"Siapa itu? Siapa yang ikut dengan kami? Kenapa Affan tidak bilang kepadaku bahwa ada yang akan ikut bersama kami?" batinku menjerit, diredam oleh bibir yang terkatup rapat, kepala menunduk dalam memperhatikan jari-jemari yang meremas ujung jilbab. Aku kecewa.
Aku kecewa pada kak Affan yang tidak memberitahuku lebih dulu jika akan ada yang pergi selain kami berdua. Senyum diwajahku hilang dibawah oleh angin yang entah dari mana asalnya.
Inginku bertanya siapa yang baru saja menelfonnya tapi lidahku kelu tak mampu mengucapkan apapun. Sungguh kejadian kemarin malam sangat menyakitiku yang ingin belajar mencintai suamiku sendiri, aku takut masa lalunya akan merebutnya kembali. Affan kembali menggenggam tanganku setelah menyimpan ponselnya di saku celana, ku balas genggaman itu dan kembali mengatur nafas agar tak tampak kegelisahanku ini.
"Wi, kamu kedinginan?" Affan menatapku yang tak ingin melihat wajahnya, aku hanya menggeleng.
Sekitar 25 menit di perjalanan akhirnya kami sampai di Bandara, sepertinya sopir taxi itu baru saja bangun dari tidurnya sehingga ia mengemudi dengan sangat lambat.
"Affan ... Affan" aku dan Affan mencari darimana letak suara yang memanggil namanya itu.
Wanita itu menghampiri kami berdua dengan sedikit berlari dengan membawa karton putih yang tergulung.
"Oh kak Isna" batinku seraya tersenyum menyambutnya
"Hey, tepat waktu ji toh?"
("Hey, tepat waktu kan?") Kak Isna memberikan karton yang ia bawa pada Affan, nafasnya terdengar tidak karuan.Affan tersenyum menggambil benda itu dari kak Isna lalu memasukkannya ke dalam tas.
"Cie tawwa yang mau pergi bulan madu" kak Isna melihat ke arahku dan menggodaku. Aku tersenyum malu padanya.
"Ayo wi masuk, kita harus boarding" Affan menatapku dan berpamitan kepada kak Isna. Kami berlalu meninggalkan kak Isna sambil melambaikan tangan.
Di dalam pesawat aku terus beristigfhar kapada Allah, meminta maaf karena sudah suudzon pada suamiku.
1 jam 20 menit lamanya penerbangan dari Makassar hingga kami sampai di Denpasar. Ketika sampai di Bandara aku dan Affan dijemput oleh mobil dari hotel yang sudah Affan booking untuk tempat tinggal kami selama 4 hari di Bali. Jaraknya sekitar 10 menit dari Bandara Ngurah Rai, sangat dekat dengan pantai kuta.
Kamar kami ada di lantai paling atas hotel ini yaitu di lantai 4. Aku dan Affan segera menuju ke Kamar untuk istirahat.
"Ah kak Affan sangat pintar memilih tempat" batinku sambil mengambil ponsel dari tas kecilku, aku ingin selfi dan memasang story di akun whatsappku.
"Mau foto kok sendirian, kayak jomblo aja" suara Affan yang baru saja keluar dari kamar mandi mengagetkanku.
"Makanya sini" mendengar ajakanku, Affan langsung memelukku. Aku terpatung.
"Ayo foto" tegurannya kembali menyadarkanku
Aku segera mengambil foto selfi dengan pose dia memelukku dari belakang sambil tersenyum berseri-seri, dan aku memegang tangannya yang sedang memelukku lalu menyandarkan kepalaku di bahu sebelah kanannya. Foto ini adalah foto termesra kami setelah pernikahan.
Ku unggah foto itu dengan caption "honeymoon di Bali" dengan emot hati, aku bahagia. Foto itu sekarang menjadi walpaper di ponselku.
"Langsung di upload nih" Affan menggodaku setelah melihat status di whatsappku, aku jadi malu.
Aku berlalu ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengusir rasa maluku yang selalu datang, walaupun aku sudah sangat dekat dengan suamiku aku seringkali masih menganggapnya seperti orang asing mengingat pernikahan kami yang baru berusia beberapa hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tak Bisa Memberimu Anak✔
RomanceMenikah muda di umur 17 tahun karena perjodohan adalah hal yang tak pernah terbersit di dalam fikiranku. Aku adalah Zeinida Pratiwi Zahman, gadis desa yang baru saja lulus sekolah menengah atas yang akan melanjutkan kuliah di kota Makassar dengan be...