Evelyn Pov
Aku mengerjapkan mataku dengan pelan ketika terusik dengan sinar matahari yang masuk lewat celah gorden.
Dengan terperanjat aku bangun dan menatap jam dinding tepat terlihat di depanku, pukul enam lewat empat puluh lima menit.
Aku menoleh ke samping, dimana abang zayn masih lelap tertidur tanpa terganggu dengan pergerakan bangun tiba-tiba ku tadi.
Aku tersenyum lalu mengelus surai hitam lembut nya dengan pelan "Abang zayn.." Panggilku dengan lembut.
"Eungh" Lenguhnya terusik, itu terlihat menggemaskan di mataku dan ia nampak sangat sexy ketika bangun tidur.
"Sudah pagi, ayo bangun. Tadi ga sholat subuh ya?" Tanyaku dengan lembut, mengelus pipi mulusnya.
Ia mengerjapkan pelan lalu tersenyum tipis dan mengecup jari-jariku yang tadi mengelus pipinya, lalu ia bangkit dan mengecup keningku membuatku terpejam setelahnya.
Abang zayn menyenderkan tubuhnya pada kepala ranjang "Selamat pagi princess, abang sudah sholat ko tadi terus bobo lagi" Jelasnya seraya mengucek mata.
Aku memicingkan mataku padanya "Bener? Ko aku ga di bangunin?" Curigaku, ia tersenyum.
"Karena abangmu yang tampan ini tau kamu sedang halangan, kan abang hapal kali jadwal menstruasi nya kamu de" Katanya.
Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal lalu nyengir "Oh iyaya"
Ia menggelengkan kepalanya "Dasar"
Aku terkekeh dan menuruni ranjang bersiap membereskan kamarku yang sebetulnya selalu rapih ini, hanya saja terdapat debu dan barang barang yang sedikit bergeser dari tempatnya.
Abang zayn nampak berjalan ke arah kamar mandi, aku tak peduli dan terus melanjutkan kegiatan beres-beres ku.
Tiga puluh menit sudah waktu yang ku habiskan untuk membereskan apartemen mewah pemberian papahku.
Sekarang aku bersiap mandi tanpa mau mencari abang zayn yang kini pasti sudah berada di dalam kamarnya, entah melakukan apa.
Aku bersenandung sambil memoles wajahku dengan bedak tipis, aku baru selesai mandi. Merasa sudah beres aku tersenyum, terkadang aku suka memuji diriku sendiri bahwa aku terlihat cantik dan menggemaskan sekali.
Tak mau berlanjut gila dengan tingkah konyolku, aku segera keluar kamar menuju dapur membuat sarapan sederhana untukku dan abang kesayangan ku tentunya.
Namun sampai di dapur aku sudah melihat makanan siap saji yang sedang abang zayn tata dengan rapih di atas meja makan, aku hanya mengangkat bahu acuh dan duduk dengan rapih menatap abang zayn dengan senyuman manja milikku.
"Abang beli?" Tanyaku menatap makanan di depanku dengan lapar.
"Iya, barusan keluar. Ayo makan!" Titahnya, aku mengangguk dan menunggu ia duduk di depanku setelahnya abang zayn memimpin doa lalu aku makan bersamaan dengan abang zayn.
Ternyata sedari aku beres-beres dan membersihkan diri abang zayn tidak berdiam di kamar seperti biasanya namun ia membeli sarapan yang ku yakini dari resto bawah apartemen.
Syukurlah setidaknya dengan ia berjalan dan tak berdiam di kamar aku merasa lega, karena;
Ia tak mungkin murung pada pagi ini karena tidak mengendap di kamar memikirkan kekasihnya.
---
Aku tersenyum dengan manis kala melihat abang zayn berolahraga di ruangan khusus untuk gym, selesai sarapan ia memang sempat bersantai dengan ku namun ketika merasa bosan tiba-tiba ia ingin menge-gym.
Aku menurut saja kala ia memintaku menemaninya untuk berolahraga, lumayan cuci mata tanpa di omelin sama Renaldo karena berani melihat tubuh sexy yang lain.
Ngomong-ngomong soal renaldo, dia lagi apa ya? Tumben sampe siang gini dia belum ada kabar sama sekali.
"Evelyn" Abang zayn memanggil, aku yang sedang bengong menoleh.
"Hm?"
"Jam berapa?"
Aku melirik jam di handphone milikku dan menunjukan pukul sebelas lewat lima menit.
"Jam sebelas lewat lima menit" Kataku dengan sedikit berteriak, karena jarakku dengan abang zayn lumayan jauh.
Ia berhenti mengangkat burble yang sedang ia mainkan untuk membentuk otot lengannya lalu berjalan ke arahku dan mencuri ciuman di bibir manisku.
"Jorok! Kebiasaan, keringetan juga" Dumelku yang di balas kekehan serta acakan gemas pada rambutku.
"Ade sayang abang ga?" Tanya abang zayn tiba-tiba sambil meminum jus jeruk yang sudah ku siapkan.
"Sayang, sayang banget malah" Kataku tersenyum lebar padanya.
Ia tersenyum dengan manis, pandangan matanya lembut dan dengan sangat pelan ia mengelus pipi mulus hangatku.
"Ade janji akan selalu berada di samping abang, mendukung setiap kegiatan baik abang dan menegor tanpa segan ketika abang membuat kesalahan?" Tanyanya dengan lembut.
Aku tersenyum dan mengangguk dengan manja padanya "Evelyn janji abang lebay" kataku mencium pipinya, ia tersenyum.
"Terima kasih baby"
"Um urwelcome dude, evelyn mau peluk sambil boboan tapi abangnya bau keringet" Keluhku dengan suara yang manja.
"Tumben jam segini mau boboan, badmood ya kekasih kamu yang bodoh itu ga ada datang dan kabar?" Tebaknya tepat sasaran.
Aku hanya mengangguk lesu dan mengerucutkan bibirku kesal pada Renaldo.
"Siang nanti abis dzuhur dia kesini palingan, semalem dia bilang katanya ada rapat padet dari pagi" Jelas abang zayn membuatku sedikit tenang.
"Iyakah? Ko dia ga ngabarin evelyn si" Kesalku .
"Dia sengaja ga main handphone, biar cepat kelar dan bisa nemuin kamu di sini" Kata abangku, lalu ia bangkit.
"Mau kemana?" Tanyaku dan mengikutinya yang keluar dari tempat gym.
"Mandi, kamu tunggu ruang tamu ya nanti abang kesana terus bobo peluk" Jawabnya tanpa menoleh.
Aku mendengus "Jangan lama-lama!" Teriakku padanya yang sudah menaiki tangga, ia mengacungkan jempolnya.
Aku berjalan dengan lesu lalu duduk di sofa ruang tamu, bete banget hari ini aku ga ada kegiatan sama sekali pengennya ke toko bunga cuman abang zayn lagi ga ada kerjaan kantor ga enak kalo ninggalin.
Akhirnya aku hanya diam sambil menatap layar televisi yang baru ku nyalakan dengan bosan, sesekali memikirkan Renaldo.
Aku membuka handphone dan beralih pada aplikasi chatting dan mencari kontak kekasih tampan ku itu.
Mahal 💗
Renaldo jangan lama, cepetan! Evelyn bosen, pengen mainn :(
Lalu kembali menutup handphone ku dan mencari kartun kesukaanku guna membunuh waktu menunggu abang zayn.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Evelyn ✔️
RomanceHanya tentang Evelyn dan kesayangannya . Revisi ✔️ Tamat, 18 Oktober 2020 ✔️ Mohon maaf bila masih ada kekurangan dalam pemilihan kata, didalamnya memang memakai kata yang cukup baku