Bab 2 | Pernikahan

5.1K 216 0
                                    

Berhari-hari ku habiskan waktu dengan membaca quote-quote positif agar tetap tegar menghadapi semua ini, bagaimanapun juga aku harus melanjutkan pendidikanku karena memang itulah yang sebenarnya yang ku inginkan. Seperti ajal, jodoh juga tidak ada yang tahu kapan waktunya untuk menghampiri kita, mungkin inilah saatnya aku dipertemukan dengan jodohku walau dengan cara yang tak pernah terlintas dibenakku seperti takdir mengapa kita dilahirkan di Dunia ini, kita tidak bisa memilih siapa orang tua kita dan dimana kita akan tinggal, kita hanya harus menerimanya dengan hati yang lapang.

Affan Ramadhan adalah pria yang akan membaca ijab qabul kepada ayahku hari ini, aku memilih untuk tidak bertemu dengannya sampai proses pernikahan semua diurus oleh orang tuaku dan keluarga Affan, "yang pentingkan sudah menikah, biar cepat terurus pendaftaran ulang masuk kuliahku" fikirku singkat padat dan tidak terlalu jelas.

Proses akad telah berlalu, sekarang aku telah sah menjadi Ny. Affan Ramadhan, Affan 10 tahun lebih tua daripada aku dan hal itu membuatku bingung harus memanggilnya dengan sebutan apa "om apa kakak ya?" gumamku sambil menahan tawa karena aku tahu hal itu setelah aku sah menjadi istrinya. Ya itu memang salahku karena aku tidak pernah ingin tahu tentang dia, yang ku fikirkan adalah hanya yang peting syarat dari ayahku sudah tepenuhi.

"Wi, kamu cantik seperti ibumu" puji ayahku ketika melihatku setelah didandan bak putri yang turun dari kereta kuda.

"Siapa dulu dong ibunya" kata ibu tak mau kalah, wajahku memang sangat mirip dengan ibuku bedanya ibuku kulitnya putih dan memiliki rambut keriting sedangkan kulitku hitam dan rambutku lurus, Allah maha Adil ya.
Ayah hanya senyum mendengar ibu, ibu memang suka dipuji.

"Sudah liat mukanya Affan belum wi?" Tanya ibuku penasaran

Aku hanya menggelengkan kepala.

"Kalau kamu lihat dia pasti kamu klepek-klepek wi" ucap ibuku sambil berlalu keluar dari kamarku dengan wajah yang berseri-seri

"Halah apaan juga, apanya yang bisa buat klepek-klepek memangnya dia nabi yusuf yang ketampanannya sampai membuat orang yang melihatnya tanpa sadar mengiris jarinya sendiri" ucapku sewot, dasar ibu memang suka berlebih-lebihan.

Sekitar 20 menit aku sendirian didalam kamar, tiba-tiba ibu masuk ke kamarku dan diekori oleh seorang pria tinggi, wajahnya putih bersih, serta alis yang tebal. "Itu pasti Affan" gumamku.

"Tiwi, kalian istirahat dulu karena sebentar malam acara resepsi kalian. Sini masuk nak Affan, istirahat dikamar istrimu" kata ibu mempersilahkan Affan dan berlalu pergi keluar

Jantungku berdegup kencang, entah sekarang berapa kali berdetak perdetik.
Affan masuk dan menutupi pintu kamar lalu duduk disisi ranjang. Aku langsung berdiri dari tempat dudukku, aku sangat gugup karena ini pertama kalinya aku harus berduaan dengan lawan jenisku.

"Kamu mau kemana?" Affan bertanya karena heran melihatku

"Tidak kemana-mana, hanya capek duduk terus daritadi pagi" jawabku gugup, aku kalau gugup bicaraku jadi lancar.

"Oh, kamu pasti lelah sini baring dulu" ucapnya sambil menepuk-nepuk bantal yang ada disampingnya.

"Tidak, tidak ngantuk" jawabku cepat

"Besok kita berangkat jam 6 ya ke Bandara karena jadwal penerbangan kita jam 8" kata-kata Affan ini membuatku berbunga-bunga karena besok aku akan segera berangkat ke tempat untuk melanjutkan pendidikanku

"Iya Kak" jawabku sambil memberikan senyum termanisku

Siang itu aku dan Affan medirikan sholat dzuhur berjamaah, dia menjadi imamku dan aku menjadi ma'mumnya.

Setelah sholat Affan berkumpul bersama yang lainnya diruang keluarga, ibuku dan ibunya sangat sibuk mengurus resepsi pernikahanku dan dia sebentar malam, walaupun sudah 99,9% rampung kata ibu tetap saja dia belum bisa tenang jika proses pernikahan ini belum selesai sampai tahap air, menurutku masa bodohlah yang penting besok aku sudah bisa ke kampus.

Waktu berlalu begitu cepat, resepesi pernikahanpun berjalan lancar walaupun betapa risihnya aku harus duduk berdua disamping Affan tanpa pemisah apapun selama beberapa jam.

Malam ini rasanya mataku enggan tertutup, bagaimana bisa tenang jika malam ini aku tidur seranjang dengan Affan. Pria yang baru beberapa jam bertemu denganku, kini berbaring disamping bantalku dan kami hanya terpisah oleh sebuah bantal guling.

Aku terus terjaga sepanjang malam mataku tidak bisa terpejam, tiba-tiba aku merasa Affan bergerak bangun dari tidurnya dan duduk diatas ranjang.

"Mau apa dia?" Gumamku, aku sangat ketakutan walaupun dia adalah suamiku yang sah tetapi dia masih orang asing bagiku.

"Dek ?? Dek ??" Dia mengusap lenganku lembut seraya membangunkanku, dia berfikir aku sedang tertidur.

"Ya Allah apalagi ini, aku sangat takut" batinku dan terus berpura-pura tertidur pulas

"Dek, ayo bangun dek.
Kita sholat tahajud bersama yuk" ucapnya sambil terus mengusap lenganku agar aku segera terbangun

"Apa??? Sholat tahajud???
Bagaimana mungkin aku bisa sholat tahajud sedangkan aku belum tertidur sepanjang malam ini" batinku sambil terus menggerutu diriku sendiri

Bersambung

Aku Tak Bisa Memberimu Anak✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang