24. Malaikat Pelindung

23 12 1
                                    

Semua rahasia telah aku ceritakan kepada Zaki. Entahlah apa yang membuatku berani memberitahukan hal ini. Tapi aku sangat yakin jika dia akan menjaga rahasia ini.

Dia juga pasti paham jika rahasia ini tersebar, maka nama baik sekolah juga akan hancur. Aku nggak mau itu terjadi dan Zaki juga pasti begitu. Dia memang nakal dan susah diatur, tapi setidaknya dia masih punya akal dan hati nurani.

Sebenarnya masih ada yang aku takutin. Jika dia menemuiku disekolah, apa yang akan tetjadi? Apa Zaki akan menolongku? Rasa takut itu hampir membuatku putus asa dan tidak ingin berangkat sekolah.

Tapi ini tidak hanya soal aku dan Kak Arya. Ini juga tentang sekolah, guru dan terutama orang tuaku yang sudah merawatku sejak kecil.
  
Dengan sangat terpaksa, aku berangkat sekolah. Aku berusaha menghilangkan rasa takut itu. Tapi sulit dan bahkan aku tidak bisa.

Apalagi aku juga berpapasan dengan Kak Arya di depan ruang guru. Dia menatapku seperti singan yang siap menerkam mangsanya. Jangtungku tidak karuan. Pikiranku kesana kemari tidak jelas.

Bahkan aku tidak bisa fokus saat pelajaran. Tidak hanya saat pelajaran, saat diajak bicara saja aku tidak bisa berkonsentrasi.

Aku benar benar dibutakan oleh rasa takut itu. Meski seharian ini aku bersama Zaki, tapi aku tetap saja takut.
  
Pulang sekolah, rencananya Zaki akan mengantarku karena melihat keadaanku yang seperti ini. Sampai diparkiran aku sudah ditunggu Kak Arya.

Dia menduduki sepeda motor yang aku bawa untuk sekolah. Aku sudah melihat kemarahan di mata Zaki. Aku berusaha menenangkan dia. Aku nggak mau dia berkelahi.

"Jangan marah dulu ya, kita selesaikan dengan damai," kataku menenagkan. Tapi tidak ada jawaban sama sekali dari Zaki. Aku benar benar khawatir.

Apalagi sekolah sudah sepi karena memang jam pulang sekolah sudah sejak 1 jam yang lalu. Tapi aku dan beberapa teman lainnya masih menyelesaikan tugas dikelaas sehingga pulangnya terlambat.

Dalam hati, aku hanya berdoa semoga tidak akan terjadi perkelahian.
  
Benar saja, sampai di depan motorku, Kak Arya langsung nyolot.

"Dasar cewek murahan. Nempel sana sini. Dibeli berapa lo sama dia?" ucap Kak Arya menunjuk Zaki. Aku berusaha tenang dan menerima semua perkataannya. Namun tidak dengan Zaki.

Sebuah pukulan langsung mendarat dipipi Kak Arya. Aku benar benar takut saat itu.
"Lo kalau ngomong hati hati njing.!!! Dasar banci," maki Zaki. Aku langsung berlari menuju kepos satpam.

Kemudian mereka dilerai oleh pak satpam. Mungkin sedikit terlambat karena keduanya sudah babak belur.
"Kalian ini apa apaan?! Mau mencoreng nama baik sekolah?! Semua bisa dibicarakan dengan baik," kata pak satpam.

"Tuuh..orang yang mulai gara gara duluan," tunjuk Zaki ke Kak Arya.
"Kalau ngomong dijaga ya,!!" bentak Kak Arya. Hampir saja perkelahian terjadi lagi. Tapi keduanya dipegangi oleh pak satpam.
  
Aku langsung menyusul pak satpam dan berkata,
"Pak saya mohon jangan sampai ini dilapprkan ke BP ya pak,"

"Iya dek tenang saja. Ini nggak akan saya laporkan. Tapi kalau besok masih seperti ini, saya tidak dapat menjamin," kata pak satpam menjelaskan. Aku sedikit tenang.

Aku langsung kembali ketempat Zaki. Pipi kanannya sudah lebam. Mungkin karena terkena pukulan. Dan tadi aku juga melihat ujung bibir Kak Arya juga mengalir darah. Bukan selesai malah tambah rumit.

Kira kira perkelahian mereka terus berlanjut nggak yaa...??? Makanya jangan bosen membaca ceritaa ini. Nanti akan tahu kisah akhirnya wkwkwkwk... Jangan lupa komen yaa...

CINTA Daun KELORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang