Bab 17|Aku hamil

4.6K 148 5
                                    

"Jangan-jangan kamu hamil Sayang!" Ucapan Affan kali ini mengejutkanku.

Apa?

aku hamil?

Dua pertanyaan itu kini menari-nari di dalam fikiranku. Perasaanku menjadi tidak karuan, antara tidak percaya, senang dan takut.

Apa mungkin di usiaku yang masih menuju 18 tahun sudah bisa hamil? Lalu bagaimana dengan kuliahku jika aku hamil dan ketika anakku lahir nanti?, segera kutepis fikiran-fikiran aneh itu. Sekarang aku hanya ingin tahu apa yang terjadi padaku.

"Kita ke Dokter ya Sayang?" Affan menggenggam tanganku dengan erat.

"Sayang?" Affan mengagetkan lamunanku.

"I iya?" Aku gugup menjawabnya, bagaimana mungkin aku bisa biasa saja jika perasaanku sekarang tidak karuan.

"Ayo kita pergi sekarang sayang!"

Aku menahan tangannya yang menarikku dan menggelengkan kepala, aku tak sanggup berdiri dan berjalan. Kepalaku sangat pusing.

"Kamu kenapa sayang?" Tangannya membelai pipiku dengan lembut.

"Aku pusing Kak, nggak kuat jalan." Ucapku sangat pelan, sesungguhnya sekarang badanku terasa sangat lemah.

Kulihat Affan meraih ponselnya yang berada di meja riasku.

"Mau nelfon siapa Kak?"

"Mau nelfon ibumu Sayang, tunggu ya!" Affan mengecup dahiku.

Aku memandang Affan yang sedang menelfon ibuku dengan mata sayup. Aku tak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan karena Affan hanya manggut-manggut dan berkata "Iya Bu", "Oke Bu" selama kurang lebih 10 menit durasi percakapan. Eh, bagaimana bisa aku menyimpulkan apa yang mereka bicarakan. Kepalaku jadi tambah pusing.

"Sayang, Kakak ke Apotek dulu ya." Ucapnya seraya mengecup dahiku.

"Ngapain?".

"Beli tespack!"

"Apa itu?"

"Nanti juga kamu bakal tau sayang, kakak pergi dulu ya!"

Aku hanya diam seribu bahasa melihat kepergiannya. Pertanyaan-pertanyaan aneh itu kini mulai menghampiri fikiranku lagi, bagaimana jika aku diasingkan di dalam kelas karena aku hamil? Aku tak ingin jadi bahan bully-an teman-teman di dalam kelasku.

Aku terus mengingat-ingat kapan terakhir kali aku haid, kayaknya bulan ini memang aku belum ... Aku meramas bantal yang ada di sampingku, bagaimana dengan kuliahku jika aku hamil?. Aku sangat shock tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padaku.

Berulang kali kuucapkan istigfar agar bisa mengendalikan diriku, bagaimana bisa aku bersikap seperti ini. Bersikap seakan-akan menyesal dan tak menginginkan anak ini. Bukannya memang jika kita melakukan hubungan suami istri maka kita akan hamil, bodoh!.

Kujawab salam Affan yang baru masuk ke dalam rumah, lalu ia memberiku sebuah kotak yang tertulis sensitif.

"Apa ini?" Tanyaku bingung.

"Alat tes kehamilan Sayang"

Affan menggendongku menuju kamar mandi untuk melakukan tes itu. Bagaimana cara pakainyaa ini?. Kubolak-balikkan benda itu. Kepalaku sangat pusing, semua hurufnya sangat kecil dan terlihat seperti bergerak.

"Sini aku bacain" Affan mengambil kotak itu dari tanganku seakan mengerti apa yang kurasakan.

"Ini, kamu harus pipis dulu Sayang" dia terlihat seperti menahan tawa yang ingin meledak.

Aku Tak Bisa Memberimu Anak✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang