Bab 1 | Perjodohan

10K 269 1
                                    

Menikah mudah tidak pernah terlintas dibenakku, namun sekarang aku harus memikirkannya walaupun Usiaku yang baru saja menginjak 17 tahun beberapa hari yang lalu .

Aku adalah Zeinida Pratiwi Zahman, anak tunggal dari bapak Zahman Alkaf dan ibu Zaskia Zahman. Ayah adalah seorang kepala sekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di kota kami, akupun bersekolah disana sedangkan ibu adalah seorang Suster.

Beberapa hari yang lalu adalah hari kelulusanku dan ya aku lulus dan menjadi salah satu siswi yang mendapatkan beasiswa prestasi di Sebuah perguruan tinggi diluar kota selama 4 tahun masa kuliah, harusnya aku bahagia karena itu adalah cita-citaku agar bisa mengikuti jejak Ayah sebagai seorang guru yang diidolakan para siswanya. Namun, yang ku rasakan hanyalah kebimbangan.
Bagaimana tidak bimbang, jika orang tuaku memberikan syarat agar menikah dulu sebelum melanjutkan kuliah.

"Bagaimana wi, sudah difikirkan baik-baik belum sayang?" Ibu bertanya dengan lembut sambil duduk disamping kepalaku yang sedang terbaring di ranjang.

"Kalau ibu jadi Tiwi, apa yang ibu pilih?" Aku menjawab tanpa menatap ibu, aku terus menatap kosong tempat sampah yang ada disamping meja belajarku.

"Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya wi, ayah tidak mungkin salah memilih sikapnya untuk menikahkan Tiwi" ucap ibu sambil menggosok-gosok pergelangan tanganku

"Ayo wi, kita sarapan dulu" sambung ibu karena melihatku tidak merespon perkataannya tadi ataupun berbalik untuk melihatnya

"Tiwi puasa bu" ucapku dengan posisi yang masih sama "puasa nazar karena Tiwi mendapat beasiswa" sambungku agar ibu tidak bertanya lagi.

"Oke sayang, nanti ibu masakkan menu buka puasa yang enak ya" ucap ibu lalu berlalu dari kamarku menuju ruang makan, ibu adalah orang yang sangat pengertian jadi sudah pasti ia  sangat paham dengan apa yang kurasakan sekarang.

Sepeninggal ibu keluar dari kamarku, aku terus berfikir apa yang bisa aku lakukan sekarang? Kabur dari rumah bukanlah jalan keluar karena aku memang tidak kuat lari, bunuh diri juga tidak mungkin karena aku tidak ingin kematianku sia-sia, aku masih ingin menuntaskan cita-citaku.
Lalu apa yang harus ku lakukan??? Aku berfikir sangat keras.

Ya Rabb, ini sangat sulit.
Apa yang harus aku pilih?
Melanjutkan pendidikan dan menikah muda atau menikah diumur yang ideal namun tidak melanjutkan pendidikan? Rintihku dengan mengeluarkan cairan bening dari pelupuk netraku.

Bersambung

Aku Tak Bisa Memberimu Anak✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang