38. Tentang Rasa

14 7 1
                                    

"Ratna," panggil Zaki saat aku akan masuk ke dalam rumahku.

"Iya, ada apa?" tanyaku sambil berbalik ke arahnya.

"Ada yang mau aku omongin sama lo," katanya.

"Ya udah ngomong aja. Santai aja kali. Kayak sama siapa aja lo," jawabku.

"Sebenarnyaa,,," katanya terhenti.

"Kenapa sih? Ngomong aja. Kok lo jadi grogi gitu sih," kataku menyenggol pundaknya.

"Gue malu,"

"Sejak kapan sih lo jadi pemalu. Bukannya lo orangnya nggak punya malu ya?" tanyaku mengejek.

"Gitu amat sih ngomongnya," jawabnya sinis.

"Sebenarnya gue itu udah lama suka sama lo. Tapi gue nggak berani buat ngungkapin perasaan gue, lo mau nggak jadi pacar gue," katanya tertunduk.

"Haa??!!" jawabku kaget.

"Sejak kapan?" lanjutku.

"Sejak awal gue kenal sama lo. Tapi gue diem karena waktu itu lo udah deket sama Arya. Jadi, ya gue hanya bisa cinta dalam diam," jelasnya.

"Seriuss?" tanyaku sedikit nggak percaya.

"Duarius malah. Gimana? Mau nggak jadi pacar gue?" katanya mengulangi pertanyaannya itu.

"Duh, gimana ya Zak," kataku balik bertanya.

"Iya gue tau kok kalau lo bakal nolak gue," katanya sedikit murung.

"Bukan nolak," jawabku sontak.

"Bukan nolak, tapi nggak mau menerima cinta gue kan?" tanyanya meyakinkan.

"Bukan. Gue nerima cinta lo kok," kataku.

"Seriusan?? Lo mau jadi pacar gue?" tanyanya berbinar.

"Enggak," jawabku singkat.

"Gimana sih? Apa maksud lo? Jangan bikin gue bertanya tanya deh," katanya kesal.

"Hahahahahhaa... Iya deh sorry. Gue nggak maksud mau mainin perasaan lo," kataku menahan tawa melihat ekspresi Zaki yang sangat penasaran itu.

"Maksud lo gimana sih?"

"Gini ya Zak, gue itu nerima cinta lo. Tapi gue nggak mau jadi pacar lo. Kenapa? Karena jujur gue udah sayangggg banget sama lo sejak gue deket sama lo. Lo itu baik, perhatian, perduli sama gue, selalu nemenin gue disaat apapun. Dan gue nggak mau kehilangan lo," jelasku.

"Terus kenapa lo nggak mau jadi pacar gue? Padahal dengan itu, gue bakal lebih bisa jagain lo?"

"Mungkin pemikiran lo begitu. Tapi gue enggak Zak. Gue takut kalo kita pacaran terus suatu saat kita akan putus. Dan gue nggak mau itu terjadi. Gue nggak mau kehilangan lo dengan alasan apapun. Lo harus bedain arti sayang dan cinta. Gue mau untuk saat ini kita temenan aja dulu. Kita dapat memiliki komitmen yang sama untuk saling menjaga, saling perduli, saling menjaga perasaan satu sama lain tanpa adanya status pacaran. Dan selama kita masih terus menjaga komitmen itu, gue yakin kita akan selalu bersama dalam keadaan apapun. Selain itu jika sampai saatnya kita menempuh hidup baru kita masih memiliki komitmen yang sama, kita bisa menikah tanpa adanya status pacaran. Bukankah sebenarnya pacaran itu dilarang dalam agama kita?" kataku panjang lebar menjelaskan semuanya.

"Gue nggak salah suka dan sayang sama lo. Selain lo baik, perhatian, perduli satu sama lain, lo juga dewasa banget," katanya sambil mengelus kepalaku.

"Bukannya begitu, gue cuma nggak mau kehilangan lo. Dan gue mau menjaga hubungan kita,"

"Iya sekarang gue paham semuanya. Dan semoga saja kita dapat menjaga komitmen ini sama-sama. Gue sayang lo Na," kata Zaki sambil memeluk gue.

"Gue juga sayang banget sama lo Zak," kataku.

"Ya sudah yaa, gue mau pulang dulu. Sampai ketemu besok temen kesayangan," kata Zaki sambil melepas pelukannya.

"Iya hati-hati di jalan ya," ucapku.

Dia langsung menaiki motornya dan meninggalkan halaman rumahku. Aku sangat bahagia. Hingga kebahagiaan itu nggak bisa aku jelaskan. Aku kira, Zaki akan benci denganku karena segala perkataanku. Ternyata aku salah. Dia sangat pengertian. Dia tidak egois.

"Aku tidak salah mencintainya. Aku akan selalu menjaga hatiku buat lo Zak" kataku dalam hati.

Aku langsung masuk ke rumah. Mandi kemudian bersih-bersih karena mataharipun sudah akan kembali ke persinggahannya.

Jangan lupa, setelah baca komen dan vote ya....

CINTA Daun KELORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang