INTRO : Started With A Mess

15.6K 868 17
                                    

Although we thought that we dreamed the same dream
That dream has finally become a dream.

SUGA, Tear.

      

      

     

     

      

     

      

     

      

     

     

      

      

         

Seokjin pikir semuanya sudah sempurna.

Keluarganya bahagia, orangtua yang menyayanginya, dan adik yang selalu menemaninya. Kelewat sempurna.

Saat itu umur Seokjin 17 tahun. Di ruang keluarga mereka masih dengan seragam SMAnya, ia hanya bisa terdiam dibelakang punggung sang Ayah. Menyaksikan perkelahian orangtua mereka.

Ibunya sedang terdiam memandang foto-foto yang barusan suaminya lempar di atas meja. Foto dirinya, dengan pria lain.

   "Dan hari ini aku melihat semuanya secara langsung, k-kenapa Haeri-ya?"

Sejin memang selalu mendapat informasi dari orang kepercayaannya, masih berpikirian positif tentang kemungkinan itu hanya salah satu teman dekat dari istrinya.

Sampai semuanya terasa sudah kelewat jauh.

Sore itu, di perjalanan pulang dari kantor sekaligus menjemput Seokjin dari sekolahnya. Cafe yang berada di sebelah kanan tepat lampu merah sedang menyala, Sejin dan Seokjin sama-sama melihatnya. Apa yang selama ini Sejin lihat dari selembar foto, kini terpampang jelas di depan matanya.

Seokjin bahkan tidak menemukan sedikitpun alasan dari pertanyaan kenapa. Ayahnya itu bagai perwujudan lain dari malaikat, bagaimana bisa ibunya sampai hati malah bertemu pria lain?

   "Jeon Haeri!"

Haeri menghembuskan napas kasar, lalu ikut menatap Sejin tak kalah tajam.

   "Ya kalau sudah seperti ini mau bagaimana? Menceraikanku?"

Seokjin yang sedaritadi memilih memalingkan wajah, secara spontan menatap Ibunya. Jelas tak percaya dengan apa yang Ibunya katakan.

Bagaimana bisa semudah itu? Seokjin tidak pernah sedikitpun merasa ada kejanggalan pada sang Ibu. Ibunya tulus, ia percaya itu. Seokjin bisa melihat dengan jelas bagaimana Ibunya sangat menyayanginya, adiknya, juga Ayahnya selama ini.

Dan tepat di saat Sejin terlihat akan mengatakan sesuatu, pintu utama rumah itu terbuka.

Kim Jungkook, adik yang terpaut 3 tahun di bawah Seokjin itu baru saja pulang.

   "Aku pulang!"

Hari itu memang Jungkook menolak untuk dijemput, ada tugas yang harus dikerjakan bersama kelompok belajar katanya.

Baik Sejin maupun Haeri, tak ada yang berniat melepas tatapan tajam mereka karena kedatangan Jungkook. Sejin masih berusaha mencari setidaknya sedikit keraguan dari mata Istrinya, yang sayangnya tidak ada.

   "Ya, sepertinya memang kau menginginkan perceraian."

Jungkook menatap ayah dan Ibunya bergantian, merasa tidak mengerti dengan keadaan. Lalu memilih mendekati Seokjin.

   "Hyung, ada apa?" Yang tentunya tidak bisa Seokjin respon.

Sejenak Sejin memejamkan mata. Mencoba mencari ketenangan sebelum akhirnya berkata, "Aku akan urus semua berkas perceraian kita, dan--"

   "T-Tunggu!" Jungkook lebih dulu menyela. "Cerai? Ayah ini bicara apa? Memangnya Ibu salah apa?!"

Sejin hanya bisa menatap sendu pada putra bungsunya, dengan Haeri yang kini tertunduk menahan tangis. Dan kurang lebih, mata Jungkook kini menangkap beberapa lembar foto yang berserakan di atas meja.

Mulai mengerti dengan keadaan, "Ibu..."

   "Tidak perlu pengadilan, biarkan Seokjin menjadi tanggung jawabku dan kau bisa bersama Jungkook. Cukup adil kurasa,"

Jangan kira Sejin juga semudah itu bicara. Ia tidak pernah menginginkannya, sama sekali. Tapi melihat bagaimana gelagat Haeri, sedikitnya ia yakin kalau Haeri memang sudah tidak ingin bersamanya.

Mendengar itu, Haeri kembali menatap Sejin. Yang Sejin tangkap ada sedikit keterkejutan di sana.

Haeri memang tidak pernah berpikir seperti itu. Ia tidak pernah berpikir tentang membawa siapapun bersamanya.

   "Kalian ini egois sekali! Mau memisahkanku dengan hyung? Apa kalian bahkan tidak bisa bertahan untuk kami?!"

Jungkook marah, jelas. Semudah itu bicara soal cerai, tidak sedikitpun berusaha untuk memahami sejenak bagaimana perasaan dua anaknya.

Baru saja Jungkook akan kembali mengutarakan amarah, Ibunya yang berdiri sambil menahan tangannya menghentikan niat Jungkook.

   "Aku mengerti." Ucap Haeri, dan itu tidak bisa untuk membuat air mata Jungkook tidak jatuh. "Ibu!"

Cukup kasar Jungkook melepas genggaman Ibunya, lalu mulai kembali beralih pada Seokjin.

   "Hyung, lakukan sesuatu!"

Tapi tidak ada yang Seokjin lakukan selain membalas tatapan adiknya sambil menggenggam kedua tangan itu, tanpa niatan melangkah atau mengatakan sesuatu. Seokjin kelewat kacau.

     

      

      

      

      

      

     

      

     

        

 Sempurna, hancur dengan sempurna.

    

     

    

    

    

    

    

    

    

    

    

     

    

     

      

TBC.

   

    

    


WASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang