Bukannya kasihan, aku malah menertawakan dia yang sedang kesakitan. Gimana nggak tertawa kalau wajahnya saja lucu banget.
"Jahat banget sih bukannya bantuin malah nertawain," gerutunya."Habisnya lo lucu sih," jawabku cengengesan.
"Lucu gimana coba. Sakit tauu,," omelnya.
"Salah siapa udah gue bilang nggak usah berantem malah beneran berantem," balasku tak kalah sadis."Gue nggak terima lahh diinjak injak begini. Kalau ngomong nggak dipikir dulu," katanya. Aku hanya tersenyum menyaksikan tingkah konyol dia.
Aku langsung mengajak Zaki pulang agar lukanya segera diobati. Awalnya Zaki enggan kerumahku karena dirumah nggak ada siapa siapa.
Orang tuaku sedang pergi jadi cuma ada aku saja. Tapi karena bujukanku, akhirnya dia mau.
Sesampainya dirumah, aku langsung mengambil air es. Sebenarnya aku merasa sangat bersalah sama dia. Gara gara aku, dia jadi seperti ini.
Tapi dia juga keras kepala sih, udah dibilangin jangan. Masih nekad aja.
"Zak, sorry yaa... Gara gara gue,,"
"Udahh sihh apaan. Nggak usah nyalahin diri sendiri," kata Zaki memotong omonganku. Aku hanya mendengus pelan. Percuma kan kalau aku menjawab pasti aku akan kalah.Aku hanya fokus pada luka yang sedang aku obati. Nanti kalau salah kan bisa tambah susah. Lagipula kasian dia sudah merasa kesakita banget.
Bukannya diem malah usil. Ya, begitulah dia. Meskipun keras kepala, dia tipe orang yang nggak bisa nahan sakit.
"Awww..." kataku menjerit ketika tiba tiba dia menarik hidungku.
"Apaan sih.?!! Lo itu baru diobati, udah duduk diem," bentakku. Bukannya diem, dia malah tambah usil."Habisnya lo dari tasi cemberut terus sih," jawabnya msingkat menahan tawa.
"Habisnya lo kalau dikasih tahu susah. Jadi kayak gini kan," kataku menahan tangis."Udahlahh nggak usah cengeng. Aku nggak papa. Tenang aja. Nggak ada yang perlu ditangisi," jawabnya sambil menekuk kedua tangannya didepan dada.
Bukannya tenang, aku malah bertambah sedih. Aku akan terus merasa bersalah jika Zaki seperti ini terus. Aku nggak mau Zaki jadi korban dari masalahku.
Dia memang suka begitu. Menyembunyikan segala sakit yang dia rasakan. Selalu memendam duka lara dalam hatinya.
Aku nggak sakit hati dikatakan cengen oleh dia. Aku tahu kalau dia ingin aku tegar. Tapi aku juga paham bagaiman rasanya harus membuat orang lain tegar meski kita juga harus tegar. Aku nggak mau jika aku hanya memanfaatkan kebaikan dari Zaki.
"Zak kenapa sih lo kayak gini?" ucapku memecah keheningan.
"Gini gimana sih maksud lo," tanyanya sok polos.
"Gue nggak mau kalau cuma memanfaatkan kebaikan lo Zak," jawabku."Siapa sih yang bilang? Nggak ada kok. Lagian gue suka kok jagain lo," balasnya.
"Tapi gue takut kalau lo kenapa kenapa gara gara gue," jelasku.
"Sudah berapa kali sih gue bilang kalau gue nggak akan kenapa kenapa," elaknya."Kalau Kak Arya nemui lo gimana? Kalau dia melukai kamu gimana? Aku yang akan merasa bersalah Zak," tuturku hingga tak sadar air mata sudah menetes dipipiku.
"Lo percaya deh sama gue. Lo ataupun gue nggak akan terluka.Yakinlah kalau dia nggak akan berani melukai kita," jelasnya.
"Udah ahh daripada gue disini cuma buat lo nangis, mending gue pulang, assalamualaikum," lanjutnya sambli berdiri,mengambil tas dan bergegas pulang."Waalaukumsalam," jawabku lirih setelah kulihat motor Zaki sudah keluar dari halaman rumahku. Kuharap semua yang dibilang Zaki benar adanya. Dan aku juga yakin dia akam selalu melindungiku.
Gimana nihh ceritanya.. Gaje yaa atau ada yang nulis?? Maaf deh soalnya aku juga lagi belajar buat cerita. Makanya kalau ada kritik atau saran, langsung komen aja yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA Daun KELOR
Teen Fiction[Complete] Bagaimana jadinya jika CINTA dilandasi dengan kemunafikan. Akankan bisa bersama selamanya atau akan putar balik mencari cinta yang lain...