Setelah kejadian itu, hubungan Tasya dan yang lainnya merenggang. Gadis itu tetap pada pendiriannya untuk menjauhi semua orang yang ia sayang. Berat memang, tapi ia tetap melakukannya. Masalah penyakitnya? Ia tidak terlalu peduli dengan hal itu. Semenjak ia putus dengan Axel, ia tidak pernah lagi meminum obatnya. Ia juga jarang kontrol ke dokter mengenai penyakitnya. Baginya itu tidak penting. Karena waktunya juga tidak akan lama lagi
Hari ini ia menjalani hari-hari barunya tanpa adanya semua sahabat-sahabatnya. Begitu juga sebaliknya. Untuk kabar putusnya dia dengan Axel juga sudah menyebar ke satu sekolah. Entah darimana kabar itu bisa tersebar. Ada yang merespon senang dan ada juga yang merespon sedih setelah tau Axel dan Tasya putus.
Hari ini adalah hari Senin, itu artinya hari ini SMA HARAPAN akan mengadakan upacara. Terik matahari menyengat kulit seluruh siswa SMA HARAPAN. Cuaca kali ini cukup panas untuk pagi hari. Banyak peluh yang membasahi wajah seluruh murid. Begitu juga dengan Tasya dan yang lainnya. Wajah Tasya mulai pucat, dengan tubuh yang lemas, kemudian darah kembali mengalir dari hidungnya. Ia tetap memaksakan dirinya mengikuti upacara sampai selesai. Hingga lama kelamaan tubuhnya tidak kuat lagi, dan pandangannya menggelap. Tasya pingsan, dan hal itu membuat Arka dan yang lainnya kaget. Karena biasanya Tasya jarang sekali pingsan saat sedang upacara. Melihat hal itu, Axel langsung menggendong Tasya menuju ruang UKS. Perasaannya berkecamuk saat melihat wajah Tasya yang pucat ditambah adanya darah yang mengalir dari hidung gadis itu.
Axel membuka pintu UKS dengan tergesa-gesa. Ia menendang pintu UKS sehingga membuat petugas yang ada didalam terkejut. Lalu ia meletakan tubuh gadis itu diatas tempat tidur. Kemudian ia mengambil kotak obat dan mulai membersihkan semua darah yang ada di hidung gadis itu. Setelah itu ia pergi ke kantin untuk membelikan gadis itu air mineral dan makanan. Ia kembali ke UKS, dan menunggu gadis itu hingga sadar. Ia sangat khawatir dengan kondisi gadis itu, ya walaupun sekarang mereka hanya berstatus mantan. Ia mengabari Arka bahwa ia akan tetap di UKS sampai Tasya sadar.
Setelah lama menunggu, akhirnya gadis itu sadar. Ia mulai membuka matanya. Aroma obat-obatan mulai memasuki indra penciumannya. Ia melihat ruang sekelilingnya yang serba putih. Ia yakin pasti tadi ia pingsan saat upacara. Ia mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya, namun ada suara yang menghentikannya
"Ga usah bangun. Lu masih sakit" ucap Axel dingin
"Gua mau balik ke kelas" ucap Tasya yang tidak kalah dinginnya
"Lu baru sadar. Ga usah dipaksain" ucap Axel datar
"Terserah gua" ucap Tasya cuek
"Gak usah keras kepala. Nanti kalo lu tambah sakit malah ngerepotin yang lain" ucap Axel dingin seraya menatap Tasya tajam
"Iya gua emang ngerepotin. Maka dari itu gua pengen cepet-cepet pergi dari dunia ini biar gak ngerepotin orang lain lagi" batin Tasya lirih
"Nih makan, abis itu minum obatnya terus istirahat. Kalo gak kuat jangan dipaksain. Gua balik" ucap Axel dingin seraya berjalan menjauhi Tasya
"Axel" panggil Tasya sehingga membuat langkah pria itu terhenti
"Apa?" Tanya Axel tanpa menatap Tasya
"Makasih" ucap Tasya kemudian pria itu membalikkan badannya lalu menganggukkan kepalanya
Setelah itu Axel melanjutkan langkahnya. Ada perasaan lega saat melihat Tasya sadar. Jujur ia tadi sangat takut dan panik saat melihat kondisi Tasya. Tapi sekarang perasaan itu sudah sedikit hilang. Ia segera balik ke kelas, bukan karena ia tidak ingin menjaga Tasya. Namun berdua dengan Tasya dalam waktu yang lama hanya akan membuat hatinya semakin sakit. Tentu saja ada rasa canggung juga yang menyelimuti mereka berdua.
Setelah merasa baikan, Tasya kembali ke kelas. Wajahnya masih pucat, dan badannya masih lemas. Tapi bukan Tasya namanya kalau tidak keras kepala. Ia masuk ke kelas dan kembali duduk ditempat duduknya. Gerak gerik Tasya dari awal masuk kelas sampai duduk tidak pernah lepas dari pandangan Axel.
"Ck dasar keras kepala. Udah tau masih sakit dipaksain"batin Axel kesal
🍃🍃🍃🍃🍃
Setelah kejadian itu, Tasya kini lebih sering kambuh penyakitnya. Ia seringkali pingsan dan mimisan disekolah. Namun hal itu tidak pernah menjadi halangan bagi Tasya untuk tetap bersekolah. Ia benar-benar tidak memperdulikan lagi kondisi kesehatannya, yang mungkin saat ini semakin memburuk. Ia yakin kalau penyakitnya ini bertambah parah. Untuk penyakitnya ini, Arka dan yang lain masih belum mengetahuinya.
Kini ia sedang duduk di bangkunya. Ia baru datang ke sekolah, dan dilihatnya kelas masih sepi. Kemudian ia menemukan sebuah paper bag di kolong mejanya saat ia ingin mengambil buku yang sengaja ia letakan dikolong mejanya. Kemudian ia melihat isi paper bag itu, lalu ada sebuah kertas kecilnya didalamnya
"Dimakan, jgn diliatin doang"
Begitulah kira-kira isi dari kertas kecil itu. Ia tersenyum saat melihatnya. Ia sangat hafal dengan tulisan di kertas itu. Ia juga tahu betul siapa yang memberikan paper bag itu. Kemudian ia melihat ke bangku disebelahnya, dan benar ada Tas Axel dibangku itu. Namun orangnya sedang pergi entah kemana. Kemudian ia membuka tempat makan itu, dan memakan isi yang ada didalamnya. Ia sangat yakin kalau paper bag itu berasal dari Axel. Karena dari tulisan, gaya bahasa, dan tentu saja makanan yang diberikan. Ia tersenyum tipis dan hatinya kembali menghangat melihat perlakuan Axel terhadapnya. Walaupun ia dingin pada Tasya setiap kali bertemu, namun Axel tetap perhatian padanya.
Tanpa ia sadari ada seseorang yang memperhatikannya dari balik tembok. Ia tersenyum tipis saat melihat Tasya tersenyum ketika mendapat paper bag darinya itu. Ia juga senang karena Tasya mau memakan makanan yang telah ia siapkan untuk Tasya. Setelah itu ia kembali memasang wajah datar nan dinginnya dan kembali masuk ke dalam kelas. Dan hal itu ia lakukan setiap hari tanpa ada yang mengetahuinya. Ia tetap akan melakukan itu sebagai bentuk perhatian kecil darinya untuk gadis itu
🍃🍃🍃🍃
Saat ini Tasya sedang memperhatikan wajah teman-teman sekelasnya dengan seksama. Ia juga mengamati semua perilaku teman sekelasnya itu. Ia tersenyum tipis saat melihat tingkah konyol yang dibuat oleh teman-temannya. Ia juga menatap sendu ke arah Arka dan yang lainnya. Ia menatap mereka yang sedang mengobrol dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia sedikit senang melihat Arka dan yang lainnya kembali melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Dan sepertinya sekarang mereka sudah mulai melupakan kehadiran Tasya. Mereka juga sepertinya sudah terbiasa tanpa hadirnya Tasya ditengah mereka. Ia tersenyum miris melihat itu semua. Kemudian ia berjalan keluar kelas menuju ke rooftop untuk menenangkan dirinya. Tanpa ia sadari, Axel memperhatikannya sejak tadi. Keningnya berkerut saat melihat Tasya sedang menatap ke arah dirinya dan yang lain dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian ia menyusul Tasya secara diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel
RomanceKisah cinta sepasang remaja di masa putih abu-abunya. Mereka berdua memiliki sifat yang sama, sama-sama dingin, jutek, ketus, dan dan cuek. Tasya yang tidak lagi percaya dengan cinta karena masa lalunya, begitu juga dengan Axel. Kisah cinta mereka d...