Lima

80.8K 9.1K 316
                                    

“Bagaimana harimu?” suara sosok di balik video call itu membuat Sasi langsung mengembangkan senyum.

“Alhamdulillah ... aku bisa terbebas dari ranjau paku hari ini. Ban motorku nggak kempes lagi.”

Seseorang di balik layar gawai itu sontak tergelak sembari menutupinya dengan telapak tangan. Sasi memang sering mengalami ban bocor. Jalanan yang dilewati gadis itu sepertinya rawan ranjau paku. Setiap kali video call-an, entah berapa kali Sasi mengeluhkan ban motornya yang bocor. Terkadang sampai harus mengganti ban dalam karena sudah kebanyakan tambalan.

“Ngomong-ngomong bagaimana kabar direkturmu yang menyebalkan itu?”

Sasi mendengus pelan. “Bisa nggak sih, Mbak Arimbi nggak ngomongin dia?”

Seseorang yang dipanggil Arimbi itu tertawa pelan. “Kita nggak ngomongin keburukannya, kok. Aku cuman penasaran saja, kenapa dia kemarin mau bantuin kamu ambilin cincin di bawah mobil.”

“Mungkin dia hanya salah makan saja, makanya mau bantuin,” jawab Sasi sekenanya.

Sasi memang selalu menceritakan semua yang dialaminya pada Arimbi. Hampir setiap malam, mereka akan video call-an.

Arimbi adalah kakak Sasi yang kini melanjutkan kuliah S2 di Jogja. Jarak ratusan kilometer yang memisahkan mereka sepertinya tak menghalangi keduanya untuk tetap saling menghubungi satu sama lain.

“Aku punya cerita yang lebih seru lagi, Mbak.” Air muka Sasi berubah cerah. “Aku nggak nyangka fans-nya dokter Satya itu banyak banget.”

Alis Arimbi sedikit bertaut. Sasi memang sudah cerita jika hari ini dia siaran dengan seorang selebgram yang berprofesi sebagai dokter bernama Satya.

“Tadi habis siaran, banyak anak ABG yang nungguin dokter Satya di lobi lho. Mana mereka pada belum ganti seragam lagi,” cerita Sasi dengan berdesis lirih.

Dahi Arimbi makin berkerut. “Fans-nya dokter Satya ternyata masih banyak yang ABG, ya?”

Sasi mengangguk. “Mereka sampai rebutan minta foto bareng. Maunya cuman berdua saja. Aku nggak bisa bayangin gimana reaksi istrinya kalau dokter Satya sudah nikah nanti. Pasti dia harus nahan cemburu karena suaminya digandrungi banyak gadis cantik.”

Arimbi hanya meringis. Mimik wajahnya seolah menunjukkan jika dia juga tidak mau suaminya kelak digilai banyak perempuan.

“Sebenarnya dokter Satya selalu jaga jarak dengan mereka sih. Tapi, tetap saja, yang namanya istri pasti suka was-was kalau suaminya banyak yang naksir.” Sasi berdeham. Dia mendekatkan wajah ovalnya ke arah gawai seraya berbisik, “apalagi kalau ada dari mereka sampai nekat ngelamar pingin jadi yang kedua.”

Tawa Sasi sontak berderai di tengah keheningan malam. Disusul tawa lirih Arimbi. Sasi spontan menutup mulutnya. “Kalau Ibu sampai bangun, aku pasti dimarahin,” katanya berusaha menahan kekehannya.

Setelah mengobrol lama, Sasi segera mengakhiri panggilan. Gadis itu menjatuhkan badannya ke kasur. Jempolnya kini membuka Instagram. Dia terkejut ketika mengecek notifikasi paling atas. Saat online tadi, dia memang mengabaikan belasan pemberitahuan di Instagram karena lebih memilih segera menghubungi Arimbi.

drsatya.adhyasta started following you

Sasi tidak menyangka ada selebgram seperti dokter Satya akan mengikuti akun IG-nya yang baru punya followers 1,5 K. Saat stalking feeds Instagram Satya kemarin, Sasi memang tidak menekan ‘follow'. Dia tidak mau terlihat seperti ratusan ribu pengagum lelaki berhidung mancung khas Indonesia itu.

Love in the Call Box (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang