Akhir Dari Segalanya

761 22 0
                                    

Setahun sudah Tasya koma di rumah sakit. Arka dan yang lainnya tetap setia menemani Tasya hingga gadis itu tersadar.

"Hai Tasya" sapa Yolanda

"Udah setahun nih lu tidur. Masa masih kurang juga?" Ucap Yolanda seraya mengusap wajah Tasya pelan

"Apa lu gak kangen sama kita semua?" Ucap Yolanda lagi

"Bangun dong, dan liat kita semua masih disini nungguin lu bangun"

"Lu harus sadar. Lu harus balik lagi. Gua tau lu bisa. Lu kuat. Gua yakin itu"

"Gua balik dulu ya. Nanti kita ngobrol lagi oke? Tunggu gua ya cantik" ucap Yolanda lagi seraya mengecup kening Tasya

------

Di ruang inap Tasya

"Dengan keluarga pasien?" Tanya Dokter

"Iya dok" jawab Arka

"Jadi begini, saya ingin meminta persetujuan pihak keluarga untuk mencabut alat bantu yang dipasang pada tubuh pasien. Karena sudah tidak ada harapan lagi untuk pasien. Sudah setahun ini pasien koma, dan tidak ada perkembangan juga. Pasien juga bisa bertahan karena bantuan alat. Jadi oleh karena itu, pihak rumah sakit memutuskan untuk melepaskan semua alat bantu yang ada" ucap dokter itu

"Gak dok. Saya gak setuju. Tasya pasti sadar. Dan jangan coba-coba untuk melepaskan semua alat bantu yang ada di tubuh Tasya" ucap Axel kesal

"Tapi pasien,-" ucap dokter itu terhenti

"Gak. Saya bilang enggak" ucap Axel tegas seraya menghampiri gadis itu

"Tasya. Bangun sayang. Buktiin ke dokter itu kalo lu kuat. Buktiin ke dokter itu kalo omongan dia gak bener. Buktiin ya sayang, gua yakin lu bisa" ucap Axel lirih seraya mengusap wajah Tasya pelan

"Ayo bangun Tas. Apa lu gak cape tidur terus? Apa lu gak kangen sama gua? Apa lu gak sayang sama kita? Apa lu udah lupa sama kita? Apa lu mau liat kita semua sedih?" Ucap Axel sedih

"Axel udah" ucap Hilmy seraya menenangkan Axel

"Mungkin kata dokter ada benernya. Kita harus bisa iklhas Xel" ucap Hilmy

"Gak Hil. Apaan si lu? Apa lu gak percaya sama Tasya hah?!" Bentak Axel

"Kalo kalian masih tetep mau mencabut semua alat bantu ditubuh Tasya, gua gak akan segan-segan buat ngelakuin sesuatu" ucap Axel dingin

"Xel" ucap Arka

"Gak. Gua gak main-main dengan ucapan gua" ucap Axel kemudian ia kembali menatap gadis itu

"Tasya" ucap Axel parau seraya menggenggam tangan Tasya erat tanpa ia sadari air matanya menetes

Kemudian gadis itu menggerakkan tangannya perlahan. Kelopak matanya mulai terbuka. Ia mengerjakan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk pada matanya. Ia tersenyum tipis saat melihat orang-orang di sekitarnya. Kemudian ia merasakan tangan kanannya basah. Ia mengusap pelan kepala Axel seraya membalas genggaman pria itu.

"Axel" panggil Tasya lirih

"Ta-Ta-Tasya" ucap Axel terkejut

"Lu sadar Tas? Seriusan?" Ucap Axel seraya menangis haru

"Gua yakin pasti lu kembali Tas. Gua tau itu" ucap Axel senang dengan suaranya yang serak

Yang lain hanya terdiam melihat hal itu. Mereka sama seperti Axel. Terkejut sekaligus senang saat melihat gadis itu sadar. Mereka menangis bahagia. Akhirnya gadis itu kembali pada mereka lagi.

