Bab 3 | Welcome Makassar

4.3K 196 1
                                    

"Apa yang harus aku lakukan?", "Apa yang harus aku katakan padanya?" Aku terus menggerutu diriku sendiri di dalam hatiku, bagaimana mungkin aku bisa seceroboh ini, memberikan kesan buruk dihari pernikahan pertama kami, "Dasar bodoh" aku terus berfikir bagaimana jika dia ingin menceraikanku hanya karena aku membohonginya dan ayahku tidak memperbolehkanku kuliah, bagaimanapun juga aku harus jujur padanya aku tak mau diceraikan karena membohongi dia.

"Dek....dek.. ayo bangun dek" suara itu terus memenuhi telingaku. Aku segera bangun dan duduk ditepi ranjang.

"Iya, kenapa?" Tanyaku menatapnya, aku tidak gugup menatapnya karena aku hanya menganggapnya seperti kakakku sendiri

"Ayo kita sholat tahujud bersama dek" jawabnya juga sambil menatapku

"Saya tidak bisa tidur kak, bagaimana bisa saya sholat tanpa tidur sebelumnya" kali ini aku berkata dengan wajah tertunduk

"Kenapa kamu tidak bisa tidur? Saya ngorok ya? Kamu terganggu? Maafkan saya ya" ucapnya tanpa jeda sedikitpun

Aku kaget sih mendengarnya, ternyata suamiku ini cerewet juga hehehe

Setelah terjadi beberapa percakapan, akhirnya dia pergi mengambil wudhu dan segera bergegas melaksanakan sholat tahajud sendirian tanpaku sedangkan aku segera beranjak tidur, ahhh mataku sudah meminta haknya untuk dipejamkan.

Baru sebentar mataku terpejam kini aku dibangunkan lagi oleh Affan untuk melaksanakan sholat subuh, dengan setengah kesadaran aku beranjak bangun untuk mencuci muka dan mengambil air wuduh, "kayaknya mata ini ada lemnya" rutukku sambil berjalan menuju kamar mandi.

Setelah sholat subuh, aku berbaring lagi untuk melanjutkan tidurku, aku memang orang yang gampang tidur namun susah bangun tapi entah mengapa kebiasaan itu tidak berlaku tadi malam ketika Affan tidur disebelahku.

Baru sekian detik kepalaku mengenai bantal affan langsung menegurku

"Dek, tidak usah tidur lagi jam 6 kita sudah berangkat ke Bandara
Nanti sambung tidur dimobil lagi" ucap Affan sembari menyimpan sajadah yang telah ia gunakan

Dengan cepat aku segera bangun dan bergegas ke kamar mandi, kali ini rasa kantukku dikalahkan oleh semangatku yang sebentar lagi akan menjadi MAHASISWI, setelah mandi aku mengecek kembali barang-barangku yang telah kupersiapkan sejak beberapa hari yang laku

Seperti yang dikatakan Affan, kami berangkat jam 6 menuju bandara. Selama diperjalanan aku hanya tertidur pulas begitupun ketika di Pesawat yang kulakukan hanyalah tidur, tidur, dan tidur. Aku memang tukang tidur hehehe

Sesampainya di Bandara Sultan Hasanuddin, aku dan Affan segera bergegas kerumah BTN minimalis tipe 36 yang telah Affan tinggali selama 4 tahun.
Aku mengetahui itu selama perjalanan, Affan menceritakan tentang pekerjaannya sebagai kepala pengawas lapangan (mandor) beberapa bangunan, dan yang paling menarik adalah ketika dia menceritakan tentang tempat yang akan menjadi kampusku nanti, aku bersemangat mendengar ceritanya.

Sesampai dirumah mungil itu, aku segera membereskan rumah, rumah itu sangat berdebu mungkin jarang dibersihkan karena Affan sibuk dengan pekerjaannya sementara Affan pamit pergi ke rumah sepupunya untuk mengantarkan kiriman yang dibawah dari kampung, aku bilang padanya aku ingin istirahat untuk mengumpulkan tenaga ke Kampus besok jadi dia tidak membawaku.

Setelah membersihkan ruang tamu dan teras aku segera beranjak ke kamar dan dapur untuk membersihkan kedua ruangan itu.

Aku terkejut melihat sebuah foto dan bingkai besar berukuran 25R yang ada didalam kamar Affan, di foto itu ada Affan dan seorang wanita memakai pasmina berwarna coklat, wajah wanita itu sangat cantik dan memiliki lesung pipi dikedua pipinya.

"Siapa wanita itu?" Gumamku didalam hati

Bersambung

Aku Tak Bisa Memberimu Anak✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang