia melarangnya.
"Eitss,,, jangan dibuka sekarang dong. Nanti aja kalau aku sudah pulang," pesannya. Kemudian setelah itu dia pamit untuk pulang.
"Syukur deh dia langsung pulang. Jadi kan gue nggak perlu pura-pura sok manis di depan dia," ucapku dalam hati.
Setelah dia pergi, aku langsung kembali ke kamar. Bahkan aku tidak memperdulikan kado dari dia. Kado itu dibuka oleh adekku yang ternyata isinya adalah cokelat. Sebenarnya aku suka banget sama cokelat, tapi udah males. Mana bapak ngejekin aku terus lagii..
"Ciee Ratna diapeli sama cowoknya, siapa tuh Na? Anak mana dia? Kok kayaknya udah dewasa. Emang kelas berapa?" begitulah ejek bapak.
Aku tidak menghiraukan bapak. Aku benci banget dengan keadaan seperti ini. Dan tingkah bapak juga tidak mengagetkanku karena memang setiap ada cowok yang datang, itu pasti teman satu kelas. Kalaupun dia cowok, pasti itu adalah Zaki dan tentu saja orang tuaku sudah sangat hafal dengan Zaki.
#####
Tidak seperti ketika aku bercerita ketika aku pergi ke danau. Kali ini Zaki hanya terdiam mendengarkan ceritaku.
"Woy, sekarang malah ngalamun. Gimana sih?" bentakku.
"Bentar deh. Gue itu bingung. Masak iya sama pacar sendiri lo judes banget gitu. Ada rencana mau ngusir segala lagi," tuturnya.
"Gimana enggak coba? Waktu itu aku sedang males banget sama dia," kataku sedikit emosi.
Dan Zaki tidak komentar banyak dengan cerita ini. Dia hanya mengangguk-angguk saja mendengar semua penjelasanku.
Jangan lupa setelah baca ninggalin komen dan vote yaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA Daun KELOR
Teen Fiction[Complete] Bagaimana jadinya jika CINTA dilandasi dengan kemunafikan. Akankan bisa bersama selamanya atau akan putar balik mencari cinta yang lain...