"Iya gua sadar" ucap Tasya pelan

"Tapi maaf" ucap Tasya

"Maaf gua gabisa terus bersama kalian. Gua,-" ucap Tasya terputus karena rasa sakit pada kepalanya yang teramat sangat

"Maksud lu apa Tas?" Tanya Kak Glen

"Maaf buat segalanya. Maaf Tasya gabisa lagi bersama kalian. Maaf Tasya gabisa nepatin janji ke kalian untuk gak pergi ninggalin kalian semua. Makasih banget buat segalanya yang udah kalian kasih ke Tasya. Makasih karena kalian selalu ada buat Tasya. Makasih karena kalian udah baik banget sama Tasya. Makasih karena kalian udah setia nungguin Tasya sampe sadar. Makasih buat Arka yang udah jagain Tasya dari awal" ucap Tasya terbata-bata karena sesak pada dadanya

"Tasya senang bisa ngeliat kalian lagi setelah sekian lama. Tasya senang bisa ngobrol lagi sama kalian. Ya walaupun Tasya tau ini semua buat yang terakhir kalinya" ucap Tasya parau seraya meneteskan air matanya

"Gak Tas. Lu gak boleh ngomong kayak gitu" ucap Nisa seraya terisak

"Tapi jujur Tasya udah gak kuat lagi. Tasya udah gak sanggup lagi. Maaf, Tasya harus pergi. Jaga diri kalian baik-baik. Semangat dan senyum terus ya. Tasya sayang kalian" ucap Tasya seraya tersenyum tipis kemudian gadis itu menutup matanya

Mesin pendeteksi detak jantung Tasya berhenti. Garis yang menggambarkan keadaan detak jantung Tasya berhenti bergerak. Genggamannya pada Axel mulai mengendur. Dan saat itu juga Tasya menghembuskan napasnya untuk yang terakhir kalinya.

"Tasya" pekik yang lain histeris

"Tasya bangun" ucap Kak Glen seraya mengguncang tubuh Tasya

"Maaf sebaiknya kalian semua keluar terlebih dahulu. Saya ingin memastikan kondisi pasien terlebih dahulu" ucap dokter itu

10 menit kemudian

Ceklek

"Gimana dok kondisi Tasya?" Tanya Arka khawatir

"Maaf. Kami sudah berusaha yang terbaik. Tapi nyawa pasien tidak bisa kami selamatkan" ucap dokter itu sedih

"Gak. Gak mungkin. Pasti dokter bercanda kan" ucap Yolanda

"Kalian bisa melihat sendiri kondisinya ke dalam" ucap dokter itu

Kemudian mereka semua masuk kedalam. Mereka langsung shock melihat kondisi Tasya saat ini. Semua alat yang ada ditubuhnya sudah terlepas. Mereka mendekat ke arah gadis itu secara perlahan. Kemudian tangis mereka semua pecah, saat melihat tubuh Tasya yang sudah mulai membiru dengan tangan yang dingin

"Tasya" ucap mereka semua seraya terisak

"Tasya bangun! Ayo bangun. Gak lucu Tas bercanda lu" ucap Yolanda frustasi

"Bangun Tasya. Kamu udah janji sama kakak, kalo kamu gak akan ninggalin kakak. Tapi mana? Sekarang kamu malah melanggar janji itu. Apa kamu tega ninggalin kakak? Apa kamu seneng melihat kakak kesepian setelah kamu dan Tisa pergi dari hidup kakak untuk selamanya? Kamu jahat Tas!" Rancau Kak Glen

"Tas" ucap Wafdan bergetar seraya mengusap wajah Tasya pelan

"Bangun ya. Jangan tinggalin kita semua. Lu sendiri yang bilang ke kita kalo lu gak mau buat kita semua sedih. Tapi mana? Lu boongin kita semua Tas. Lu pergi dan gak bakal balik lagi." Ucap Wafdan bergetar kemudian ia terduduk lemas di lantai

"Tasya. Kenapa lu jahat banget sama kita semua? Kenapa lu pergi ninggalin kita semua? Apa lu udah lupa sama semua mimpi kita buat terus bersama sampai tua nanti? Kalo lu pergi, siapa temen buat bercanda bareng. Temen buat gibah dan belajar bareng. Temen yang selalu ngertiin perasaan gua. Temen yang selalu sepemikiran sama gua" ucap Nisa seraya menangis sesegukan


AxelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang