AUTHOR'S YEY!"ARLETTA!!"
Arletta tetap berjalan dengan muka datarnya tanpa berniat berhenti walaupun ada orang yang sedari tadi mengejarnya.
"ARLETTA!! TUNGGU BENTAR!! WOYY!!"
Saat orang tersebut telah sampai didepan Arletta, masih dengan napas yang ngos2an diapun menatap Arletta dengan cemas.
"Pls, dengerin gua. Harapan gua cuman lu ta! Gua akan jelasin kenapa itu semua gua lakuin. But, now-"
"Gak perlu." Arletta berbalik badan, namun orang tersebut malah menarik tangan Arlertta dan memeluknya. "Hey, listen. Gua minta maaf. Maaf banget. Tapi, seperti biasa, Ta. I need your help. And i fuckin need you."
Arlettapun melepaskan pelukannya. Dan dengan terpaksa mengangguk mengiyakan.
Semerdeka lu, nyet.
"Thanks."
Semerdeka lu lagi, nyet.
Kini mereka berdua berada di belakang sekolah, dimana ini adalah tempat untuk menaruh meja & kursi kelas yang telah rusak.
"Kenapa kesini, cal?"
Calumpun duduk disalah satu meja yang lumayan masih bagus. "Ini, tempat favorite gua, ta."
"Jadi?"
Calum menghembuskan nafasnya lelah. "Gua mau cerita masalah gua sama Ri-"
"Cukup, cal. Gua udah tau, yang lain bisa?"
"Tau? Tau dari mana?" Setelah itu Calumpun tertawa sarkastik, "luke?"
"Jangan pernah lo nyangkutin masalah lo ke luke, cal." Lagi2 Calumpun tertawa, "Calm down, sweety"
"Cepet ngomong, atau gua pergi?"
"Hahahahaha, Jadi gini, temen2 gua lagi2 ngejauhin gua. Bahkan Ashton, yang saat itu gada juga ikutan ngejauhin gua. Terutama Michael, dia kayak jijik gitu sama gua. Padahal gua udah minta maaf dan berusaha ngejelasin semuanya, hahaha." Calum tertawa garing sambil terkadang memegangi luka bekas tonjokan Harry di wajahnya.
"Gua gak tau, mau minta tolong kesiapa lagi. Karna ini semua terjadi karna gua, dan gua mohon sama lo. Batuin gua sama Ruriza, pls. Harapan gua cuma lo, ta."
"Uli? Dia kenapa?"
"Dia putus sama Harry, tadi malem dia dateng ke rumah gua dan marah2 ke gua. Katanya dia abis diputusin sama Harry secara sepihak, walaupun dia udah jelasin kalo dia cuma bantuin gua." Calum menunduk menatap sepatunya.
"Sepupu gua itu, dia..dia bener2 sayang sama Harry. Harry itu temen pertamanya di London. Riza itu orangnya insecure banget, ta. Tapi, Harry ngebuat dia jadi lebih ceria. Dia itu gak pernah bisa ketawa atau jadi dirinya sendiri kecuali sama gua, ta. Tapi, pas Harry dateng, dia jadi keliatan banget bahagianya. Tiap malem, kita selalu face time.
Dan tiap cerita tentang Harry, mukanya berbinar-binar banget. Ya, makanya sekarang dia bener2 sedih, gua gak mau dia ngelakuin hal yang macem2, ta. Lo tau, something like first love?" ujar Calum sambil membetuk kedua jarinya dan menggerakannya dengan tampang geli.
Tau, dan itu menyakitkan.
"Gua juga udah berusaha bilang ke Harry, tapi lo taulah. Temen lo sendiri nyakitin lo demi kebaikan dirinya sendiri. Egois ya gua."
"Harry bisa kenal sama lu dan Luke dari mana?"
"Riza ngenalin dia ke gua pas lagi face time. Posisi disitu ada luke juga. Ya, jadi gitu. Kita jadi deket. Begitupun si luke."
KAMU SEDANG MEMBACA
MCE • Cth | UNPUBLISH
FanfictionMereka emang musuhan, saling merugikan, idupnya bachood-tan mulu tiap hari, gak pernah ada kata bener. Abisnya kalo gak gitu idup mereka gk komplit. Kayak seblak gada kerupuknya. Tapi, siapa yang tahu didalemnya kayak apa. Namanya juga human. Gadan...